Kabhi Alvida Naa Kehna
Kabhi Alvida Naa Kehna (bahasa Indonesia: Tidak Pernah Mengucap Selamat Tinggal; pengucapan bahasa Hindi: [kaːbʱɪ aːlʋɪdaː naː keːɦnaː]), juga disingkat sebagai KANK, adalah sebuah film drama percintaan berbahasa Hindi India 2006 yang disutradarai oleh Karan Johar, yang juga memproduseri film tersebut bersama Hiroo Johar dibawah spanduk Dharma Productions. Film tersebut menampilkan sebuah kelompok pemeran yang beranggotakan Amitabh Bachchan, Shah Rukh Khan, Rani Mukerji, Preity Zinta dan Abhishek Bachchan, sementara Kirron Kher, Ahsaas Channa dan John Abraham memainkan peran pendukung. Film tersebut mengisahkan sebuah perselingkuhan antara Dev Saran (seorang mantan pesepakbola) dan Maya Talwar (seorang guru taman kanak-kanak), yang menyebabkan keretakan hubungan dalam rumah tangga mereka masing-masing. Dibuat dengan anggaran sebesar ₹470–600 juta (sekitar AS$9,0–10,8 juta pada 2006), film tersebut ditulis bersama oleh Karan dan Shibani Bathija dengan dialognya yang ditulis oleh Niranjan Iyengar. Musik untuk film tersebut adalah gubahan dari Shankar–Ehsaan–Loy, sedangkan penulisan liriknya ditangani oleh Javed Akhtar. Perancangan latar dan pengambilan gambarnya masing-masing ditangani oleh Sharmishta Roy dan Anil Mehta, sementara Manish Malhotra mengurusi pembuatan busananya dan Mickey Contractor menangani penataan riasnya. Proses pemfilman mengambil tempat di Malaysia dan Amerika Serikat, dilakukan dari September–Desember 2005. Setelah mengalami sebuah penundaan, Kabhi Alvida Naa Kehna dirilis pada 11 Agustus 2006 dengan mempromosikan kalimat tagar, "Sebuah Cinta… Yang Menghancurkan Seluruh Hubungan". Film tersebut mendapatkan sambutan beragam dari para kritikus dan sukses secara komersial; menghasilkan ₹1,12 miliar (sekitar AS$25,2 juta pada 2006) dan menjadi film India berkeuntungan tertinggi keempat pada tahun tersebut. Tema dari film tersebut, yang berupa hubungan luar pernikahan dan ketidaksetiaan, dianggap telah mempengaruhi perfilman India arus utama. Film tersebut meraih delapan Penghargaan Bollywood Eropa Tengah Tahunan, lima Penghargaan Zee Cine, tiga Penghargaan Film Bollywood, dua Penghargaan Film India Global dan masing-masing sebuah penghargaan dari upacara Filmfare, IIFA dan Screen. AlurMaya (Rani Mukerji) adalah seorang anak yatim piatu yang akan menikah dengan teman masa kecilnya Rishi Talwar (Abhishek Bachchan). Mereka berdua dibesarkan bersama oleh Samarjit (Amitabh Bachchan), ayah Rishi yang jutawan. Dev Saran (Shah Rukh Khan) adalah pemain sepak bola sukses yang tinggal di Kota New York bersama istrinya Rhea (Preity Zinta), anaknya Arjun (Ahsaas Channa) dan ibunya Kamaljit (Kirron Kher). Sebelum pernikahan Maya, mereka berdua bertemu di sebuah taman. Meski tidak saling mengenal, mereka saling terhubung pada saat tersebut juga. Tepat setelah mereka berpisah, Dev ditabrak oleh sebuah mobil dan melukai kakinya secara permanen; hal tersebut memaksanya untuk pensiun dari bermain sepak bola. Empat tahun kemudian, Dev, yang sekarang berjalan dengan pincang, menjadi seorang yang sangat pemarah dan kesal karena ketidakmampuannya untuk bermain sepak bola; karier Rhea yang sukses membuatnya merasa tidak berguna. Sementara itu, Maya mandul dan tidak memiliki rasa cinta terhadap Rishi, dengan menganggapnya sebagai seorang yang kekanak-kanakan. Dev dan Maya kemudian bertemu kembali, sementara Rhea dan Rishi melakukan hubungan pekerjaan. Samarjit dan Kamaljit, yang masing-masing telah kehilangan pasangan mereka, menjadi teman untuk saling membantu melalui kesepian mereka. Dev dan Maya memutuskan untuk melakukan hal yang sama; mereka menjadi teman dan mencoba saling memberikan ide untuk menyelamatkan pernikahan mereka, yang mana semuanya gagal. Dev dan Maya menyadari bahwa mereka memiliki perasaan cinta terhadap satu sama lain, bukan dengan pasangan mereka masing-masing; mereka kemudian melakukan beberapa