Pertamina memproduksi berbagai bahan bakar minyak (BBM) dengan beberapa varian dengan spesifikasi tertentu. Produk BBM yang diproduksi terdiri dari bahan bakar bensin, bahan bakar untuk mesin diesel, dan minyak tanah.
Jenis bensin
Pertalite
Pertalite merupakan bahan bakar jenis bensin yang memiliki angka oktan 90 dengan warna hijau terang.[1][2] Berdasarkan spesifikasi dari uji lab, Pertalite tidak ada kandungan besi, mangan ataupun timbal. Kandungan sulfur Pertalite sebanyak 880 ppm.[1] Jenis kendaraan yang cocok menggunakan Pertalite adalah jenis kendaraan dengan kompresi mesin 9:1 sampai dengan 10:1[3]
Pertamina meluncurkan produk ini pada 24 Juli 2015 di SPBU 31.1.02.02 Abdul Muis, Jakarta Pusat oleh Direktur PT Pertamina Dwi Soetjipto dengan ketersediaan awal di 110 SPBU di Jakarta, Surabaya dan Bandung.[4]
Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 37.K/HK.02/MEM.M/2022 tentang Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan yang berlaku surut sejak tanggal 1 Januari 2022, jenis bahan bakar khusus penugasan yang sebelumnya minimum dengan RON 88 (Premium) menjadi RON 90, sehingga Pertalite berstatus menjadi bahan bakar khusus penugasan dengan harga Rp10.000,00 per liter (pada 3 September 2022) di seluruh wilayah Indonesia.[5]
Pertamax
Pertamax merupakan bahan bakar jenis bensin dengan oktan 92. Pertamax direkomendasikan untuk digunakan pada kendaraan yang memiliki kompresi rasio 10:1 hingga 11:1 atau kendaraan berbahan bakar bensin yang menggunakan teknologi setara dengan Electronic Fuel Injection (EFI).[3] Pertamax diklaim dapat membersihkan bagian dalam mesin, dilengkapi dengan pelindung anti karat pada dinding tangki kendaraan, saluran bahan bakar dan ruang bakar mesin , serta mampu menjaga kemurnian bahan bakar dari campuran air sehingga pembakaran menjadi lebih sempurna.
Pertamax Green
Pertamax Green merupakan bahan bakar jenis bensin dengan oktan 95. Produk ini merupakan campuran antara Pertamax dan etanol 5%, [6] di mana etanol tersebut merupakan bioetanol atau fermentasi tetes tebu (Molases). BBM ini resmi diluncurkan pada tanggal 24 Juli 2023 di SPBU MT Haryono, Jakarta.[7][8]
Pertamax Turbo
Pertamax Turbo adalah bahan bakar yang memiliki oktan 98. Bahan bakar ini hasil pengembangan produk Pertamax Plus (RON 95) yang memiliki RON (research octane number atau angka oktan) minimal 98 serta dilengkapi Ignition Boost Formula (IBF) oleh Pertamina dan Lamborghini. Sebelum diluncurkan, Pertamax Turbo diuji coba pada Januari 2016 di ajang balapan Lamborghini Blancpain Supertrofeo European, Sirkuit Vallelunya, Italia.[9] Kemudian diluncurkan secara resmi pada 29 Juli 2016 di ajang balapan yang sama di Belgia. Standar Euro 4 diimplementasikan pada Pertamax Turbo.[3]
Pertamax Racing
Pertamax Racing adalah bahan bakar yang memiliki research octane number (RON) 100. Bahan bakar ini cocok bagi kendaraan dengan kompresi diatas 13:1
Produk yang dihapus
Premix
Premix merupakan singkatan dari Premium Mixture dimana premium diberikan zat tambahan MTBE (Methyl Tertier Buthyl Ether) untuk peningkatan oktan berdasarkan Keputusan Dirjen Migas No. 21K/72/DDJM/1990. Premix awalnya memiliki angka oktan sebanyak 92, kemudian ditingkatkan menjadi 94 berdasarkan Dirjen Migas No. 26K/72/DDJM/1992,. Namun karena tidak ramah lingkungan, produk Premix kemudian dihapus.[10][11]
Super & Super TT
Bahan bakar dengan merk Super diluncurkan pada tahun 1980-an karena kebutuhan dengan oktan yang tinggi. Awalnya Super memiliki oktan sebanyak 95, kemudian ditingkatkan menjadi 98 menjelang tahun 1990-an.[12] Beberapa tahun kemudian, terdapat perjanjian internasional yang mewajibkan setiap negara untuk menghilangkan kandungan timbal dalam bahan bakar, maka Super diubah menjadi Super TT (Tanpa Timbal).[12]
BB2L
BB2L merupakan singkatan dari Bensin Biru 2 Langkah, yang mengandung kandungan timbal sebanyak 0,013 gram/liter dan MTBE maksimum 11% dari volume. BB2L memiliki angka oktan 80–85. Bahan bakar ini dikhususkan untuk kendaraan yang memakai mesin 2 langkah, sesuai dengan nama produk. Namun BB2L pada tahun 2001 dihentikan produksinya oleh Pertamina karena mencemari lingkungan.[13]
BioPremium
BioPremium pada dasarnya sama dengan Premium, namun ditambah dengan bio ethanol dengan perbandingan 98:2 (2%). BioPremium memenuhi standar yang dicantumkan dalam Dirjen Migas No. 3674 K/24/DJM/2006. Bahan Bakar ini diluncurkan pada tahun 2006[14] dan diperluas penjualannya pada Agustus 2008,[15] namun produksi dihentikan pada Juni 2010 karena tidak didapatkan suplai Ethanol Unhydrous sebagai bahan campuran Bio Premium.[16]
BioPertamax
