Preity Zinta
Preity Zinta[1] (diucapkan [ˈpriːt̪i ˈzɪɳʈaː];) dengan nama lahir Preity Zinta, lahir 31 Januari 1975 adalah seorang pemeran film dan pengusaha India. Setelah lulus dengan gelar dalam kehormatan bahasa Inggris dan psikologi kejahatan, Zinta memulai debut aktingnya dalam Dil Se.. pada 1998, diiringinya dengan sebuah peran dalam Soldier pada tahun yang sama. Penampilan-penampilannya tersebut memberikannya Penghargaan Filmfare untuk Debut Perempuan Terbaik, dan ia kemudian dikenal atas perannya sebagai seorang ibu tunggal remaja dalam Kya Kehna (2000). Ia kemudian membangun sebuah karier sebagai seorang aktris terkemuka dalam perfilman Hindi dengan berbagai jenis karakter. Beberapa perannya, yang dianggap menantang secara adat istiadat, bersama dengan persona layarnya yang inkonvensional telah disebutkan berkontribusi pada sebuah perubahan dalam konsep wanita perfilman Hindi, dan meraih beberapa penghargaan.[2][3] Setelah peran-peran yang diapresiasi secara kritis dalam Chori Chori Chupke Chupke (2001), Dil Chahta Hai (2001), Dil Hai Tumhaara (2002), dan Armaan (2003), Zinta meraih Penghargaan Filmfare untuk Aktris Terbaik untuk penampilannya dalam film drama Kal Ho Naa Ho (2003). Ia kemudian memainkan peran-peran utama dalam dua film berkeuntungan tertinggi tahunan di India secara berturut-turut, film fiksi ilmiah Koi... Mil Gaya (2003) dan drama percintaan Veer-Zaara (2004). Ia kemudian dikenal atas perannya sebagai seorang wanita India modern dan independen dalam Salaam Namaste (2005) dan Kabhi Alvida Naa Kehna (2006), produksi berkeuntungan tertinggi di pasar mancanegara. Peran film internasional pertamanya adalah dalam film drama Kanada Heaven on Earth (2008), yang atas penampilannya ia dianugerahi Penghargaan Hugo Perak untuk Aktris Terbaik dan dinominasikan untuk Penghargaan Genie untuk Aktris Terbaik. Ia mengiringinya dengan sebuah cuti dari pekerjaan akting selama beberapa tahun, dengan pengecualian dari film kekembalian yang diproduserinya sendiri, Ishkq in Paris (2013), yang gagal untuk menghasilkan sebuah kesuksesan. Selain berakting, Zinta telah menulis serangkaian artikel untuk BBC News Online Asia Selatan; ia adalah seorang aktivis sosial, seorang pembawa acara televisi, dan seorang pementas panggung reguler. Ia adalah pendiri perusahaan produksi PZNZ Media, salah satu pemilik tim kriket Liga Primer India Kings XI Punjab sejak 2008, dan pemilik tim kriket Liga Global T20 Afrika Selatan Stellenbosch Kings sejak 2017. Zinta dikenal dalam media India karena mengungkapkan pikirannya secara terbuka, dan akibatnya telah memicu kontroversi sesekali. Kontroversi tersebut termasuk ketika ia menjadi satu-satunya saksi yang tidak mencabut pernyataannya dalam pengadilan terhadap mafia India selama kasus Bharat Shah 2003, yang atas kejadian tersebut ia dianugerahi Penghargaan Keberanian Nasional Godfrey Phillips. Kehidupan awal dan latar belakangPreetam Singh "Preity" Zinta lahir pada 31 Januari 1975 dalam sebuah keluarga Rajput dari Shimla, Himachal Pradesh.[4][5][6] Ayahnya, Durganand Zinta, adalah seorang perwira di Angkatan Darat India.[7] Ayahnya meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil ketika ia berusia 13 tahun; kecelakaan tersebut juga melibatkan ibunya, Nilprabha, yang terluka parah dan akibatnya terbaring di tempat tidur selama dua tahun. Zinta menyebut kecelakaan tragis dan kematian ayahnya tersebut sebagai tekanan besar dalam hidupnya, yang memaksanya untuk menjadi dewasa dengan cepat.[8] Ia memiliki dua saudara laki-laki; Deepankar dan Manish, yang masing-masing setahun lebih tua dan setahun lebih muda. Deepankar adalah seorang perwira yang ditugaskan di Angkatan Darat India, sementara Manish tinggal di California.[9] Zinta, yang menggambarkan dirinya sebagai seorang tomboi saat kecil, telah mewarisi latar belakang kemiliteran ayahnya serta telah memberinya kesan abadi tentang bagaimana kehidupan keluarga harus dilakukan. Ia menegaskan pentingnya kedisiplinan dan ketepatan waktu bagi anak-anak.[10] Ia belajar di sekolah asrama Biara Yesus dan Maria di Shimla. Meskipun ia mengaku kesepian di sekolah asrama tersebut, ia menyatakan bahwa hal tersebut diimbangi ketika ia menemukan "... kumpulan teman yang sempurna" di sana.[7][11] Sebagai seorang pelajar, ia mengembangkan kecintaannya pada kesusastraan, khususnya pada karya-karya William Shakespeare dan puisi.[7] Dilansir dari Zinta, ia menikmati belajar di sekolah dan mendapat nilai bagus; pada waktu luangnya ia bermain olahraga, misalkan bola basket.[8] Setelah lulus dari sebuah sekolah asrama di Sanawar (Sekolah Lawrence) pada usia 18 tahun, Zinta mendaftar ke Kolese St. Bede di Shimla. Ia lulus dari kolese tersebut dengan gelar kehormatan bahasa Inggris, dan kemudian memulai sebuah program pascasarjana dalam bidang psikologi.[12] Ia meraih gelar pascasarjana dalam bidang psikologi kejahatan, tetapi kemudian bekerja sebagai peragawati.[7] Iklan televisi pertama Zinta adalah untuk cokelat Perk, yang disebabkan dengan sebuah pertemuan yang kebetulan dengan seorang sutradara di pesta ulang tahun temannya pada 1996.[7] Sutradara tersebut membujuk Zinta untuk mengikuti audisi untuk jabatan tersebut, dan ia terpilih. Setelah itu, ia muncul dalam beberapa katalog dan iklan lainnya, seperti untuk sabun Liril.[8][12] Karier aktingDebut dan peran-peran awal (1998–99)Pada 1997, Zinta bertemu dengan Shekhar Kapur ketika ia menemani temannya ke sebuah audisi, dan ditanya apakah ia akan ikut audisi juga. Setelah melihat audisinya, Kapur bersikeras bahwa ia akan menjadi seorang aktris. Pada awalnya ia dijadwalkan untuk memulai debut layar lebarnya dalam film Tara Rum Pum Pum karya Kapur dengan Hrithik Roshan, tetapi proses syuting dibatalkan. Kapur kemudian merekomendasikannya untuk membintangi karya penyutradaraan Mani Ratnam Dil Se...[12][13] Zinta sering mengingat-ingat kembali ketika ia bergabung dengan industri perfilman, teman-temannya mengatakan bahwa ia biasanya akan "mengenakan sari putih dan menari di bawah hujan", sehingga memotivasinya untuk memainkan bagian yang berbeda.