Dwi Soetjipto (lahir 10 November 1955) adalah seorang eksekutif Indonesia. Pada 28 November 2014, Presiden Joko Widodo memilih Dwi Soetjipto sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero). Ia menggantikan Karen Agustiawan yang mengundurkan diri.[1]
Sebelumnya, Soetjipto menjabat sebagai Direktur Utama PT Semen Indonesia, perusahaan induk usaha semen nasional dengan operasi pabrik terbesar di Asia Tenggara. Ia menjabat hingga tahun 2014. Berhasil melakukan konsolidasi industri semen nasional, Soetjipto dipandang sebagai bapak pemersatu industri semen Indonesia.
Riwayat pendidikan
Tahun 2009, Dwi Soetjipto meraih gelar Doktor Ilmu Manajemen Kekhususan Manajemen Stratejik dari Universitas Indonesia (UI), sebelumnya menyandang gelar Magister Manajemen dari Universitas Andalas Padang, dan gelar Insinyur dari Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya. Untuk prestasi kepemimpinannya sebagai eksekutif korporasi dan sumbangsih terhadap pembangunan almamaternya, ia pernah dinobatkan sebagai alumnus terbaik dari Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (IKA-ITS). Dan kini, ia juga terpilih sebagai ketua IKA-ITS
Karier
Jenjang karier Dwi Soetjipto
- Direktur Utama PT Pertamina (Persero) (2014)
- Direktur Utama PT Semen Indonesia 2012-2014
- Dirut PT Semen Gresik tahun 2005-2012
- Dirut PT Semen Padang tahun 2003-2005[2]
- Komisaris Utama PT Igasar tahun 1998-2003
- Direktur Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PT Semen Padang tahun 1995-2003
- Komisaris Utama PT Igasar (1998-2003)[4]
- Koordinator Bidang Diklat dari Institut Semen dan Beton Indonesia (2000-sekarang)[5]
Pertamina
28 November 2014, Dwi Soetjipto dipilih Presiden Joko Widodo untuk memimpin PT Pertamina.[6] Ia adalah direktur utama BUMN pertama yang diangkat dalam masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, berdasarkan prinsip meritokrasi. Menurut Presiden Joko Widodo, Soetjipto dipilih berdasarkan hasil tes tertinggi di antara kandidat lain, dan dibebani tugas khusus memberantas mafia migas dalam tubuh Pertamina.[7] 13 Mei 2015, Soetjipto mengumumkan pembubaran salah satu anak usaha Pertamina yang merugikan, Petral (Pertamina Energy Trading).[8][9] Soetjipto mengeluarkan produk Pertalite untuk menambah daya saing produk di level hilir. Belum setahun setelah dilantik, Oktober 2015, Pertamina dianugerahi Best Downstream Service & Solutions Company dan Soetjipto dianugerahi Asia Best CEO dalam Oil and Gas Awards 2015 oleh majalah internasional World Finance.[10]
Semen Indonesia
Pada saat di bawah kepemimpinannya, PT Semen Indonesia menyatukan Semen Padang, Semen Gresik, dan Semen Tonasa. Melalui kerja visionernya untuk memperluas operasi BUMN Indonesia di Asia, PT Semen Indonesia sudah membuka pabrik di negara Vietnam. Pers dan komunitas korporasi di Hanoi, Vietnam, memanggilnya sebagai Vu Van Qui atau Vu Vi Tho.[11]
Dwi Soetjipto adalah eksekutif pertama sepanjang sejarah yang membawa BUMN Indonesia menjadi perusahaan multinasional. Menurut Menteri BUMN Dahlan Iskan, Soetjipto membawa transformasi PT Semen Indonesia menjadi BUMN pertama yang berstatus multinasional (multinational state-owned company) setelah pembelian pabrik Thang Long di Hanoi Vietnam.[12]
Semen Gresik
Sebelumnya, ia menjabat sebagai Direktur Utama PT Semen Gresik Persero sejak tahun 2005, kemudian pada awal tahun 2013 PT Semen Gersik Persero resmi bertranformasi menjadi PT Semen Indonesia Tbk. Dwi Soetjipto juga menjadi koordinator pengajar di Institut Pelatihan Pembangunan sejak tahun 1999 sampai sekarang. Sejak tahun 2014, Dwi Soetjipto menjadi Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Semen Indonesia dan komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI).[17]
Prestasi Soetjipto selama menjadi Dirut PT Semen Gresik adalah mampu mensejajarkan Semen Gresik dengan BUMN besar seperti Pertamina dan PLN. Soetjipto sukses membawa kapasitas produksi Semen Gresik menjadi 26 juta ton per tahun, mengalahkan kapasitas produksi Siam Cement yang sebesar 23 juta ton, yang selama ini adalah raja semen Asia Tenggara. Hingga semester I-2012, kinerja Semen Gresik perseroan berhasil membukukan laba bersih Rp2,1 triliun atau naik 12,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan itu terjadi seiring dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 13,83%, dari Rp7,61 triliun menjadi Rp8,66 triliun. Dwi Soetjipto juga memperoleh penghargaan pemerintah berupa Satya Lencana Pembangunan di bidang pembinaan koperasi usaha kecil dan menengah (UKM). Koperasi Warga Semen Gresik (KWSG) saat ini tercatat menjadi koperasi terbesar kedua di Indonesia dengan jumlah anggota 6.000 orang, dan mencatat total penjualan Rp1,4 triliun.
Keluarga
Dwi Soetjipto menikah dengan Handini dan dikaruniai 4 anak[2].
Referensi
Bacaan lanjutan