Pulau Tinjil memiliki bentuk yang memanjang dari Timur Laut hingga ke Barat Daya dengan morfologi datar dan permukaan pada bagian timur hingga tengah dan semakin ke barat berubah menjadi kasar yang disertai dengan adanya bukit kecil. Lahan merupakan hutan rapat dengan sebagian kecil lahan terbuka di pinggir pantai. Vegetasi yang dapat dijumpai di pulau ini adalah ketapang, melinjo, sawo hutan, nipah, dll. Geologi Pulau Tinjil tersusun oleh terumbu karang dan pada terdapat 3 lapisan batuan yang didapatkan dari hasil pengukuran geolistrik. Bagian atas berupa lapisan pasir pantai dan batu gamping lapuk, bagian tengah berupa lapisan batu gamping, dan bagian bawah berupa lapisan lempung.[2]
Sejak tahun 1988, Pulau Tinjil telah digunakan sebagai lokasi pengembangbiakan secara alami dari spesies monyet ekor panjang(Macaca fascicularis).[3] Pada awalnya, sebanyak 520 ekor induk monyet ekor panjang dari Palembang, Jawa Barat, Banten, serta Lampung dimasukkan ke dalam pulau ini.[4] Pengelolaan monyet ekor panjang tersebut dilakukan oleh Pusat Studi Satwa Primata (PSSP), Institut Pertanian Bogor (IPB) yang diperuntukkan bagi penangkaran, sarana pendidikan, penelitian, dan pelatihan bagi mahasiswa dan staf dalam dan luar IPB yang memeliki ketertarikan dalam bidang primatologi.[2] Monyet yang ditangkarkan tersebut akan dipanen untuk dijadikan hewan percobaan dengan kualitas genetis yang tinggi, baik untuk penelitian di dalam maupun luar negeri. Selain spesies monyet ekor panjang, primata lain yang juga dikembangbiakan di pulau ini adalah beruk (Macaca nemestrina).[4]
Adanya penangkaran monyet di pulau ini menyebabkan orang-orang yang datang untuk berkunjung harus menjalani pemeriksaan kesehatan agar tidak menularkan penyakit kepada populasi monyet yang bebas beberapa jenis patogen atau virus, seperti tuberkulosis (TBC) dan simian retrovirus (SRV). Para calon pengunjung harus menjalani pemeriksaan kesehatan di Desa Cikiruh Wetan, Kecamatan Cikeusik sebelum menyeberang ke Pulau Tinjil.[4]
Selain monyet ekor panjang, pulau tersebut juga merupakan habitat bagi banyak populasi biawak yang sering terlihat di hutan, pantai, maupun sekitar pondok.[2]
Selain pulau ini, di Kabupaten Pandeglang terdapat Pulau Deli yang juga terletak di Samudra Hindia.
^Aryo Wisangeni Genthong (Rabu, 1 September 2010). "Konservasi Monyet: Dari Tinjil untuk Dunia". Kompas. hlm. 14.Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)
^ abcAgus Hidayat, Dody Hidayat, Faidil Akbar (1 Desember 2003). "Pulau Pemasok Kera Percobaan". Tempo-Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-05-14. Diakses tanggal 2010-09-07.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)