[7][13] Zinta memulai proses syuting untuk Kya Kehna karya Kundan Shah, yang perilisannya ditunda hingga tahun 2000.[14] Film lainnya yang ditunda, Soldier, menandakan bahwa perilisan pertamanya ialah Dil Se.. (1998) yang menampilkannya beradu akting dengan Shahrukh Khan dan Manisha Koirala.[13] Ia berperan sebagai Preeti Nair, seorang gadis Delhi kelas menengah dan tunangan Khan. Film tersebut dianggap sebagai sebuah peluncuran yang tidak biasa bagi seorang pendatang baru, karena perannya hanya berdurasi selama 20 menit pada layar lebar.[14] Namun, ia akhirnya dipuji atas perannya, terutama atas karakter terus terang yang ia mainkan.[8] Adegannya bersama Khan, ketika ia bertanya kepadanya bahwa, "Apakah engkau seorang perjaka?", menjadi terkenal, dan penampilannya tersebut membuatnya meraih nominasi Penghargaan Filmfare untuk Aktris Pendukung Terbaik.[14] Ia memainkan peran utama pertamanya dalam film drama laga Soldier (1998), yang merupakan sebuah kesuksesan komersial pada tahun tersebut.[15] Ia meraih Penghargaan Filmfare untuk Debut Perempuan Terbaik atas penampilannya dalam film Dil Se.. dan Soldier. Zinta tampil dalam dua film Telugu, Premante Idera (1998), bersama Venkatesh; dan Raja Kumarudu (1999), bersama Mahesh Babu. Ia mengiringinya dengan menjadi pemeran utama bersama Akshay Kumar dalam film Sangharsh, sebuah film cerita seru yang disutradarai oleh Tanuja Chandra dan ditulis oleh Mahesh Bhatt. Zinta berperan sebagai karakter Reet Oberoi, seorang petugasi BIP yang jatuh cinta dengan pembunuh yang diperankan oleh Kumar. Terkesan dengan penampilan Zinta dalam film Dil Se, Chandra mendekatinya untuk memainkan bagian tersebut setelah beberapa aktris terkemuka menolak tawarannya, yang dilihat Zinta sebagai sebuah peluang untuk memperluas ketenarannya.[16][17] Sangharsh bukan merupakan sebuah kesuksesan box office, namun penampilan Zinta meraih komentar positif dari para kritikus.[8] Sebuah artikel yang diterbitkan oleh The Tribune pada perilisan film tersebut menggambarkan penampilannya sebagai "sebuah akting yang luar biasa" pada suatu "film intens", yang mendokumentasikan kariernya sejauh ini dengan mengatakan bahwa, "Ia memukau para penonton dengan cameo-nya dalam Dil Se, kemudian ia mengejutkan para penonton dengan sensualitasnya. dalam Soldier dan sekarang Preity Zinta siap untuk mengejutkan semua orang dengan penampilannya [dalam Sangharsh]."[18] Terobosan dan kemajuan karier (2000–02)Peran pertama Zinta pada 2000 adalah dalam film drama Kya Kehna, yang mendadak menjadi sebuah kesuksesan box office.[19] Film tersebut membahas berbagai tema tentang menjadi orang tua tunggal dan kehamilan remaja, dan membuat Zinta meraih sambutan besar dari publik serta kritikus film.[8][14] Penampilannya sebagai Priya Bakshi, seorang ibu tunggal yang menentang prasangka sosial, membuatnya meraih beberapa nominasi penghargaan, yang meliputi nominasi Aktris Terbaik di Penghargaan Filmfare. Anupama Chopra dari India Today menyatakan bahwa Zinta tergolong sebagai generasi baru dari aktor perfilman Hindi yang melepaskan dirinya dari stereotip karakter.[14] Setelah tahun tersebut, Zinta tampil dalam film drama karya Vidhu Vinod Chopra Mission Kashmir bersama Sanjay Dutt dan Hrithik Roshan. Berlatar di lembah Kashmir selama konflik India-Pakistan, film tersebut membahas topik terorisme dan kejahatan. Ia berperan sebagai Sufiya Parvez, seorang wartawan TV dan cinta masa kecil Roshan. Sebuah ulasan dari The Hindu mengatakan bahwa, "Preity Zinta adalah diri kerubinanya yang lazim dan memberi warna pada proses balik yang serius".[20] Film tersebut merupakan sebuah kesuksesan komersial, yang menjadi film terlaris ketiga di India pada tahun tersebut.[21] Pada 2001, Zinta meraih ulasan positif atas perannya dalam sebuah film peraih Penghargaan Film Nasional karya Farhan Akhtar Dil Chahta Hai. Menggambarkan rutinitas kehidupan para pemuda kaya asal India, film tersebut berlatar di kota Mumbai modern dan berfokus pada periode peralihan besar dalam kehidupan tiga teman muda (Aamir Khan, Saif Ali Khan dan Akshaye Khanna).[22] Zinta tampil sebagai orang yang dicintai Aamir Khan, Shalini. Dil Chahta Hai terkenal di kalangan kritikus, beberapa di antaranya mencatat bahwa hal tersebut membuka jalan baru dengan memperkenalkan penggambaran realistis tentang anak muda India. Film tersebut sukses pada box office India; film tersebut tampil dengan baik pada kota-kota besar tetapi gagal pada daerah pedesaan, karena film tersebut dikaitkan oleh para kritikus dengan gaya hidup berorientasi perkotaan.[23][24] Rediff.com menulis untuk Zinta bahwa ia "... indah dan bersemangat, serta antara naif, manis dan membingungkan".[25] Tiga perilisan Zinta lainnya pada 2001, meliputi film drama percintaan Abbas-Mustan Chori Chori Chupke Chupke, yang dirilis setelah penundaan selama setahun karena persidangan produser Bharat Shah. Film tersebut merupakan salah satu film Bollywood pertama yang membahas masalah kontroversial kelahiran surogasi.[26] Zinta berperan sebagai Madhubala, seorang prostitusi berhati emas yang dipekerjakan sebagai ibu pengganti. Awalnya ia enggan untuk memainkan peran tersebut, namun ia akhirnya menerimanya atas bujukan sutradara dan, untuk mempersiapkannya, ia mengunjungi beberapa bar dan klub malam di wilayah lampu merah Mumbai untuk mempelajari istilah dan perilaku pekerja seks.[27] Ia meraih nominasi Aktris Pendukung Terbaik keduanya di Penghargaan Filmfare atas penampilannya tersebut, penulis Sukanya Verma mengatakan bahwa, "Preity Zinta, seseorang yang jelas memiliki bagian dari segala hal, membuat yang terbaik dari itu. Perubahannya dari seorang prostitusi sombong dan memalukan menjadi seseorang yang sensitif dan hangat sangat bisa dipercaya."[28] Pada 2002, Zinta bekerjasama dengan sutradara Kundan Shah, sebagai pemeran protagonis dalam film drama keluarga Dil Hai Tumhaara, bersama Rekha, Mahima Chaudhry dan Arjun Rampal. Ia berperan sebagai Shalu, seorang putri adopsi idaman, sebuah peran yang mirip dengannya karena sifatnya yang pemberontak.