Protes pemilu Iran 2009
Setelah pemilu presiden Iran 2009, bermunculanlah protes terhadap tuduhan kecurangan dalam pemilu dan menyatakan dukungan kepada calon oposisi Mir-Hossein Mousavi di Tehran dan kota-kota besar lainnya di Iran dan di seluruh dunia.[1] Sebagai balasan, kelompok-kelompok lain juga mengadakan demonstrasi di Tehran untuk mendukung kemenangan Mahmoud Ahmadinejad.[2] Protes-protes ini disebut Revolusi Hijau karena warna kampanye calon presiden Mousavi. Beberapa analis menyebutkan hasil pemilu yang kontroversial itu sebagai kudeta[3][4][5] (atau "کودتای ۲۲ خرداد" dalam bahasa Persia— Kudeta 22 Khordad Anno Persarum). Ketiga kandidat oposisi telah mengklaim bahwa pemungutan suara dimanipulasi dan hasilnya direkayasa. Kandidat Mohsen Rezaee dan Mousavi telah mengajukan laporan keluhan resmi. Mousavi menyatakan bahwa ia "tidak akan takluk kepada manipulasi ini" sebelum mengajukan banding resmi terhadap hasilnya kepada Dewan Pengawal pada 14 Juni.[2] Polisi dan sebuah kelompok pro-pemerintah yang disebut Basij telah menindas protes-protes itu dengan kekerasan, menembaki kerumunan dan menggunakan tongkat-tongkat pemukul, cairan cabai, dan senjata-senjata lainnya. Ada 20 orang yang dinyatakan tewas pada protes-protes tersebut.[6] Pemerintah Iran telah menutup universitas-universitas di Tehran, memblokir situs-situs internet, penyebaran pesan lewat telepon genggam dan SMS,[7] dan melarang demonstrasi.[8] Pemilu presiden Iran pada 2009 didahului oleh sebuah survei independen oleh organisasi Terror Free Tomorrow yang berbasis di AS.[9] Jajak pendapat mereka, yang diselenggarakan pada 11-20 Mei 2009 (jadi hanya selama migngu pertama dari masa kampanye pemilu 30 hari) meramalkan partisipasi yang tinggi dan memperlihatkan rasio yang serupa untuk para kandidat dengan hasil resminya belakangan, sementara lebih dari seperempat pemilih masih ragu-ragu.[10] Banyak survei yang dilakukan di Iran sendiri memberikan hasil-hasil yang sangat berbeda. Seperti yang dinyatakan dalam sebuah tulisan opini di New York Times, hal ini disebabkan oleh fluktuasi yang sangat tinggi di antara pemilih selama masa kampanye.[11] Pemilu presiden berlangsung pada 12 Juni 2009. Berbeda dengan pemilu pada 2005, kali ini partisipasi peserta tinggi. Hasil resmi pemilu ini ditolak oleh ketiga kandidat oposisi, yang mengklaim bahwa suara pemilih dimanipulasi dan pemilu itu sendiri direkayasa. Pemilu presiden yang terakhir juga kontroversial, tetapi kali ini pertikaiannya semakin meningkat. Para calon Mohsen Rezaee dan Mousavi telah mengajukan pengaduan resmi. Mousavi mengumumkan bahwa ia "tidak akan takluk kepada manipulasi ini" sebelum mengajukan banding resmi terhadap hasil pemilu ini kepada Dewan Pengawal pada 14 Juni.[2] Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei menyatakan bahwa partisipasi pemilih yang tidak pernah terjadi sebelumnya dan hari-hari libur keagamaan yang terjadi berbarengan merupakan "penilaian ilahi", dan mendesak bangsanya agar bersatu,[12] dan belakangan memerintahkan penyelidikan terhadap klaim-klaim kecurangan dalam pemilu.[13] Merujuk kepada surat banding Mousavi tentang penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, Khamenei mengatakan bahwa "Dewan Pengawal telah menegaskan untuk melaksanakan investigasi terhadap surat ini dengan cermat," dan menyelidiki tuduhan-tuduhan tentang kecurangan pemilu.[13] Mousavi tidak optimistik dengan bandingnya. Menurutnya, banyak dari anggota kelompok itu yang "selama pemilu tidak netral".[14] Ahmadinejad menyebut pemilu itu "sepenuhnya bebas" dan hasilnya merupakan "suatu kemenangan besar" bagi Iran, sambil menolak protes-protes ini yang dianggapnya tak lebih daripada sekadar "keributan setelah sebuah pertandingan sepak bola ".[15] Menurut suatu analisis ilmiah oleh Prof. Walter R. Mebane, Jr., dari Jurusan Statistik dari Universitas Michigan, mengingat data dari tahap pertama pemilu presiden tahun 2005 memberikan hasil yang "memberikan dukungan kuat untuk sebuah diagnosis bahwa pemilu 2009 sangat penuh dengan kecurangan."