pertemuan secara diam-diam. Rhea memberitahukan bahwa ia telah mendapat sebuah promosi, yang mana membuat Dev marah dan mencibirnya, dengan menganggap bahwa ia hanya pamer. Rhea menuduh Dev cemburu pada kesuksesan pekerjaannya dan membuatnya menyadari kegagalannya menjadi seorang suami dan ayah yang baik karena ia tidak bisa keluar dari masalah kehidupannya. Saat yang sama, Rishi mengekspresikan rasa frustrasinya pada kurangnya kasih sayang Maya dan kebenciannya terhadap kemandulan Maya. Merasa tidak berharga, Maya bertemu dengan Dev yang sedang berkecil hati dan keduanya mengaku bahwa mereka telah jatuh cinta satu sama lain. Dev dan Maya mulai berhubungan diam-diam, tetapi merasa bersalah karena memainkan perasaan pasangan mereka masing-masing; baik Rhea maupun Rishi mencoba yang terbaik untuk membuat pernikahan mereka tetap mulus. Namun demikian, Dev dan Maya kemudian menyerah dan mulai bercinta. Saat bertemu dalam sebuah pusat perbelanjaan, mereka tertangkap basah oleh Samarjit dan Kamaljit, yang terkejut dan kesal karena mereka masing-masing telah menyelingkuhi Rhea dan Rishi. Malam harinya, Samarjit mengalami serangan jantung. Pada saat sekarat, ia meminta kepada Maya untuk meninggalkan Rishi karena mereka berdua tidak akan mendapatkan kebahagiaan dalam rumah tangga mereka. Setelah meninggal, Dev dan Maya memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka dan kembali ke pasangan mereka, tetapi pertama-tama, mereka harus memberi tahu kebenaran tentang perselingkuhan mereka karena tak satu pun dari mereka dapat melanjutkan berumah tangga dalam bayang-bayang kebohongan. Setelah mengetahui hal tersebut, Rhea dan Rishi terkejut dan kemudian menceraikan pasangan mereka. Dev dan Maya kemudian saling berbohong dengan mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja, yang membuat mereka berpisah dan putus kontak. Tiga tahun kemudian, Dev dan Maya hidup sendirian dan keduanya sengsara. Rishi, yang akan menikah, mengunjungi Maya dan memberikannya sebuah surat undangan. Dalam upacara pernikahan tersebut, Maya hadir bersama dengan Rhea dan bosnya Jay (Arjun Rampal), yang tengah dikencani olehnya. Rhea menjelaskan bahwa ia telah berpisah dengan Dev, semenjak mengetahui perselingkuhannya. Rhea bersama dengan Rishi kemudian menjelaskan bahwa, pada hari tersebut, Dev akan pergi ke Toronto. Maya kemudian bertemu dengan Dev di sebuah stasiun kereta, namun Dev menghindarinya karena mengira bahwa Maya masih bersama dengan mantan suaminya. Kereta yang ditumpangi oleh Dev kemudian mulai berangkat, namun setelah melihat air mata dari Maya, ia kemudian menarik rem darurat dan kemudian bertemu dengan Maya. Semenjak saat itu, mereka memulai sebuah kehidupan baru. Pemeran
ProduksiPengembangan
—Karan pada 2005, berbicara mengenai proyek terbarunya[12] Karan Johar, ketika berada dalam sebuah rekreasi di London, menonton Before Sunset (sebuah film drama percintaan 2004 yang berdasarkan pada pernikahan pasca-perpisahan). Ia kemudian melihat sepasang suami-istri yang bercerai, setelah selesai menonton film tersebut di sebuah restoran; peristiwa tersebut mendorongnya untuk mengeksplorasi ide tersebut.[11] Ia kemudian merencanakan untuk menamai proyek tersebut sebagai Kalank (yang kemudian digunakan untuk film drama periode 2019). Namun, ia mengubah keputusan tersebut setelah proyek keempatnya, yang awalnya akan menggunakan judul Kabhi Alvida Naa Kehna, diubah menjadi Kal Ho Naa Ho.[13][14] Karan mengumumkan proyek terbarunya tersebut pada 7 Mei 2005.[12][15] Proyek tersebut menandai usaha penyutradaraan ketiga darinya, setelah menjadi asisten sutradara dari Aditya Chopra untuk Dilwale Dulhania Le Jayenge (1995), memproduseri Kal Ho Naa Ho (2003) dan Kaal (2005) dan menyutradarai Kuch Kuch Hota Hai (1998) dan Kabhi Khushi Kabhie Gham... (2001).[16][17] Melanjutkan tradisi penggunaan empat kata dengan awalan huruf K, ia meresmikan KANK untuk menjadi akronim untuk proyek tersebut pada empat hari kemudian.