[11] Diajukan sebagai sebuah sarana bintang untuk Zinta, Dil Hai Tumhaara tidak sukses secara finansial, tetapi penampilannya disambut oleh para kritikus, dengan kritikan terhadap film tersebut menandai kehadirannya sebagai sorotan utamanya.[19][29] Taran Adarsh dari Bollywood Hungama menyatakan bahwa, "... Preity Zinta, dalam sebuah peran yang didukung oleh penulis ... mencuri pertunjukan tersebut dengan penampilannya yang sangat baik. Adegan-adegannya dengan Rekha dan Alok Nath sungguhlah luar biasa. Inilah penampilan yang pasti akan meraih penghargaan dari kritikus dengan sepenuh hati."[30] Kesuksesan (2003–06)Zinta merupakan pemeran utama perempuan dalam tiga film terlaris di India pada 2003: The Hero: Love Story of a Spy, Koi... Mil Gaya dan Kal Ho Naa Ho.[31] The Hero, yang juga dibintangi oleh Sunny Deol dan Priyanka Chopra, adalah sebuah film drama patriotik tentang jaringan mata-mata yang melibatkan teroris dan seorang perwira militer India. Zinta berperan sebagai Reshma, seorang penduduk desa yang jatuh cinta pada petugas dan menjadi bagian dari jaringan tersebut. Film tersebut, yang melibatkan akrobat yang belum pernah dilihat sebelumnya dalam sejarah sinema Bollywood, menjadi film India termahal yang pernah diproduksi pada saat itu.[32][33] Meskipun menjadi film terlaris ketiga pada tahun tersebut, film tersebut gagal untuk mengembalikan biaya produksinya di box office.[31][34] Selanjutnya ia membintangi debut penyutradaraan Honey Irani Armaan, bersama Amitabh Bachchan dan Anil Kapoor. Film drama tersebut berlatar belakangkan sebuah rumah sakit dan berkisah tentang perjuangan seorang personel dan ketuanya, Dr. Akash, yang berjuang keras untuk mempertahankan institusi tersebut secara finansial. Zinta berperan sebagai istri Akash yang menderita skizofrenia Sonia Kapoor, sebuah peran yang ditulis khusus untuknya dan yang ia sukai karena membiarkannya "melampiaskan semua rasa frustasinya".[35] Film tersebut mendapat ulasan positif dengan pujian khusus yang diarahkan pada penampilan Zinta.[36] Khalid Mohamed menyebutnya sebagai seorang "pencuri adegan yang penuh semangat, yang memperoleh suasana hati maniknya yang berayun dengan cekatan."[37] Atas penampilannya, ia meraih nominasi untuk Penampilan Terbaik dalam sebuah Peran Negatif di berbagai acara penghargaan, seperti Filmfare. Film fiksi ilmiah Rakesh Roshan Koi... Mil Gaya, yang berkisah tentang seorang laki-laki muda yang cacat perkembangannya (diperankan oleh Hrithik Roshan) yang mengalami sebuah kontak dengan seekor alien. Zinta berperan sebagai Nisha, seorang wanita muda yang berteman dengan Roshan dan kemudian jatuh cinta. Ia meraih sebuah nominasi Aktris Terbaik di Filmfare atas peran tersebut. Film tersebut sukses secara finansial maupun kritis dan menjadi film paling populer pada tahun tersebut, serta film berkeuntungan tertinggi Zinta, dengan total keuntungan domestik sebesar ₹680 juta (US$9,5 juta).[31] Film tersebut meraih Penghargaan Filmfare untuk Film Terbaik, serta beberapa penghargaan lainnya, dan kemudian merilis dua film pahlawan super sebagai sekuel—Krrish dan Krrish 3—menjadikannya yang pertama dari seri film Krrish.[38] Perilisan terakhir Zinta pada 2003 adalah Kal Ho Naa Ho, sebuah film drama percintaan yang berlatar di Kota New York. Film tersebut disutradarai oleh Nikhil Advani dan ditulis oleh Karan Johar, dibintangi bersama oleh Jaya Bachchan, Shahrukh Khan dan Saif Ali Khan. Film tersebut disambut dengan baik oleh para kritikus dan menjadi hit terbesar kedua di India pada tahun tersebut setelah Koi... Mil Gaya. Film tersebut juga berhasil secara internasional dan menjadi film India terlaris di luar negeri pada tahun tersebut, dengan meraup keuntungan sebesar ₹750 juta (US$11 juta) di seluruh dunia.[39][40] Peran Zinta sebagai Naina Catherine Kapur, seorang wanita muda India-Amerika pemarah yang jatuh cinta pada seorang pria yang memiliki penyakit jantung fatal. Ia meraih beberapa penghargaan atas penampilannya, yang meliputi Penghargaan Filmfare untuk Aktris Terbaik.[41] Menulis untuk Stardust, kritikus Ram Kamal Mukherjee menyatakan bahwa film tersebut bertumpu "sepenuhnya dan semata-mata" pada "penampilan luar biasa" Zinta, yang lebih lanjut mencatatnya karena "terampil menangani corak karakter kompleks."[42] Derek Elley dari Variety menulis bahwa, "Zinta, yang telah mengukir pertumbuhan setelah sekitar tiga tahun terakhir, tidak pernah lebih baik, secara definitif pindah dari peran remaja ke seorang wanita muda yang berkarisma dengan Naina yang seksi dan meyakinkan."[43] Pada 2004 ia tampil sebagai jurnalis TV Romila Dutta dalam film drama perang Farhan Akhtar Lakshya, bersama Hrithik Roshan. Film tersebut didasarkan pada peristiwa bersejarah pada 1999 Perang Kargil; Karakter Zinta diperagakan seperti jurnalis TV Barkha Dutt, satu-satunya wartawan perempuan yang meliput konflik tersebut. Film tersebut sukses secara kritis, namun penampilannya meraih ulasan beragam; Namrata Joshi dari Outlook menyamakannya dengan "seorang gadis kecil yang mencoba melakukan sandiwara berita TV untuk festival kampusnya" dan Rediff.com menyimpulkan bahwa, "Zinta memiliki peran yang cukup baik dan banyak rekaman dalam film tersebut, dan ia melakukan sebuah karya yang cukup baik pada film tersebut tanpa pernah menjadi spektakuler."[44][45] Setelah tahun tersebut, Yash Chopra tampil bersama Shahrukh Khan sebagai pemeran utama wanita dalam kisah cinta Veer-Zaara, film Hindi terlaris pada tahun tersebut baik di India maupun di luar negeri, dengan penghasilan sebesar ₹940 juta (US$13 juta) di seluruh dunia.[39] Film tersebut, yang menceritakan kisah cinta dari seorang perwira India, Veer Pratap Singh, dan wanita Pakistan, Zaara Haayat Khan, memiliki perilisan internasional yang kuat, seperti pemutarannya di Festival Film Berlin, dan meraih beberapa penghargaan Film Terbaik pada berbagai acara penghargaan besar India.