BioPertamax merupakan bahan bakar produk Pertamax dicampur dengan ethanol sebanyak 5%. Produk ini diluncurkan pada Desember 2006 setelah peluncuran BioPremium dan Bio Diesel[14] namun produksi dihentikan pada Juni 2010 bersamaan dengan BioPremium dengan alasan yang sama, yakni karena tidak didapatkan suplai Ethanol Unhydrous sebagai bahan campuran BioPertamax.[16]
Pertamax Plus
Pertamax Plus adalah bahan bakar minyak nonsubsidi dikonsep dengan nilai oktan 95 untuk memenuhi standar performa International Worldwide Fuel Charter (IWWFC) dan standar emisi Euro II. Pertamax Plus adalah bahan bakar untuk kendaraan yang memiliki rasio kompresi antara 10:1 hingga 11:1 serta menggunakan teknologi Electronic Fuel Injection (EFI), Variable Valve Timing Intelligent, turbochargers, dan catalytic converters.[17]
Penjualan Pertamax Plus dihentikan Desember 2016 karena digantikan dengan Pertamax Turbo.[18] Namun pada 2023 bahan bakar minyak nonsubsidi dengan nilai oktan 95 diluncurkan ulang oleh Pertamina dengan nama Pertamax Green sebab merupakan campuran Pertamax dan etanol.[6]
Premium
Premium merupakan bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kuning. Warna tersebut dihasilkan oleh pemberian zat tambahan.[19] Premium merupakan BBM untuk kendaraan bermotor yang paling populer di Indonesia. Salah satu sebabnya karena harganya yang relatif rendah. Bilangan oktan dari premium terendah di antara produk jenis bensin lainnya, yakni sebesar 88.[20]
Angka oktan minimal 88 diproduksi sesuai dengan Keputusan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Np.3674/K24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006 tentang Spesifikasi Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin 88. Premium dapat digunakan pada kendaraan bermotor bensin dengan rasio kompresi rendah (dibawah 9:1).[3] Sejak saat itu, Premium sudah tanpa timbal.[21] Sebelum tahun 2014, premium dipasarkan oleh Pertamina dengan harga yang relatif murah karena memperoleh subsidi dari APBN. Namun, sejak berlakunya Perpres No. 191 Tahun 2014, premium berstatus sebagai bahan bakar khusus penugasan yang hanya dijual di wilayah penugasan dengan harga ditetapkan Menteri ESDM tanpa menggunakan subsidi.[22]
Pada tahun 1980an, Premium hanya memiliki RON sebanyak 83.[12]
Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 37.K/HK.02/MEM.M/2022 tentang Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan yang berlaku surut sejak tanggal 1 Januari 2022, jenis bahan bakar khusus penugasan yang sebelumnya minimum dengan RON 88 menjadi RON 90 (Pertalite), sehingga Premium sudah tidak berstatus sebagai bahan bakar khusus penugasan lagi.[5]
Jenis diesel
Solar/Biosolar
Solar adalah bahan bakar bermesin diesel dengan nama merk yang sama, produk solar pertama Pertamina. Solar memiliki angka setana sebanyak 48 dan kandungan sulfur sebanyak 2500 ppm. Bahan bakar ini umumnya digunakan oleh angkutan umum seperti bus kota dan bus antarkota ataupun kendaraan diesel berteknologi lama.[3]
Dexlite
Dexlite merupakan bahan bakar diesel yang memiliki angka setana minimal 51 dan kandungan sulfur maksimal 1200 ppm.[3] Selain itu, bahan bakar ini juga Dexlite mengandung fatty acid methyl eter (FAME) sebanyak 20% dan zat aditif.[23] Produk ini diluncurkan pada 15 April 2016.[24]
Pertamina Dex
Pertamina Dex merupakan bahan bakar jenis diesel dengan angka setana 53 serta kandungan sulfur kurang dari 300 ppm sesuai standar internasional EURO 3 & WWFC Cat.[25] Pertamina Dex diluncurkan pada tanggal 12 Agustus 2005. Bahan bakar ini sangat direkomendasikan untuk pemakaian pada kendaraan bermesin diesel, terutama yang telah menerapkan berteknologi Common Rail System.[26][27][3]
Minyak tanah
Minyak tanah yang diproduksi oleh Pertamina digunakan untuk kebutuhan dapur rumah tangga sama seperti LPG. Pemerintah memberikan subsidi untuk bahan bakar ini, selain Premium dan Solar. Mulai tahun 2007, minyak tanah dikonversi ke LPG 3 kg.[28] Dan sampai saat ini masih terdapat di daerah-daerah tertentu.
Bahan bakar aviasi
Jet A-1 (Avtur)
Avtur adalah bahan bakar untuk aviasi produksi Pertamina dengan nama produk yang sama. Avtur dengan nama lain Jet A-1 digunakan di mesin turbin pesawat dengan spesifikasi menyesuaikan Defence Standard 91/91.[29]
Avgas
Avgas merupakan kependekan dari Aviation Gasoline. Avgas digunakan untuk pesawat bermesin piston dan helikopter ringan dengan spesifikasi menyesuaikan Defence Standard 91/91.[30][17]
Methmix
Methmix 45/55/0 adalah kependekan dari Methanol Mixture (campuran metanol), yang berfungsi sebagai penambah daya untuk meningkatkan output daya maksimum mesin piston pada pesawat. Tenaga mesin pesawat menurun karena penurunan tekanan atmosfer dan kepadatan udara di ketinggian yang lebih tinggi.[31]