[15][18] Pemilihan pemain dan kruKajol adalah pilihan pertama Karan untuk mengisi peran Maya (seorang guru taman kanak-kanak yang menikah dengan pria yang tidak dicintainya). Namun, ia menolak peran tersebut dengan alasan sibuk dengan proyek lainnya—film cerita seru percintaan Kunal Kohli Fanaa (2006).[19] Kajol kemudian ditawari dengan peran Rhea (seorang penyunting majalah mode terkemuka), namun kemudian digantikan oleh Preity Zinta.[11] Meski begitu, Kajol membuat sebuah penampilan istimewa dalam film tersebut sebagai seorang penari piano dalam lagu "Rock 'N' Roll Soniye".[4] Rani Mukerji (yang awalnya akan memainkan peran Zinta)[19] kemudian datang untuk menggantikan sepupunya Kajol, setelah menolak sebuah tawaran untuk berperan dalam film drama 2006 The Namesake.[20] Sementara itu, Karan juga menawarkan Ajay Devgn untuk memainkan peran Dev (seorang mantan pemain sepakbola profesional) dan Rishi (istri dari karakter Mukerji), yang kemudian masing-masing digantikan oleh Shah Rukh Khan dan Abhishek Bachchan.[11][21] Amitabh Bachchan, Shah Rukh (juga sebagai sutradara aksi), Mukerji, Zinta dan Abhishek membentuk sebuah kelompok pemeran, yang disebut oleh Karan sebagai "kelompok pemeran impian[nya]".[22][23][24] Sementara itu Kirron Kher, Ahsaas Channa dan John Abraham tampil dalam peran pendukung.[25] Riteish Deshmukh juga membuat sebuah penampilan tamu (sebagai Tn. Nayang, bos dari karakter Mukerji). Meski telah menjadi bagian dari publisitas, bagian tersebut kemudian dihapus dalam proses penyuntingan.[11] Mukerji menyebut perannya dalam film tersebut telah "mengubah persepsi[nya] tentang cinta dan pernikahan", sementara Abhishek menyebut perannya sebagai "sebuah peran yang sangat penting" dan menyebut film tersebut "sebuah karya sensitif".[26][27] Zinta menyebut perannya sebagai sebuah upaya untuk menghilangkan citra keceriaannya; dalam sebuah wawancara, ia mengatakan, "Aku muak untuk menjadi ceria. Aku muak untuk menjadi banyak bicara dan aku muak untuk menjadi imut."[28] Penataan riasnya ditangani oleh Mickey Contractor dan sinematografinya ditangani oleh Anil Mehta.[22][29] Cerita dan skenarionya dibuat oleh Shibani Bathija dan Karan, sementara dialognya dibuat oleh Niranjan Iyengar.[22] Ayan Mukerji (juga membuat sebuah penampilan kameo dalam lagu "Tumhi Dekho Naa") dan Punit Malhotra menjadi sutradara asistennya.[10][30] Produser untuk film tersebut adalah Karan dan ibunya Hiroo Johar (dibawah spanduk Dharma Productions)[22] dan Soham Shah dan Tarun Mansukhani (juga membuat penampilan kameo sebagai teman dari karakter Abhishek)[7] bertugas sebagai produser asosiasi, sementara Farah Khan bertugas menangani koreografi.[18][31] Sanjay Sankla adalah penyuntingnya, sementara Stephen Gomes menjadi perancang suaranya dan Apoorva Mehta menjadi produser asosiasinya.[32] Pra-produksi dan pemfilmanFilm tersebut dibuat dengan anggaran sebesar ₹470–600 juta (sekitar AS$9,0–10,8 juta pada 2006)[c] dan menjadi film India termahal pada tahun tersebut.[33] Karan awalnya merencanakan perekaman film tersebut di Australia, namun kemudian dibatalkan.[12] Hal yang sama juga terjadi di London, disebabkan oleh masalah logistik dalam pemroduksiannya.[36] Pembuatan naskah dimulai pada 14 Mei 2005.[37] Proses pemfilman dimulai di New York pada September, dengan jadwal selama 90 hari; beberapa adegan diselesaikan di empat studio Mumbai.[11][12] Karan menggambarkan masa-masa tersebut sebagai fase tersulit dalam hidupnya (ia menjelaskan bahwa melakukan perekaman di New York tidaklah mudah; cuaca dingin, anggaran berlebih dan kesulitan dalam meminta izin lokasi).[38][39] Sementara itu, Shah Rukh juga melakukan syuting untuk film fantasi Paheli (2005), bersama Mukerji, dan film aksi Don (2006), bersama Priyanka Chopra.