[46] Atas perannya sebagai Zaara, sebuah peran yang mengharuskannya menguasai nuansa halus bahasa Urdu, Zinta meraih nominasi Aktris Terbaik Filmfare keempatnya.[12] Variety memujinya sebagai seorang "aktris muda yang paling menarik dari generasinya," dengan menulis bahwa ia "adalah dirinya yang biasa hidup sebagai Zaara yang keras kepala."[47] Veer-Zaara adalah film terlaris kedua Zinta dan kesuksesan ketiga terbesar dalam dua tahun berturut-turut. Film tersebut menandai awal dari kerjasamanya dengan Yash Raj Films, salah satu rumah produksi terbesar di Bollywood.[48] Pada 2005, Zinta tampil dalam dua film. Perilisan pertamanya adalah film komedi Khullam Khulla Pyaar Karen, yang juga dibintangi oleh Govinda, sebuah produksi yang telah tertunda sejak 2002. Film tersebut meraih ulasan negatif dan tampil buruk di box office. Peran Zinta dalam film tersebut kecil, sehingga tidak diterima dengan baik.[49] Ia kemudian beradu akting dengan Saif Ali Khan dalam film drama komedi Siddharth Anand Salaam Namaste. Diproduksi oleh Yash Raj Films, film tersebut adalah fitur India pertama yang difilmkan sepenuhnya di Australia dan kemudian menjadi produksi Bollywood terlaris pada tahun tersebut di luar India, dengn menghasilkan ₹570 juta (US$8,0 juta) secara internasional.[39] Film tersebut berkisah tentang pasangan India yang hidup bersama secara kontemporer dan perjuangan mereka dengan kehamilan tak terduga. Zinta berperan sebagai protagonis wanita Ambar Malhotra, seorang wanita muda lajang modern yang meninggalkan India untuk menjalani kehidupannya sendirian di Melbourne. Salaam Namaste meraih ulasan positif, dan penampilan Zinta meraih nominasi Aktris Terbaik di sejumlah acara penghargaan. Taran Adarsh menyebutnya sebagai "hebat" dan berpendapat bahwa ia memberikan "penampilannya yang paling berhasil sampai saat ini".[50] The New York Times menyatakan bahwa, "Ia cantik, pemikat ratu-persaudaraan yang cantik, jadi bahkan ketika karakternya tidak ramah, sulit untuk tak menyukainya."[51] Zinta meraih kesuksesan lanjutan pada 2006, ketika tampil dalam film drama romansa Karan Johar Kabhi Alvida Naa Kehna bersama sebuah kelompok pemeran yang meliputi Amitabh Bachchan, Shahrukh Khan, Abhishek Bachchan, Rani Mukerji dan Kirron Kher. Film tersebut menjadi salah satu hit box office terbesar di India, dengan menghasilkan keuntungan sebesar ₹635 juta (US$8,9 juta), dan meraup lebih dari ₹496 juta (US$7,0 juta) di luar negeri, kesuksesan Bollywood terbesar di pasar luar negeri. Film tersebut merupakan peraup keuntungan terbesar di luar negeri dalam empat tahun berturut-turut.[52] Film tersebut berkisah tentang dua pasangan yang tidak bahagia yang tinggal di New York, dan perselingkuhannya. Zinta berperan sebagai Rhea Saran, penyunting majalah yang ambisius. Ia mendeskripsikan peran tersebut sebagai upaya untuk melepaskan citra publiknya yang bersemangat.[53] The Indian Express sependapat bahwa film tersebut merupakan sebuah kesuksesan: "Wanita tersebut tidak hanya tampak glamor tetapi ia telah berjalan dengan tenang, duduk dengan anggun, tersenyum dengan tenang dan berbicara dengan tenang. Siapa yang akan mengira bahwa gadis ceria tersebut bisa dengan lihai melepaskan labelnya yang sudah tua dan berjalan pergi sebagai gadis yang tidak main-main denganku. Jadi, itulah semua kelihaian Preity, yah, kalian telah menghubungi nomor yang salah kali ini."[54] Perilisan lanjutan Zinta pada 2006 adalah film musikal percintaan Shirish Kunder Jaan-E-Mann, sebuah kisah yang berlatar di Amerika Serikat tentang dua pria, diperankan oleh Salman Khan dan Akshay Kumar, yang mencintai wanita yang sama. Film tersebut meraih ulasan beragam dari para kritikus dan tampil buruk di box office.[55] Zinta berperan sebagai Piya, pusat perhatian dua orang pria. Ia lebih banyak mendapatkan kritikan karena memilih peran penting kecil tersebut, meskipun penampilannya umumnya diterima dengan baik.[56] Raja Sen menyebut perannya sebagai sebuah "ornamen seluruhnya", tetapi lebih lanjut menyatakan bahwa ia "tampil dengan jelas pada adegan terakhir film, saat yang membuat Anda menyesal mengapa pembuat film hari ini tidak membiarkan aktris berwajah imut bersenang-senang alih-alih memaksanya untuk terisak-isak. Ia tak punya banyak hal untuk dilakukan dalam film Jaan-E-Mann, tetapi ia terlihat cukup menarik."[57] Zinta mengatakan bahwa film tersebut merupakan sebuah kelegaan setelah Kabhi Alvida Naa Kehna yang lebih intens secara emosional, karena Jaan-E-Mann "ringan, bahagia, dan jauh lebih sederhana".[58] Pergerakan baru karier dan peluncuran PZNZ media (2007–13; 2018)Pada 2007, Zinta berperan sebagai seorang wanita Pakistan Britania, Alvira Khan, dalam proyek ketiganya dengan Yash Raj Films, film komedi Shaad Ali Jhoom Barabar Jhoom, bersama Abhishek Bachchan, Bobby Deol dan Lara Dutta. Film tersebut merupakan sebuah kegagalan kritis dan komersial di India,[59][60] dan beberapa kritikus memuji penampilannya; The Times of India mendeskripsikannya sebagai "terlalu plastik" dan Rediff.com menyimpulkan bahwa, "Dari aksen hingga emosi, Preity yang polos dan sederhana tak tertahankan dalam film tersebut."[61][62] Setelah kegagalan dua perilisan komersialnya, Zinta mulai berkarya bersama beberapa sutradara film seni, dan beralih ke film realistis baru, yang dikenal di India sebagai Sinema Paralel.[63] Ia berakting dalam film berbahasa Inggris pertamanya, The Last Lear karya Rituparno Ghosh, sebagai lawan main Amitabh Bachchan. Film tersebut tayang perdana di Festival Film Internasional Toronto 2007, dan diterima dengan baik. Kemudian berbagai ulasan di India mengakuinya, dengan Rajeev Masand yang menulis bahwa, "Preity Zinta berhasil melewati adegan-adegannya dengan kompeten, tidak pernah membiarkan citranya yang imut-imut tersebut untuk mengambil pengaruh yang ia buat di sini sebagai seorang wanita yang dewasa dan penuh konflik."[64] Yang awalnya menolak film seni, Zinta akhirnya berbicara tentang adu nasib pertamanya pada genre tersebut, dengan mengaku bahwa, "Aku memang berpikir bahwa dengan film seni mereka tidak membayar Anda, mereka tidak memberi makan Anda, tetapi saya salah, dan saya sangat senang berada di sini."