Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal) yang kini telah ditingkatkan statusnya dari Dinas Penerbangan TNI Angkatan Laut (Dispenerbal) adalah salah satu bagian Badan Pelaksana Pusat TNI Angkatan Laut yang dipimpin oleh seorang Komandan berpangkat Laksamana Muda. Puspenerbal selaku Badan Pelaksana Pusat (Balakpus) Mabesal, merupakan pusat pembinaan terhadap satuan-satuan Penerbangan TNI Angkatan Laut di bidang personel maupun kesiapan unsur-unsur udara. bukan hanya sebagai satuan tempur, namun juga berpartisipasi berbagai tugas operasi yang dilakukan Korps Marinir serta menyediakan fasilitas angkutan taktis logistik dan personil bagi sistem pangkalan laut dan udara. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Puspenerbal mengemban fungsi penerbangan yang meliputi: Pengintaian Udara Taktis, Anti Kapal Atas Permukaan Air, Anti Kapal Selam, Pendaratan Pasukan Pendarat (Pasrat) Lintas Helikopter, dukungan Logistik Cepat dan Pengamatan Laut, serta penyelenggaraan fungsi pembinaan materiil Penerbangan Angkatan Laut.[1][2]
Fungsi
Satuan ini bertugas mendukung operasi angkatan laut, baik untuk operasi tempur, operasi SAR maupun operasi bantuan kemanusiaan. Pengamanan laut untuk memantau pergerakan kapal-kapal asing khususnya di jalur alur laut kepulauan Indonesia (ALKI), pengamanan lingkungan dari pencemaran bahan berbahaya, pencegahan penyelundupan dan pencurian kekayaan laut juga menjadi misi penting yang diemban Dispenerbal, bekerja sama dengan unsur kekuatan udara lain seperti TNI-AU dan Polri. Salah satu aksi pesawat-pesawat TNI-AL yang paling dikenal belum lama ini adalah ketika mereka terlibat dalam upaya evakuasi korban gempa bumi di wilayah Yogyakarta. Pesawat yang terlihat adalah jenis helikopter seperti NBO-105 dan NBell-412.
Sejarah
Pada masa awal Penerbal tahun 1955-1965, kesatuan ini sempat diperkuat oleh pesawat sayap tetap berkemampuan ofensif seperti pembom Il-28 Beagle. 60 tahun yang lalu melalui surat keputusan KSAL No. 1.29.1.24 terbentuk organisasi Biro Penerbangan Angkatan Laut yang kedudukannya di bawah Staf Umum ALRI di Jakarta. Sesuai tuntutan tugas, dalam kurun waktu puluhan tahun organisasi yang mewadahi para penerbang TNI Angkatan Laut tersebut mengalami perkembangan. Dari Biro Penerbangan kemudian berganti nama menjadi Komando Penerbangan Angkatan Laut (Konerbal), Staf Umum Angkatan Laut 7/Udara (SUAL-7Udara), Staf Khusus Kasal bidang Penerbangan TNI AL (Susnerbal), dan Dinas Penerbangan TNI AL (Disnerbal). Akhirnya pada 13 Juni 2006, dalam rangka alih bina teknis, seluruh komponen Penerbangan TNI Angkatan Laut bernaung di bawah organisasi Pusat Penerbangan TNI Angkatan Laut (Puspenerbal), dan berkedudukan di Juanda, Surabaya.[3] Selama masa pengabdiannya, Penerbangan TNI Angkatan Laut telah memberikan kontribusi besar terhadap tugas pokok TNI AL sebagai Fleet Air Wing di berbagai penugasan seperti, Operasi Trikora, Dwikora, Jaya Wijaya, Penumpasan PGRS/Paraku, Cendrawasih II, Seroja, Pengusiran Kapal Lusitania Expresso, serta Operasi Pemulihan Keamanan di Aceh.
Likuidasi
Penerbangan TNI Angkatan Laut genap berusia 66 tahun. Seiring dengan usianya itu, Penerbangan TNI AL membuka lembaran sejarah baru. Kepala Staff Angkatan Laut (Kasal), Laksamana TNI Slamet Soebijanto akan meresmikan Dinas Penerbangan TNI AL (Disnerbal) menjadi Pusat Penerbangan TNI Angkatan Laut (Puspenerbal). Peresmian akan ditandai dengan pelantikan Komandan Puspenerbal dan penyerahan Pataka. Logo Wing Udara yang menjadi cikal bakal Penerbangan TNI AL akan dijadikan sebagai logo resmi Puspenerbal, sedangkan Wing Udara logonya akan diganti. Upacara militer akan diselenggarakan di Lanudal Juanda, Surabaya.[4]
Berikut ini adalah Skuadron Udara yang dimiliki oleh Angkatan Laut pada tahun 1960-an dimana kekuatan Penerbangan Angkatan Laut cukup lengkap, modern dan gahar.
Saat ini skadron ini berganti nama menjadi Fasharkan Pesud kepanjangan dari Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan Pesawat Udara, dengan tugas pokok melaksanakan pemeliharaan terhadap berbagai pesawat udara yang dimiliki Penerbangan TNI-AL, baik pesawat bersayap tetap maupun berbaling-baling.
Skadron Udara
Puspenerbal saat ini memiliki kekuatan 3 Wing Udara dengan 6 Skadron, yaitu:
Untuk menambah kemampuan dalam operasi tempur laut, TNI Angkatan Laut saat ini sedang melaksanakan proses pengadaan 11 unit Helikopter Anti Kapal Selam dan 6 unit Pesawat Patroli Maritim CN-235.
Selain alutsista, juga sedang dibangun Pangkalan Udara Angkatan Laut (Lanudal) di Biak, Papua, guna mendukung tugas operasional unsur-unsur udara di wilayah tersebut, serta penyempurnaan airstrip di Grati, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur yang dikhususkan untuk sarana latih terbang.
TNI AL Segera Hidupkan Kembali Skadron Udara 100 TNI AL yang berintikan helikopter anti-kapal selam yang pernah begitu ditakuti lawan pada dasawarsa '60-an, akan dihidupkan kembali. Skuadron 100 ini akan menjadi tulang punggung kekuatan TNI AL dalam operasi di laut.[5]
Kekuatan udara Puspenerbal saat ini terdiri atas pesawat sayap putar (helikopter) dari jenis NBell 412, NBO-105 dan NAS Super Puma, Colibri, serta pesawat sayap tetap untuk keperluan transpor dan patroli maritim berupa CN-235 MPA (Maritime Patrol Aircraft), NC-212, dan GAF Nomad.