[7][40] Setelah menyelesaikan perekaman untuk film drama percintaan Shirish Kunder Jaan-E-Mann (2006), bersama Akshay Kumar, Zinta langsung mengerjakan proyek tersebut dan menyatakan untuk menetap di New York hingga November. Untuk mengisi waktu luang pada masa-masa tersebut, yang dianggapnya sebagai jadwal tersibuknya, Zinta pergi ke pusat kebugaran dan menonton beberapa film.[41] Lokasi pemfilman lainnya adalah Malaysia (untuk perekaman lagu "Mitwa")[42] dan India (untuk perekaman lagu "Rock 'N' Roll Soniye").[43] Pada Oktober 2005, syuting untuk film tersebut mengalami sebuah penundaan setelah Amitabh menderita sakit parah.[11] Dalam sebuah sekuen ruangan hotel (menampilkan Shah Rukh berhubungan intim dengan Mukerji), Khan diminta untuk mengarahkan sekuen tersebut sendiri, namun kemudian digantikan oleh Amitabh.[7] Sebuah desas-desus bahwa Mukerji bermusuhan dengan Zinta dalam lokasi syuting beredar, namun hal tersebut kemudian ditepis oleh Karan; hal yang sama mengenai Shah Rukh dengan Amitabh juga beredar.[38][39] Berbicara mengenai hal tersebut, Karan mengatakan bahwa, "Tidak semuanya. Tidak ada kebenaran dalam cerita Rani-Preity juga. Mereka semua [bekerja] dengan baik tidak seperti apa yang dikatakan."[39] Perancangan latar dan kostumSetelah bekerjasama dengan Karan (yang disebutnya sebagai sutradara favoritnya)[44] dalam dua film garapan terdahulunya, Sharmishta Roy kembali menjadi perancang latar dengan film tersebut.[45] Menurutnya, salah satu bagian tersulit dari perancangan latar untuk film tersebut adalah perekaman di lokasi yang berbeda-beda:
Dalam film tersebut, Karan menampilkan penggunaan merek mancanegara Louis Vuitton dan Christian Dior. Ia menjelaskan bahwa penggunaan merek-merek tersebut tidak akan muncul secara mencolok, melainkan dengan halus; penggunaannya akan diselaraskan dengan profesi karakter film masing-masing. Meski begitu, hal tersebut tidak akan mengganggu bagian penataan busana dari Manish Malhotra.[18] Tema dan pengaruhKabhi Alvida Naa Kehna dikenal atas tema hubungan luar pernikahan dan ketidaksetiaan, juga menandai pertama kalinya Karan Johar "melintasi ambang tradisional".[46][47] Film tersebut meneruskan sebuah tren (dimana sebuah film memperluas pengaruhnya menuju wilayah asing) yang dibuat oleh film drama 1970 Mera Naam Joker.[48] Dalam sebuah wawancara, Karan menjelaskan bahwa, "Film tersebut adalah sebuah drama manusia dengan keglamoran [...] utuh [...] Film tersebut adalah sesuatu yang diidentifikasikan oleh kebanyakan pasangan."[49] Nico Slate, dalam bukunya Lord Cornwallis Is Dead: The Struggle for Democracy in the United States and India, menyatakan bahwa film tersebut telah "membiarkan alegori moral sederhana yang membedakan nilai-nilai [antara] orang India dan Amerika". Ia juga menemukan bahwa latar Amerika Serikat dan New York dalam film tersebut "cocok dengan moralitas yang ambigu dalam inti film".[50] Menelaah film tersebut bersama dengan Kuch Kuch Hota Hai (1998) dan Kabhi Khushi Kabhie Gham... (2001), Daily News and Analysis menemukan bahwa Kabhi Alvida Naa Kehna telah "melintasi ambang tradisional dan memasuki dunia yang lebih realistis untuk memperlihatkan hubungan modern."[49] Henrike Donner, yang membandingkan film tersebut bersama dengan Lagaan (2001) dan Swades (2004), menganalisis bahwa Kabhi Alvida Naa Kehna "tidak cocok" untuk film-film Bollywood yang "menentang nilai-nilai [...] yang lebih konservatif, terutama pada keluarga dan tentang wanita".[51] Layaknya film-film karya Karan lainnya, Kabhi Alvida Naa Kehna dianggap "mengeksplorasi kehidupan dan cinta orang kaya dan menarik, dan didorong oleh alur melodramatis, emosi ekstrem, dan sekuen lagu-dan-tarian yang mewah".[52] Profesor asosiasi Faiza Hirji menemukan bahwa film tersebut "relatif serius dan secara eksplisit membicarakan mengenai identitas dan menegaskan nilai-nilai [dari] seseorang." Ia menambahkan, "[Film tersebut] mungkin tidak secara signifikan berbicara tentang masalah [dari] diaspora, meski [film tersebut] menampilkan [berbagai] masyarakat yang tinggal di tempat-tempat layaknya London dan New York, menjadikan[nya] lebih akrab bagi penonton dalam diaspora Asia Selatan."