[65] Zinta kemudian membintangi Heroes karya Samir Karnik (2008), sebuah film jalan yang berkisah tentang dua mahasiswa film tahun akhir yang, sebagai sebuah bagian dari tugas mereka, menempuh perjalanan ribuan mil melintasi India Utara untuk mengantarkan tiga surat yang tidak terkirim yang ditulis oleh personel tentara yang kehilangan nyawa mereka selama perang Kargil 1999. Kisah tersebut mengungkapkan perjalanan para siswa tersebut dalam tiga bab dan mengiringi bagaimana mereka bertemu dan diilhami oleh keluarga para prajurit. Zinta ditampilkan dalam bab pertama sebagai janda perang Salman Khan, Kuljeet Kaur, seorang wanita yang menjadi pencari nafkah tunggal keluarga dan sendirian mencukupi putranya. Dalam persiapan untuk peran tersebut, Zinta menghadiri sekolah akting Anupam Kher, "Actor Prepares" untuk mempelajari dialek dan tingkah laku seorang wanita Punjab.[66] Film tersebut meraih meraih ulasan beragam, tetapi penampilannya mendapat sambutan hangat; Anand Singh dari Hindustan Times menulis bahwa, "Karnik hanya tertarik memeras air mata dengan cara kuno, dan tidak memulai sebuah debat. Ia berhasil—terutama karena Preity Zinta berperan sebagai sebuah gravitas dan martabat yang terlihat di wajah perempuan biasa—ini mungkin karena usianya yang sudah dewasa sebagai seorang aktris.."[67] Pada April 2008, Zinta telah menyelesaikan proses syuting film drama Jahnu Barua Har Pal. Pada tahun yang sama ia memainkan peran utama Chand dalam film Kanada Deepa Mehta Heaven on Earth, sebuah film drama mistik berbahasa Punjab yang didasaran pada kisah nyata seorang wanita muda India yang, setelah menikah dengan pria India non-residen dari Kanada, bermigrasi ke Toronto dan menjadi korban pelecehan domestik yang parah. Mengekspresikan keinginannya untuk "tantangan akting dengan jenis baru", Zinta mendeskripsikan Mehta sebagai salah satu sutradara yang ia rindukan berkarya untuk melaksanakannya.[63] Untuk mempersiapkan bagian tersebut, ia membaca dan menonton beberapa buku dan dokumenter tentang kekerasan dalam rumah tangga. Karena film tersebut akan direkam seluruhnya dalam bahasa Punjabi, bahasa yang benar-benar asing baginya, ia mempelajarinya dalam kursus kilat selama lima puluh hari.[68] Ia sangat emosional selama proses pembuatan film: "Saya tidak pernah tahu karakter tersebut akan sangat mempengaruhi saya. Saya telah menjadi sangat tertarik dan introspektif... Saya tidak bisa keluar dari karakter tersebut."[69] Ia akhirnya menyebutnya proyek tersebut sebagai proyek yang paling menantang, karena membantunya "membuka segala sesuatu tentang Preity Zinta."[70] Heaven on Earth pertama kali diputar pada beberapa festival film dan, setelah dirilis, film tersebut meraih ulasan positif untuk Zinta. Penampilannya meraih Penghargaan Hugo Perak untuk Aktris Terbaik di Festival Film Internasional Chicago 2008, untuk "penampilannya yang kuat namun halus sebagai seorang wanita yang berjuang untuk mempertahankan mimpinya meskipun kenyataan itu brutal."[71] Di antara penghargaan lainnya, ia meraih nominasi Aktris Terbaik di beberapa acara penghargaan di Kanada, seperti Penghargaan Genie oleh Akademi Perfilman dan Televisi Kanada, dan Vancouver Film Critics Circle.[72] Setelah Heaven on Earth, Zinta mengambil cuti selama dua tahun dari dunia perfilman, kemudian menjelaskan bahwa ia telah memilih untuk fokus pada pekerjaannya di tim kriket miliknya.[73] Pada 2011 ia meluncurkan perusahaan produksinya, PZNZ Media. Dua tahun kemudian dan setelah banyaknya penundaan, ia membintangi film pertama di bawah spanduknya—film komedi percintaan garapan Prem Raj Ishkq in Paris, yang juga ditulis bersama olehnya.[74][75] Sebuah kolaborasi India-Prancis, film tersebut menampilkan Zinta sebagai seorang wanita setengah Perancis setengah India asal Paris bersama Rhehan Malliek dan Isabelle Adjani. Peran Zinta mengharuskannya untuk belajar bahasa Prancis dan mengikuti diet ketat dan rezim kebugaran, di mana ia menyewa jasa pelatih selebritas Tracy Anderson.[76][77] Sementara film tersebut merupakan sebuah bom box office dan kebanyakan meraih ulasan negatif, penampilan Zinta meraih sambutan kritis.[78][79] Sonia Chopra dari Sify menyebut bahwa penampilannya "sangat disukai", dan menambahkan bahwa ia adalah "aktris yang baik, produser yang cerdik dan ... penulis."[80] Shilpa Jamkhandikar dari Deccan Herald, mengkritik baik film dan karya Zinta, dengan membuat sebuah ulasan pedas yang berisi "film tersebut biasa-biasa saja, yang seharusnya menampilkan salah satu wanita terkemuka favorit kami, tetapi sebaliknya hanya menunjukkan kepada kita betapa ia menjadi sebuah bayangan masa lalu."[81] Setelah cuti lima tahun, Zinta beradu akting dengan Sunny Deol sebagai seorang istri agresif dalam film komedi laga Neeraj Pathak Bhaiaji Superhit (2018).[82] Ajit Duara dari majalah Open menyebut film tersebut sebagai sebuah "lelucon kasar, seksi, dan benar-benar tercampur aduk" dan mengeluhkan bahwa "Zinta" yang tadinya bersemangat tampak benar-benar tidak tertarik di lingkungannya dan rekan-rekan pemerannya".[83] Pekerjaan lainnyaPenulisan artikelPada 2004, Zinta bergabung dengan sebuah kelompok komentator Asia Selatan untuk BBC News Online. Ia mengekspresikan kegembiraannya ketika ikut serta dalam proyek tersebut, dengan mengatakan bahwa, "Saya cukup terus terang dan memiliki pandangan sendiri tentang setiap subyek. Jadi hal tersebut akan menjadi platform yang baik bagi saya untuk memperdengarkan pandangan saya."[84] Artikel pertamanya, "Wajah yang mengubah Bollywood", yang diterbitkan pada Januari 2004,[85] membahas evolusi Bollywood dalam dekade terakhir. Artikel tersebut menjadi salah satu dari sepuluh cerita situs yang paling banyak dibaca pada hari tersebut. Pada artikel keduanya, "Peluang ditumpuk pada wanita India", Zinta menganalisis fenomena wanita penggoda di India, dan mengkritik mereka yang mempraktikkannya..