[16] Garis waktu13 JuniBentrokan pecah antara polisi dan kelompok-kelompok yang memprotes hasil-hasil pemilu sejak pagi-pagi buta pada hari Sabtu. Protes-protes ini awalnya bersifat damai tetapi menjadi semakin penuh kekerasan. Massa yang marah di Tehran menyerbu toko-toko, merobek tanda-tanda dan memecahkan jendela-jendela.[1] Kerusuhan sipil yang paling parah di Iran selama lebih dari dua dekade terakhir sementara para pengunjuk rasa membakar ban-ban di luar gedung Departemen Dalam Negeri dan orang-orang lainnya membentuk sebuah rantai manusia yang terdiri atas sekitar 300 orang menutup sebuah jalan utama di Tehran. Sumber-sumber anonim mengatakan bahwa polisi menyerang markas Front Partisipasi Islami Iran dan menahan sejumlah orang.[12][17] Dua ratus orang melakukan protes di luar kedutaan besar Iran di London pada 13 Juni.[18] Ynet telah menyatakan bahwa "puluhan ribu orang" memprotes pada 13 Juni.[19] Para pengunjuk rasa menyerukan seruan-seruan seperti "Turunkan diktator", "Hukum mati diktator", dan "Kembalikan suara kami ".[19][20] Mousavi mengimbau para pengikutnya agar tenang dan meminta mereka agar tidak melakukan tindakan-tindakan kekerasan. Sementara itu, aksi protes yang dipimpin oleh warga keturunan Iran - Amerika juga diadakan di bekas kantor kedutaan besar Iran di Washington D.C. Pada 13 Juni, sejarahwan Timur Tengah dan Asia Selatan Juan Cole mengomentari bahwa "demonstrasi-demonstrasi massa yang menentang hasil-hasil pemilu tampaknya tidak begitu besar... para pembaharu selalu takluk di Iran bila mereka ditantang oleh kaum garis keras, sebagian karena tak seorangpun menginginkan terulangya kembali Teror Besar yang mengerikan pada tahun 1980-an setelah revolusi, ketika bentrokan antar faksi menghasilkan pertumpahan darah di jalan-jalan."[21] Wartawan independen Michael Totten menyatakan bahwa hari itu "Tehran hampir kelihatan seperti sebuah zone perang ", dan ia membandingkan Ahmadinejad dengan Baghdad Bob.[22] 14 JuniPada 14 Juni protes-protes telah semakin berkembang dan kekerasan pun meningkat. Bus-bus dan tempat-tempat sampah serta mobil-mobil diparkir yang dibakari massa memblokir jalan-jalan dan jalan-jalan bebas hambatan Tehran dan jalur-jalur yang menuju kota. Para pengunjuk rasa menyerang toko-toko, kantor-kantor pemerintah, pos-pos polisi, mobil-mobil polisi, stasiun-stasiun bahan bakar dan bank-bank.[23] Protes-protes besar, yang meningkat menjadi kerusuhan, juga merebak di Universitas Tehran, Universitas Amirkabir, dan Universitas Shahid Beheshti; di sana mahasiswa mulai membakari dan menghancurkan berbagai gedung dan barang-barang di seluruh kampus. Jalan Valiasr dipenuhi oleh para pemprotes dan murid-murid sekolah meneyrang polisi dan perwira TPRI. Polisi telah menempatkan barikade di sekitar Bandara Mehrabad dan Bandara Internasional Imam Khomeini karena khawatir bahwa para pemrotes sedang mempersiapkan diri untuk menyerang mereka dan juga telah memblokir semua jalan menuju ke Departemen Dalam Negeri; di sana para demonstran membakari ban-ban bekas di luar gedung dan melemparkan batu-batu serta bom Molotov.[1] Untuk mencegah menyebarnya informasi, banyak situs internet yang telah diblokir, khususnya situs-situs jaringan social seperti Facebook, YouTube, Twitter, situs-situs siaran asing, dan situs-situs para reformis. Pengiriman teks dan SMS, serta telepon internasional calls dari Tehran diblokir, dan pada Minggu sore, pelayanan telepon genggam telah ditutup. Para wartawan dari stasiun televisi publik Italia RAI menyatakan bahwa salah seorang penerjemahnya dipukuli dengan tongkat oleh polisi anti huru-hara dan kemudian pita-pita rekaman kamerawannya disita.[12] Juga beberapa kamerawan BBC dipukuli dan ditangkap oleh para petugas TPRI dan dan pita-pita rekamannya pun disita.