[53] Dalam buku Salaam Bollywood: Representations and interpretations, film tersebut dideskripsikan sebuah sebagai film yang memiliki "moralitas pernikahan Bollywood tradisional" dan mendapatkan sambutan mancanegara untuk "subyeknya yang mungkin bersifat cabul".[54] Anandam P. Kavoori dan Aswin Punathambekar menyatakan bahwa film tersebut "berpusat pada sebuah percintaan dan perzinaan [antara] pasangan yang bersifat bersilangan".[55]
—Karan pada 2006, menjelaskan tema ketidaksetiaan dalam filmnya[56] Jenny Sharpe menyebut film tersebut "memungkinkan para penonton [...] untuk saling berbagi dalam gaya hidup mewah kelas atas dan melewati ambang rumah mewah mereka, entah rumah gaya Barat atau rumah tradisional."[57] Shoma Munshi menganggap film tersebut bukan "film yang baik", dikarenakan "berfokus [...] pada urusan luar pernikahan".[58] Dalam buku Bollywood and Globalization: The Global Power of Popular Hindi Cinema, dua kritikus menganggap film tersebut sebagai "sebuah film kontroversial yang menyorot urusan luar pernikahan diantara orang India diasporik".[59] Penulis dan kritikus film Anupama Chopra menyatakan bahwa dengan film tersebut, Karan telah "memasuki wilayah asing yang berisiko tinggi; pernikahan India modern".[60] Dalam buku Media, Erotics, and Transnational Asia, Purnima Mankekar dan Louisa Schein menganalisis bahwa dalam film tersebut, "hasrat erotis terus dimasukkan dalam wacana romansa, dan hubungan erotis pra-nikah dan luar penikahan terus digambarkan sebagai transgresif."[61] K. Moti Gokulsing dan Wimal Dissanayake, yang menulis dalam buku Popular Culture in a Globalised India, menyatakan bahwa film tersebut mempunyai "kosakata perilaku para pezina [yang] diperoleh dalam lingkungan global". Mereka menambahkan, "Mungkin untuk membaca [film tersebut] sebagai lambang dari fase kedua dalam pertemuan Bollywood dengan globalisasi [...] meskipun setelah memperhitungkan bahaya asosiasi terhadap gaya hidup tradisional."[62] Penulis lirik Javed Akhtar menyebut film tersebut sebagai sebuah film berani: "Karan telah membuat subyek menjadi cocok untuk semua orang tanpa harus menarik hantaman."[63] Jayati Bhattacharya dan Coonoor Kripalani menyatakan bahwa film tersebut "berfokus pada keluarga-keluarga India yang tinggal di luar negeri, dimana nilai-nilai keluarga, kebudayaan dan tradisi India dinegosiasi di wilayah asing".[64] Setelah mengobservasi film tersebut bersama dengan Dilwale Dulhania Le Jayenge (1995), Hannah Klien menemukan bahwa Kabhi Alvida Naa Kehna "merepresentasikan hasrat dan seksualitas perempuan". Ia menambahkan, "Sementara perantaranya masih terstruktur oleh wacana patriarkal dan restriktif yang kuat, film-film tersebut membuka ruang untuk menggambarkan agensi keseksualan wanita."[65] Dalam sebuah ulasan, Aprajita Anil menyatakan bahwa, "Karan mengeksplorasi hampir setiap aspek emosi manusia, memberi setiap orang dari penonton cukup waktu dan ruang untuk mengidentifikasi dengan satu atau yang lain warna karakter, dan untuk beberapa, identifikasi [dan] mungkin total!"[66] Pada 2006, Hindustan Times melaporkan terjadi beberapa tindakan kriminal setelah pemutaran dari Kabhi Alvida Naa Kehna.[67] Pada 2016, majalah independen Filmfare menyatakan bahwa peran dari Preity Zinta sebagai majalah mode ambisius Rhea Saran telah "menghancurkan stereotipe" dari bagaimana seorang wanita yang telah menikah terlihat dalam perfilman Hindi.[25] Pada 2019, Chopra menulis sebuah artikel yang menjelaskan bagaimana film tersebut "membawa ketidaksetiaan ke perfilman [India] arus utama".[68] Musik