[86] Ia menulis bahwa, "Insiden seperti itu menghilangkan martabat wanita, ruang dan kebebasannya ... mengapa negara begitu tak berdaya dalam melindungi para wanita. Mengapa wanita harus merasa tidak aman di dalam negara yang memiliki perdana menteri wanita yang dihormati secara internasional?" Artikel tersebut menarik perhatian pembaca di seluruh dunia, dan ia memperoleh ribuan surel tentang hal tersebut.[87] Hal tersebut dipuji oleh kebanyakan wanita karena sikap menentangnya terhadap pelecehan terhadap wanita India.[87] Artikel ketiganya, "Kegelapan yang semua aktor takuti", adalah sebuah artikel yang lebih pribadi yang membahas ketenaran, penggemar, rasa ketidakamanan, dan ketakutannya sebagai seorang pemeran.[88] Artikel keempat dan terakhirnya, berjudul "Menghadapi kematian di Sri Lanka dan Thailand", yang menggambarkan dua pengalaman yang hampir merenggut nyawanya pada akhir 2004.[89] Pementasan panggung dan pemandu acara televisiZinta telah mengambil bagian dalam beberapa pertunjukan panggung dan tur dunia sejak 2001. Tur dunia pertamanya, sebuah rangkaian konser yang disebut Craze 2001, dilakukan di seluruh AS bersama Anil Kapoor, Aamir Khan, Aishwarya Rai dan Gracy Singh. Acara tersebut menghadapi pembatalan awal karena serangan 11 September 2001, dan tim tersebut bersiap untuk kembali ke India sesegera mungkin. Namun, pertunjukannya berlangsung dengan sukses di Kanada.[90] Pada 2002, ia ikut serta dalam pertunjukan From India With Love di Britania Raya, bersama Amitabh Bachchan, Aamir Khan, Shah Rukh Khan dan Aishwarya Rai. Pertunjukan tersebut dilangsungkan di dua tempat terbuka, Old Trafford Manchester dan Taman Hyde London, dengan lebih dari 100.000 penonton.[91] Tur dunia Zinta yang terbesar adalah pada 2004, ketika ia bergabung dengan sekelompok bintang (Shah Rukh Khan, Rani Mukerji, Saif Ali Khan, Arjun Rampal dan Priyanka Chopra) dalam tur Temptation 2004. Dilakukan di lebih dari 22 negara di seluruh dunia, tur tersebut menjadi konser internasional Bollywood paling terkenal.[92][93] Pada 2006, Zinta adalah bagian dari tur dunia Heat 2006, bersama Akshay Kumar, Saif Ali Khan, Sushmita Sen dan Celina Jaitley.[94] The Unforgettable Tour (2008) memperlihatkan Zinta tampil bersama keluarga Bachchan dan Ritesh Deshmukh dalam sebuah acara 40 hari yang diselenggarakan di 11 kota di seluruh Amerika Utara, Eropa dan Karibia.[95] Pada Desember 2012, Zinta kembali ke panggung dengan tampil dalam konser Temptation Reloaded di Jakarta (bersama Shah Rukh Khan, Rani Mukerji dan Bipasha Basu).[96] Pada 2011, Zinta memulai debut televisinya sebagai pemandu acara dalam Guinness World Records – Ab India Todega di Colors Channel.[97] Sebuah versi India dari Guinness Book of World Records, acara tersebut tayang perdana pada 18 Maret dengan meraih penilaian 3,3 poin dari para penonton, membuatnya menempati posisi ke 7 pada grafik acara realitas yang dipandu oleh selebritas di saluran hiburan Hindi.[98] Dalam sebuah ulasan untuk Hindustan Times, kritikus Rachana Dubey menulis bahwa, "Preity adalah sebuah kegaduhan. Ia lincah dan tahu persis kapan ia harus serius dan kapan ia dapat melucu."[99] Setelah tahun tersebut, Zinta tampil sebagai pemandu acara dalam acara bincang-bincang Up Close & Personal with PZ, yang direkam di penthouse miliknya di Mumbai dan disiarkan di saluran UTV Stars. Episode pertamanya disiarkan pada 3 September.[100] Pada 2015, Zinta tampil sebagai seorang juri bakat pada musim ketujuh dari acara realitas dansa Nach Baliye.[101] Karya kemanusiaanSelama di industri perfilman, Zinta telah terlibat dengan berbagai organisasi amal dan khususnya mendukung perkara perempuan di India, misalnya memprotes pembunuhan bayi perempuan.[102][103] Ia juga ikut serta dalam kampanye pengetahuan AIDS dan kampanye untuk membersihkan Mumbai.[104] Pada 2005, bersama bintang-bintang Bollywood lainnya, Zinta tampil di HELP! Telethon Concert untuk menggalang dana bagi para korban gempa bumi Samudra Hindia 2004.[105] Tahun berikutnya, sebagai seorang duta besar dari Gerakan Keberanian Nasional Godfrey Phillips, Zinta menghadiri sebuah kamp donor darah yang diselenggarakan oleh Klub Rotary Delhi dan Penghargaan Godfrey Phillips. Ia memberikan dukungannya pada pemberdayaan wanita dan mempromosikan donor darah. Ia berkata bahwa, "Mendonorkan darah tidak membunuh satu tetapi membantu menyelamatkan hidup seseorang .... Setelah darah disumbangkan, hal tersebut menjadi universal dan dapat digunakan oleh siapa saja yang membutuhkan, terlepas dari komunitas, kasta atau wilayah. Hal tersebut mengikat orang bersama-sama ."[106] Pada 2007, Zinta mengunjungi Hisar, Haryana, di mana ia menghabiskan satu hari di pangkalan pelatihan militer untuk meningkatkan moral pasukan jawan. Kunjungan tersebut dilakukan untuk sebuah acara NDTV, Jai Jawan, di mana para penghibur dan pemeran mengunjungi pasukan India. Saat berada di sana, ia juga bertemu anak-anak penyandang disabilitas di sebuah sekolah khusus yang dikelola oleh tentara tersebut.[107] Pada Agustus, bersama Gurcharan Singh, Zinta dilukis atas perkara anak jalanan dari organisasi non-pemerintah Khushi.[108] Pada Desember, ia bergabung dengan usaha Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC) untuk mengekang perdagangan manusia di India. Ia berbicara atas kesadaran terhadap praktik tersebut, perlunya perlindungan dan rehabilitasi bagi mereka yang diselamatkan darinya, dan hukuman bagi pelaku.[109] Pada 2009, di ulang tahunnya yang ke-34, Zinta mengadopsi 34 anak perempuan dari panti asuhan Bunda Keajaiban di Rishikesh dan bertanggung jawab mendukung keuangan, makanan, dan pakaian mereka.[110] Ia mengekspresikan kegembiraannya dalam melakukan hal tersebut dengan mengatakan bahwa: "Aku telah mengadopsi 34 anak perempuan. Aku akan menjaga seluruh kehidupan mereka dari pendidikan hingga makanan, pakaian, dll. Anda tidak tahu betapa indah rasanya mendengar obrolan bersemangat dari semua anak perempuan tersebut."