[23][24] Pada tengah hari, protes-protes telah menyebar ke Ahwaz, Shiraz, Gorgan, Tabriz, Rasht, Babol, dan Mashhad dengan jumlah peserta yang kian bertambah. Pada 14 Juni, protes-protes besar-besaran pun pecah di Lapangan Naqsh-e Jahan di Isfahan. Protes-protes dilaporkan berlangsung di Zahedan, Qazvin, Sari, Karaj, Tabriz, Shahsavar, Orumieh, Bandar Abbas, Arak, Birjend.[25] Karena polisi anti huru-hara umumnya terbatas di Tehran, TPRI dan Basij telah diterjunkan untuk meredam protes-protes di kota-kota lain. Al Jazeera bahasa Inggris menggambarkan situasinya sebagai "gejolak terbesar sejak revolusi 1979." Juga dilaporkan bahwa protes-protes itu tampaknya berlangsung spontan, tanpa organisasi resmi apapun.[26] Menurut Ynetnews, pada 14 Juni, dua orang tewas dalam kerusuhan itu.[19] Pada 14 Juni, protes diadakan di luar gedung PBB di New York City;[27] di depan kedutaan besar Iran di Paris,[28] Berlin,[29] Konsulat Iran di London dan Sydney;[30] di sebuah lapangan terbuka di Toronto.[31] Protes-protes juga terjadi di Kuala Lumpur,[32] Los Angeles,[33] San Diego,[34] San Francisco [35] dan Dubai.[36] Protes-protes lainnya diselenggarakan di depan kedutaan-kedutaan Iran di Turki, Paris,[37] Berlin,[37] London,[38] Roma,[39] Wina,[37] dan Den Haag.[40] Pada malam antara 14 15 Juni, 15 mahasiswa terluka parah karena dipukuli atau terbunuh ketika polisi dan basij dengan brutal menyerang asrama Universitas Tehran. Banyak mahasiswa yang tidak menduga akan terjadinya serangan yang tidak diprovokasi ini dan tidak terlibat dalam kerusuhan sipil apapun saat itu.[41] Pada 14 Juni, 120 dosen dari Universitas Teknologi Sharif mengundurkan diri sebagai protes atas pemilu yang dituduh curang ini dan mulai mengadakan protes menentang terpilihnya kembali Ahmadinejad sebagai Presiden.[42] Pemerintah Iran menangkap lebih dari 100 tokoh anti-pemerintah selama kerusuhan ini,[43] termasuk Abdolfattah Soltani, Abdolreza Tajik, Saeed Hajjarian, dan bekas Wakil Presiden Iran Mohammad Ali Abtahi.[44] Juga pada 14 Juni, puluhan ribu orang berdemonstrasi di pusat kota Tehran untuk merayakan terpilihnya kembali Ahmadinejad.[45] Kerumunan ini terdiri atas penduduk setempat di Tehran maupun orang-orang yang didatangkan dengan bus-bus dari daerah-daerah pendukung fanatik rezim ini.[butuh rujukan] Sebuah foto tentang demonstrasi ini yang muncul di sebuah surat kabar Iran Kayhan[1] Diarsipkan 2009-06-19 di Wayback Machine. direkayasa dengan photoshop untuk menambahkan jumlah kerumunannya.[46] 15 JuniPada 15 Juni, Mousavi melakukan penampilannya yang pertama setelah pemilu dengan sejumlah orang yang jumlahnya digambarkan lebih dari 3 juta orang[47][48] atau jutaan pendukungnya dalam sebuah unjuk rasa di Tehran, meskipun pemerintah memperingatkan bahwa unjuk rasa seperti itu dianggap ilegal.[49][50] Kerumunan in membentuk barisan yang panjangnya hingga 9 km.[51] Tembakan-tembakan dilepaskan dari sebuah kompleks yang digunakan oleh milisi Basij yang pro-pemerintah, yang konon menyebabkan tewasnya tujuh orang demonstran. Tembakan-tembakan ini dilepaskan setelah para demonstran dikatakan menyerang kompleks milisi itu. Pejabat-pejabat Iran menangkap seorang laki-laki sehubungan dengan penembakan itu.[6][52] Selain kejadian ini, unjuk rasa berlangsung damai. Para milisi Basij pro pemerintah pada umumnya menahan diri di pinggir jalan setelah dikejutkan oleh jumlah kerumunan pengunjuk rasa yang luar biasa besarnya.[53] Bebrapa demonstrasi dalam ukuran yang lebih kecil berlangsung di berbagai kota lainnya di Iran.[54] Para pengunjuk rasa berkumpul di Lapangan Kemerdekaan di Tehran, sambil berseru "Matilah sang diktator", dalam sebuah kecaman keras terhadap hasil-hasil pemilu, sementara pada saat yang sama juga berseru "Mousavi! Mousavi!" sebagai tanda dukungan kepada bekas perdana menteri dan menggunakan slogan-slogan yang berasal dari Revolusi Islami 1979. Massa menyerukan "Allahu Akbar" dari atap-atap rumah mereka, dan pemuda berkeliling kota dengan pita-pita hijau sebagai tanda dukungan bagi Mousavi. Sebuah protes direncanakan akan diadakan pada 16 Juni.