Setelah bekerjasama dengan Karan Johar dalam film 2003 Kal Ho Naa Ho, Shankar–Ehsaan–Loy (beranggotakan Shankar Mahadevan, Ehsaan Noorani dan Loy Mendonsa) kembali menjadi sutradara musik dengan film tersebut, bersama dengan Javed Akhtar sebagai penulis liriknya.[69] Ini juga menandai kerjasama keempat antara Shankar–Ehsaan–Loy dengan penyanyi playback Alka Yagnik.[70] Penyanyi-penyanyi lainnya yang ditampilkan meliputi Sonu Nigam, Shafqat Amanat Ali, Shankar Mahadevan, Caralisa Monteiro, Vasundhara Das, Shaan, Joi Barua, Mahalakshmi Iyer dan Shweta Pandit.[71] "Mitwa" (yang kemudian menjadi hit besar)[72] digubah oleh sutradara musik tersebut ketika berada di Goa, India.[73] Ali kemudian dipilih untuk menjadi penyanyi dalam lagu tersebut, setelah Shankar Mahadevan mendengar lagu "Ankhon Se Sagar" dan terkesan dengan suaranya.[73] Lagu tersebut mengambil tempat di Stadion Shah Alam, Malaysia sebagai lokasi syuting.[42] Perekaman lagu "Rock 'N' Roll Soniye" (yang direkam di Mumbai, India) dilakukan selama sepuluh hari di studio film Yash Raj Studios, namun pada 6 Juli 2006, terjadi penundaan setelah hujan lebat.[74] Hal tersebut mengakibatkan sebagian besar dari anggota pemeran tidak dapat datang (termasuk Amitabh Bachchan, Shah Rukh Khan dan Rani Mukerji); Karan menyebut kejadian tersebut sebagai sebuah kemunduran.[43] Lagu tersebut kemudian berhasil diselesaikan pada 11 Juli.[75] Sony Music India membayar sebesar ₹8 crore (sekitar AS$1.8 juta pada 2006)[b] untuk membeli hak paten dari jalur suara tersebut, namun hal tersebut ditentang oleh Vishal Patel dari Dharma Productions: "Ya, Sony [Music India] telah membeli hak paten untuk [film tersebut] tetapi harga yang disebutkan tidak akurat. Saya tidak ingin membocorkannya."[77] Musik dari film tersebut dirilis selama penyelenggaran Penghargaan IIFA ke-7 pada 16 Juni 2006.[78] Dinyatakan sebagai album India terlaris pada 2006, album tersebut dilaporkan terjual sebanyak 1–2 juta salinan di seluruh dunia.[d] Yagnik, Nigam dan Shankar–Ehsaan–Loy masing-masing dinominasikan untuk Penyanyi Playback Perempuan Terbaik, Penyanyi Playback Laki-laki Terbaik dan Sutradara Musik Terbaik dalam Penghargaan Filmfare ke-52, atas kinerja mereka dalam lagu "Kabhi Alvida Naa Kehna".[81] Menulis untuk Bollywood Hungama, kritikus musik Joginder Tetuja menyebut album tersebut "melanggar norma-norma [dengan] memasukkan sebuah lagu melodi percintaan untuk memulai sensasi album".[82] Sementara itu, Tetuja juga memberikan peringkat pertama untuk album tersebut dalam daftar "Sepuluh Album Teratas Pekan Ini" pada 23 Juni.[83] Ranjani Saigal menyatakan, "Jelas bahwa Kal Ho Naa Ho adalah sebuah inspirasi besar untuk karya tersebut [...] Ini menjadi sebuah hit super tetapi trek tersebut tidak meninggalkan sebuah kesan yang baik."[84] Sukanya Verma dari Rediff.com menggambarkan lagu judul dari film tersebut sebagai "melodramatis, melankolis [dan] mewah".[85] MovieTalkies.com menyebut album tersebut sebagai "salah satu album musik film terbaik pada tahun tersebut".[86] Menulis untuk portal kritikus Planet Bollywood, Randy Laal menganggap lagu judul dari film tersebut sebagai yang terbaik dari lagu-lagu lainnya dalam album tersebut.[87]
PerilisanKaran Johar awalnya menetapkan tanggal penayangan perdana dari film tersebut pada 31 Juli 2006, namun hal tersebut dibatalkan setelah terjadi sebuah insiden ledakan di Mumbai. Film tersebut kemudian dirilis pada 11 Agustus dan mempromosikan kalimat tagar, "Sebuah Cinta…. Yang Menghancurkan Seluruh Hubungan".[88][e] Hak distribusi mancanegara dari film tersebut dimiliki oleh Yash Raj Films.[69] Naskah dari film tersebut diakusisi oleh Academy of Motion Picture Arts and Sciences pada 4 September. Film tersebut menjadi film keduanya yang diakusisi, setelah film komedi-drama tahun 2003 Kal Ho Naa Ho; Karan menganggap hal tersebut sebagai sebuah sambutan besar atas karyanya.[90] Kabhi Alvida Naa Kehna kemudian terpilih sebagai perwakilan India dalam Festival Film Internasional Tokyo ke-19. Film tersebut akan ditampilkan dalam seksi Angin Asia, serta bersaing untuk mendapatkan penghargaan Film Asia Terbaik.