[111] Pada Januaru 2010, Zinta ditunjuk sebagai duta besar merek The Loomba Trust, sebuah organisasi yang bekerja untuk kesejahteraan para janda dan anak-anak mereka. Ia mengatakan bahwa, setelah kehilangan ayahnya pada usia 13 tahun, ia dapat berhubungan dengan masalah yang dihadapi oleh para wanita janda.[112] Setelah tahun tersebut, ia bergabung dengan Program Perserikatan Bangsa-Bangsa Bersama untuk HIV/AIDS (UNAIDS) sebagai Duta Persahabatan mereka di India, untuk mempromosikan kesadaran publik terhadap pencegahan, pengobatan dan bantuan terhadap pengidap HIV, dengan penekanan pada perempuan dan anak-anak, dan memerangi diskriminasi terhadap hal tersebut. Berbicara tentang pengangkatannya, Zinta mengungkapkan harapannya untuk menjadi "suara bagi yang tak bersuara" dan membawa "perubahan dalam pola pikir orang-orang" melalui karya kolaboratif.[113] Pada Oktober 2010, Zinta dianugerahi gelar Doktor Kehormatan Kesenian oleh Universitas London Timur. Penghargaan tersebut diberikan untuk menghargai kontribusi kulturalnya dan karya kemanusiaannya, dengan kutipan tersebut mendeskripsikannya sebagai "seorang aktris internasional, bintang percobaan perfilman Hindi dan kemanusiaan yang penuh pengabdian. Preity telah mengukir sebuah jalur bagi perempuan untuk mengikutinya."[114][115] Kepemilikan tim kriketBersama Ness Wadia, Mohit Burman dan lainnya, Zinta memperoleh hak kepemilikan atas tim kriket Twenty20 yang berpusat di Mohali Liga Primer India (IPL) pada 2008.[116] Grup tersebut mengeluarkan biaya sebesar $76 juta untuk memperoleh waralaba, dan sejak itu bernama tim Kings XI Punjab.[117] Hingga 2009, Zinta adalah satu-satunya wanita yang memiliki sebuah tim IPL, dan merupakan pemilik termuda dari liga tersebut.[118] Ia telah terlibat dalam penjualan tiket dan promosi tim tersebut.[118][119] Ia mengatakan bahwa, "Keterlibatan saya dengan tim tersebut adalah keseluruhan. Saya sangat bersemangat terhadap tim kami dan saya percaya bahwa saya adalah faktor keberuntungan tim tersebut, jadi saya ingin berada di sana untuk semuanya."[118] Pada September 2017 Zinta menjadi pemilik waralaba Stellenbosch Kings di Liga Dunia T20 Afrika Selatan.[120][121] Kehidupan pribadiZinta biasa mengunjungi kota asalnya Shimla ketika ia tidak sibuk syuting. Pada 2006, ia pindah ke rumahnya sendiri di Mumbai.[122] Ia tidak berpihak pada agama apapun. Dalam sebuah wawancara dengan The Times of India, ia berkomentar bahwa, "Saya percaya pada perbuatan baik, pada karma, saya tak pergi ke kuil. Bagi saya, agama itu sangatlah pribadi. Ini semua tentang memiliki iman ... Kami telah mendengar dan membaca bahwa semua agama adalah sama. Sekarang saya semakin percaya akan hal tersebut."[123] Ia nyaris lolos dari kematian sebanyak dua kali pada akhir 2004: pertama setelah sebuah ledakan di konser Temptation di Kolombo, Sri Lanka; dan kedua selama Gempa bumi Samudra Hindia.[89] Zinta telah menjadi subyek dari beberapa kontroversi.[124] Pada 2003, sebagai seorang saksi dalam kasus Bharat Shah, ia bersaksi melawan mafia India. Bharat Shah, pemodal dari salah satu filmnya, Chori Chori Chupke Chupke, ditangkap pada 2000 karena memiliki hubungan dengan Chhota Shakeel, bos dunia kejahatan Mumbai.[125] Tidak seperti beberapa rekannya, Zinta menyatakan di pengadilan laporan sebelumnya bahwa ia telah menerima ancaman pemerasan dari mafia tersebut selama syuting film.[126] Setelah kesaksiannya, ia diberi perlindungan penyaksi dan dipaksa untuk tidak berada di mata publik selama dua bulan.[53] Tiga belas saksi lainnya sebelum dia, yang meliputi selebritas Salman Khan dan Shahrukh Khan, merupakan saksi dalam kasus tersebut tetapi kemudian menarik kembali pernyataan mereka sebelumnya.[127] Zinta adalah satu-satunya saksi yang tidak berseturu dengan pihak penuntut;[127] negara menanggapi secara positif atas aksinya.[128] Karena itu, ia adalah penerima pertama Penghargaan Mental Baja Godfrey pada acara Penghargaan Keberanian Putih dan Merah tahunan, yang diberikan kepadanya atas "aksinya yang berani" dalam menentang Dunia Kejahatan Mumbai.[128] Saat menerima penghargaan tersebut, ia berkata bahwa, "Menjadi berani bukan berarti tanpa rasa takut. Itu adalah ketika Anda takut dan Anda mengatasinya, maka Anda dapat disebut berani. Saya manusia. Itu bukan karena saya tidak takut apapun. Tetapi mendapatkan yang lebih dari sebuah ketakutan adalah sebuah proses yang berkelanjutan dan saya telah berhasil sejauh ini."[129] Sejak 2006, Zinta telah menjadi duta merek untuk penghargaan Keberanian Godfrey Phillips.[106] Tabloid telah sering mengaitkan Zinta dengan bintang-bintang Bollywood lainnya secara romantis, tetapi ia sangat membantah rumor semacam itu.[130] Pada 2000, Zinta mulai berkencan dengan peragawan Marc Robinson. Mereka berpisah pada tahun berikutnya, dan menurut Zinta ia masih berhubungan baik dengannya. Ditanya oleh Filmfare tentang perpisahan mereka, ia berbicara tentang "Kenangan yang sangat, sangat saya sukai saat kami bersama dan saya ingin menyimpannya".[131] Zinta berkencan dengan ahli waris Bombay Dyeing, pengusaha Ness Wadia dari Februari 2005 hingga Mei 2009.[132] Hubungan mereka sering diwartakan oleh media, dengan spekulasi tentang pertunangan atau putus yang sering.[133][134] Pada 13 Juni 2014, Zinta mengajukan sebuah keluhan kepada kepolisian Mumbai terhadap Ness Wadia dengan tuduhan ia telah menganiaya, mengancam, dan melecehkannya pada sebuah pertandingan IPL di Stadion Wankhede Mumbai pada 30 Mei.[135][136] Wadia membantah tuduhan tersebut.[137] Pada 29 Februari 2016, Zinta menikahi mitra asal Amerika lamanya Gene Goodenough di sebuah upacara pribadi di Los Angeles. Goodenough adalah Wakil Presiden Senior untuk bidang Keuangan di NLine Energy, sebuah perusahaan pembangkit listrik tenaga air yang berpusat di AS.[138] Citra media dan keartisanZinta secara khusus dikenal dalam media India karena sifatnya yang lugas dan dengan jujur mengungkapkan pendapatnya yang terus terang di depan umum, baik itu tentang kehidupannya di layar lebar atau di luar layar lebar atau mengangkat sebuah suara melawan ketidakadilan sosial.