[53] Protes-protes di seluruh dunia berlanjut pada 15 Juni di Montreal di Place des Art.[55] di Kuala Lumpur, polisi Malaysia menembakkan gas air mata untuk membubarkan sebuah demonstrasi di gedung PBB di kota itu.[56] Beberapa ratus orang Iran-Amerika di Chicago mengadakan protes pada 16 Juni 16 untuk mendukung warga Iran yang tinggal di Iran. Ratusan warga Iran di luar negeri disertai oleh warga Denmark dalam sebuah unjuk yang mendukung para pendukung Mousavi di Kopenhagen.[57] 16 JuniPada 16 Juni, ribuan orang mulai berkumpul kembali di jalan-jalan di Tehran, dalam apa yang diyakini sebagai sebuah protes yang "jauh lebih besar" daripada yang terjadi pada hari Senin.[58][59] Karena kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para wartawan asing, pusat-pusat media lama internasional belum bias memberikan laporan yang lebih canggih tentang unjuk rasa ini. Namun, potongan-potongan berita menampilkan kekerasan yang dilakukan terhadap kerumunan yang muncul dalam berbagai jaringan Internet hampir segera setelah terjadinya. Ada sebuah laporan tentang polisi khusus yang memisahkan para Basij dan demonstran.[60] Neil MacFarquhar dari The New York Times mengatakan pada 16 Juni, "Pertanyaannya tetap berapa lama para pemimpin Iran akan mentolerir demonstrasi-demonstrasi ini, dan berapa lama para pemrotes itu akan tetap tinggal di jalan hingga terjadi apa yang diharapkan oleh banyak analis sebagai momen Tiananmen."[61] Lebih dari 120 profesor Universitas Tehran yang telah mengundurkan diri sebagai protes terhadap kekerasan terhadap para mahasiswa bergabung dengan protes-protes itu setelah pasukan keamanan dengan kekerasan menyerang asrama-asrama universitas.[62] Dewan Pengawal mengatakan pada tanggal 16 bahwa mereka siap untuk memerintahkan dilakukannya penghitungan ulang sebagian saja, dan menolak pembatalan pemungutan suara.[59] Konsesi ini ditolak oleh kandidat utama oposisi, Mir-Hossein Mousavi, yang menuntut agar pemilu diulang.[59] 17 JuniTim nasional sepak bola Iran bermain melawan tim Korea Selatan di Seoul. Beberapa anggota tim Iran mengenakan pita hijau di babak pertama pertandingan tetapi kemudian dipaksa melepaskan emblem pro-Mousavi mereka pada babak kedua. Pada paruhan kedua pertandingan melawan Korea Selatan, hanya Mehdi Mahdavikia yang mengenakan lambang dukungan bagi Mousavi.[63] Unjuk rasa lainnya diadakan di Teheran pada 17 Juni yang berpusat di sekitar Lapangan 7 Tir. Jumlah pesertanya diperkirakan antara 70.000 hingga 500.000.[64] 18 JuniPara pengunjuk rasa yang membawa llilin berkumpul di Tehran pusat pada hari Kamis dekat Lapangan Toopkhaneh, bahkan ketika pemerintah Iran melakukan langkah pertamanya untuk mendakan suatu dialog untuk meredakan kemarahan yang terjadi minggu lalu karena hasil pemilu presiden yang dipertentangkan, dengan undangan dari Dewan Pengawal Negara yang berkuasa kepada ketiga penantang utama untuk membahas keluhan-keluhan mereka.[65] Mousavi menyerukan diadakannya protes untuk mengenang mereka yang tewas dalam demonstrasi pada hari Senin.[64] Berbagai laporan menyebutkan jumlah massa sekitar "puluhan ribu"[66] to "more than 100,000."[67] Demonstrasi yang kedua, dan berlangsung secara simultan, juga diadakan dekat markas besar PBB yang diikuti oleh beberapa ratus orang. Laporan-laporan mulai bermunculan karena usaha diam-diam oleh kaum reformis untuk mengidentifikasikan para anggota Basij dan polisi yang melakukan kekerasan terhadap para demonstran. Karena itu, para Basij mulai mengenakan balaclava agar identifikasi mereka tidak terbuka.[butuh rujukan] Sebuah demonstrasi tandingan diadakan oleh para mahasiswa garis keras yang memprotes peranan bekas Presiden Akbar Hashemi Rafsanjani dalam protes-protes pro-Mousavi.[67] Lihat pula
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Demonstrations and protests relating to the Iranian presidential election, 2009.
|