[91] Selain itu, film tersebut juga ditampilkan dalam Festival Film Internasional Toronto ke-31.[92] PenerimaanBox-officeKabhi Alvida Naa Kehna mendapatkan status "semi-hit" dari box-office.[35] Film tersebut diputar dalam 800 bioskop di seluruh India dan menghasilkan ₹51,8 juta (sekitar AS$1,16 juta pada 2006)[b] pada hari pembukaannya, menjadikannya sebagai yang tertinggi ketiga pada tahun tersebut.[93] Film tersebut menghasilkan ₹166,2 juta (sekitar AS$3,74 juta pada 2006)[b] pada akhir pekan pembukaannya di India.[94] Dalam minggu pertama pembukaannya, film tersebut menghasilkan ₹277,9 juta (sekitar AS$6,25 juta pada 2006).[95][b] Film tersebut menghasilkan ₹628,2 juta (sekitar AS$14,1 juta pada 2003)[b] di India dan menjadi film berkeuntungan tertinggi ketujuh pada 2006.[96] Kabhi Alvida Naa Kehna diputar dalam 60 bioskop di Britania Raya. Film tersebut menempati posisi keenam dan menghasilkan ₹62,3 juta (sekitar AS$1,4 juta pada 2006)[b] pada akhir pekannya, membuat film tersebut menjadi salah satu film Bollywood dengan debut tersukses.[97] Film tersebut diputar dalam 64 bioskop di Amerika Utara, dengan keuntungan ₹60,1 juta (sekitar AS$1,35 juta pada 2006)[b] pada akhir pekannya. Film tersebut menghasilkan ₹155,7 juta (sekitar AS$3,5 juta pada 2006)[b] dalam tiga hari di luar negeri, seperti yang dilaporkan oleh The New York Times.[98] Kabhi Alvida Naa Kehna menempati posisi tertinggi dalam pekan pertama pembukaannya, dengan menghasilkan ₹193,9 juta (sekitar AS$4,170,000).[99][b] Hingga akhir pemutarannya, film tersebut menghasilkan ₹491 juta (sekitar AS$10,6 juta pada 2006)[b] di luar negeri, penghasilan luar negara tertinggi untuk sebuah film India pada tahun tersebut.[100] Dalam periode 2000–2009, berdasarkan penggabungan keuntungan domestik dan asing, Sangita Gopal memperkirakan film tersebut menempati posisi kedelapan-belas.[101] Box Office India memperkirakan keuntungan total dari film tersebut sebesar ₹1,12 miliar (sekitar AS$25,2 juta pada 2006).[102][b] Sambutan kritikusIndiaFilm tersebut meraih ulasan beragam dari para kritikus.[103] Namrata Joshi dari Outlook memberikan sambutan negatif terhadap penampilan para pemeran utama dari film tersebut. Ia menjelaskan bahwa "Rani [Mukerji] terlihat seperti manekin hambar", sementara "[Shah Rukh Khan] baik-baik saja, hanya kurang menawan."[104] The Times of India menyebut film tersebut "terlalu panjang, terlalu membosankan dan berplastik".[105] Menulis untuk portal hiburan Bollywood Hungama, kritikus film Taran Adarsh memuji film tersebut: "Secara keseluruhan, Kabhi Alvida Naa Kehna adalah sebuah film yang luar biasa dari sudut pandang penulisan, penampilan dan pembuatan. Film tersebut mempunyai gaya, substansi, [juga] membutuhkan tantangan dan tidak mengikuti rumus." Adarsh juga menyambut penampilan Mukerji secara positif, dengan menggambarkan sebagai "penampilan yang paling berkesan sejauh ini".[106] Shruti Bhasin dari Planet Bollywood memberikan ulasan positif terhadap film tersebut, terutama untuk penampilan dari para anggota pemerannya. Peran yang dimainkan oleh Shah Rukh digambarkannya sebagai "padat [dan] sarkastik", sementara menganggap Mukerji "menenggelamkan giginya dalam karakter Maya".[107] Lata Khubhchandani dari Sify menyebut cerita dari film tersebut "berbelit-belit" dan "tidak jelas dibawa [...] kemana".[108] Kaveree Bamzai dari India Today mengomentari penampilan dari para pemeran; ia menyebut Shah Rukh seperti "terlihat tidak nyaman dengan lapisannya" dan menulis bahwa Mukerji telah "menyempurnakan seni menangis berlebihan dan tersenyum dengan gagah berani. Sementara itu, Bamzai menemukan bahwa ekspresi Zinta "tampak tidak bergerak untuk sementara" dan menyebut Abhishek "cekatan [dengan] peran anak-anjing-yang-menjadi-filsufnya".