[103][139][140] Meskipun ia tidak percaya bahwa ia "sekuat orang yang mendeskripsikannya," ia menyatakan tidak memiliki keraguan untuk mengutarakan pikirannya, bahkan jika dihadapkan dengan mengatasi pertentangan, selama ia berpegang teguh "dengan apa yang benar."[141] Sifat-sifat tersebut dicatat selama Kasus Bharat Shah, ketika ia bersaksi melawan dunia kejahatan; setelah insiden tersebut ia sering disebut oleh jurnalis sebagai "Satu-satunya orang di Bollywood", sebuah label yang tidak ia sukai karena konotasi anti-feminis yang mendasarinya.[2][102] Pemeran film Amitabh Bachchan, yang mendeskripsikannya sebagai seseorang yang "jujur dan menyakitkan," memuji "dorongan dan nyalinya di dunia yang bisa menjadi paling kejam untuk seorang gadis tunggal."[142] Penulis dan kolumnis Shobhaa De, saat memujinya karena mengajukan keluhan penganiayaan terhadap Ness Wadia pada 2014, menyatakan keprihatinannya terhadap pencarian berulang-ulang Zinta untuk keadilan, dengan percaya bahwa pada akhirnya ia dapat bertanding melawannya: "India tak terlalu baik terhadap wanita yang berkemauan keras dan terus terang yang dijuluki pembuat masalah. Jika mereka berani menyatakan suara mereka, terutama terhadap laki-laki. Zinta adalah seorang wanita yang seperti itu."[143] Lesung pipitnya yang khas telah dikutip oleh media sebagai ciri khasnya. Pada awal kariernya, ia sering dideskripsikan oleh para pers memiliki kepribadian yang ceria dan ramah, sebuah citra yang ia akui tidak disukainya.[53] Dilansir dari kritikus film Sukanya Verma, Sifat aktif Zinta meluas dari kehidupannya yang sebenarnya ke dalam penampilannya di film dan merupakan sebuah bagian integral dari tekniknya. Dalam sebuah artikel yang membahas aktris perfilman Hindi dan bakat mereka untuk film komedi, Verma menulis bahwa, "Apa yang dapat Anda katakan terhadap seorang aktris yang tertawa tanpa henti dengan nada yang tidak lain adalah formal? Ia riang. Ia bersemangat. Ia berbicara tanpa henti. Ia tertawa sepanjang waktu. Ia memiliki selera humor yang tenang. Dan sifat tomboy juga. Preity Zinta memiliki semua itu dan lebih banyak lagi. Semua ini berpengaruh besar pada gaya aktingnya."[144] Sutradara Tanuja Chandra, saat memfilmkan Sangharsh pada 1998, menganggap penampilan Zinta menarik karena kurangnya akting yang berpura-pura, dengan berkomentar bahwa, "Ia tidak berakting, ia begitu nyata sehingga Anda tidak bisa berpaling darinya".[17] Mengulas Chori Chori Chupke Chupke untuk Hindustan Times, Vinayak Chakravorty menyatakan bahwa "terdapat sebuah semangat yang mengagumkan yang dipompa Preity ke dalam setiap peran yang dimainkannya".[145] Farhan Akhtar, yang menyutradarai dua filmnya, mempercayai bahwa ia adalah seorang aktris yang "dapat membentuk dirinya sendiri—cara ia berbicara, berkarya dan bahasa tubuhnya—dan menyesuaikan diri dengan perannya," sementara Vidhu Vinod Chopra (sutradara Mission Kashmir) memujinya atas kemampuannya untuk "membuat penonton percaya bahkan dalam situasi yang paling berbelit-belit."[146][147] Dalam sebuah ulasan untuk Salaam Namaste, kritikus film Australia Jake Wilson mengatakan bahwa, "Saat Preity Zinta bukanlah aktris yang paling halus, ia merupakan seorang komedian – untuk sebuah Hollywood yang setara dengan kombinasi kecantikannya, emosinya yang kuat dan senam wajah yang mungkin harus Anda pertimbangkan dengan Natalie Wood."[148] Kritikus film Derek Elley menganggapnya sebagai "salah satu aktris Bollywood terbaik."[149] Setelah penampilannya dalam film Sangharsh, Kya Kehna, Chori Chori Chupke Chupke, Salaam Namaste dam Kabhi Alvida Naa Kehna, Zinta memperoleh sebuah reputasi karena memainkan peran yang bertentangan dengan adat istiadat tradisional India dan sering diakui karena kepandaiannya.[10][53][150] Para kritikus mengaitkan perannya dalam film-film tersebut dengan membangun citra baru untuk aktris-aktris terkemuka di Bollywood.[2][151][152] Karan Johar mengutipnya sebagai "seorang aktris gelombang baru" yang memiliki keuntungan pada saat berkarya di "sebuah film yang mendeskripsikan seorang wanita yang mengetahui jiwanya".[147] Dalam buku Once Upon a Time in Bollywood, dinyatakan bahwa Zinta "menolak batasan patriarkal melalui gaya hidupnya yang modern dan peran kontroversial yang dipilihnya."[153] Zinta adalah salah satu selebritas paling terkenal di India; pada puncak kariernya, ia adalah salah satu bintang perfilman paling terkenal dengan bayaran tertinggi dalam film Hindi dan diakui telah mengelola karier tanpa bantuan tradisional atau hubungan keluarga dalam industri perfilman.[2][151] Pada 2003, Zinta muncul dalam posisi nomor satu di "Bintang Perempuan Bollywood Terbaik" Rediff.[154] Ia menduduki peringkat kedua selama tiga tahun berikutnya.[155][156][157] Ia telah sering ditampilkan dalam daftar Rediff lainnya, yang meliputi "Aktris Bollywood Tercantik",[158] "Wanita Bollywood dengan Dandanan Terbaik"[159] dan "Wanita dari Banyak Wajah".[160] Pada 2006 hingga 2008 Zinta tampil pada Festival Film Cannes sebanyak tiga kali secara berturut-turut; pertama saat ia menghadiri Festival Film 2006 bersama pembuat film Karan Johar untuk mewakili industri perfilman Hindi dan mempromosikan Kabhi Alvida Naa Kehna,[161] kemudian pada tahun-tahun berikutnya ia menjadi duta merek dari Chopard, pembuat jam tangan dan perhiasan mewah.[162] Pada September 2006, majalah Britania Raya Eastern Eye memberinya gelar "Wanita Asia Terseksi".[163] Pada 2010, majalah Time memilihnya sebagai salah satu kandidat untuk daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia. Ia adalah satu-satunya aktris asal India yang dinominasikan untuk jajak pendapat tersebut dan akhirnya tidak berhasil masuk ke daftar akhir, dengan peringkat ke-144.[164] Namun, hal tersebut diikuti oleh penurunan popularitasnya ketika ia membatasi karyanya dalam dunia perfilman.[143] Penghargaan dan nominasiLihat jugaReferensi
Daftar pustaka
Bacaan lanjutan
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Preity Zinta. Wikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan: Preity Zinta.
|