[109] Aprajita Anil dari The Indian Express menyatakan bahwa Rani telah "gagal untuk menambah semangat [dalam karakternya] Maya" dan memuji penampilan Zinta yang disebutnya "glamor".[66] Menulis untuk The Hindu, Sudhish Kamath menyebut film tersebut telah "merusak stereotipe", terutama pada peran Zinta yang dianggap olehnya "menghebuskan jiwa" ke dalam perannya yang mempunyai "sebuah stereotipe keras".[110] Raja Sen mengkritisi film tersebut, dengan menyebut narasinya yang "retak" dan alurnya yang "cerewet". Sen memuji kinerja Abhishek Bachchan, yang menurutnya "menunjukan pengekangan yang mengagumkan".[111] Aseem Chhabra menggambarkan film tersebut sebagai sebuah "melodrama yang berlebihan dan panjang". Chhabra memuji penampilan dari Abhishek, dengan perannya yang disebut "menyenangkan [dan] seperti anak-anak".[112] Ronjia Kulkarni menyebut film tersebut sebagai film terbaik dari Karan Johar hingga sekarang, karena film tersebut "membahas subyek yang lebih realistis". Namun, ia menyebut Preity Zinta "tidak memiliki banyak hal untuk dilakukan kecuali terlihat cantik" dan mengkritiknya karena "buang-buang bakat saja". Sementara itu, Kulkarni menyebut Abhishek sebagai yang terbaik dari anggota pemeran lainnya, dengan menyebutnya "muncul dari bayang-bayang ayahnya dan memamerkan bakatnya dengan baik".[113] Luar negeriKabhi Alvida Naa Kehna mendapatkan penilaian sebesar 58 persen dalam situs web agregator ulasan Rotten Tomatoes berdasarkan pada dua-belas ulasan, dengan penilaian rata-rata sebesar 6,36 dari 10.[2] Derek Elley dari Variety menulis film tersebut sebagai "inkonvensional", dengan mengganggap bahwa film tersebut layaknya "bintang-bintang yang melakukan gimik mereka dan didorong oleh naskah dari satu situasi hingga yang lainnya."[114] Menulis untuk The New York Times, kritikus Neil Genzlinger memanggil film tersebut "secara mengejutkan menarik, terutama berkat para pemerannya yang sangat layak [untuk] ditonton."[115] Pengkritik film Jaspreet Pandohar menyebut bahwa film tersebut "cukup berani untuk keluar dari stereotipe Bollywood", meski "tidak cukup meyakinkan untuk mencerminkan realitas modern."[116] Raam Tarat memberikan ulasan buruk untuk film tersebut, terutama terhadap penampilan dari para anggota pemeran yang digambarkannya sebagai "menjengkelkan". Namun, Tarat memuji penampilan Abhishek dengan menyebutnya sebagai "penahan".[117] Ethan Alter dari Film Journal International mengkritik durasi panjang film tersebut: "Tiga jam mungkin adalah waktu [...] standar untuk sebagian besar [film] Bollywood, tetapi dalam kasus ini, ceritanya terlalu ringan dan intim untuk diledakan hingga skala epik." Terlepas dari hal tersebut, Alter memuji penampilan dari Shah Rukh; meski karakternya digambarkan sebagai "brengsek [juga] egois, dan [...] kasar secara emosional."[118] Kevin N. Laforest, yang menulis untuk Montreal Film Journal, menyebut film tersebut sebagai "kadang-kadang menyedihkan", namun "bisa juga sangat lucu."[119] Michael Dequina dari The Movie Report memberikan ulasan campuran terhadap film tersebut; sementara penampilan Zinta dan Abhishek Bachchan mendapatkan sambutan positif.[120] Kritikus film Text Marco memberikan ulasan campuran terhadap film tersebut, dengan menggambarkannya sebagai film yang "indah, panjang, berklise dan sederhana".[121] Penghargaan dan nominasiAbhishek Bachchan memenangkan Penghargaan Filmfare untuk Aktor Pendukung Terbaik, Penghargaan Film India Global untuk Aktor Terbaik dalam sebuah Peran Pendukung dan Penghargaan Zee Cine untuk Pemeran Terbaik dalam sebuah Peran Pendukung – Laki-laki. Film tersebut dinominasikan untuk sembilan kategori dalam Penghargaan IIFA ke-8, dengan memenangkan sebuah penghargaan—Aktris Terbaik (Rani Mukerji).[81] Dalam acara Penghargaan Film Bollywood ke-8, film tersebut dinominasikan untuk tujuh-belas kategori dan memenangkan tiga penghargaan; Sutradara Musik Terbaik (Shankar–Ehsaan–Loy), Penyanyi Playback Perempuan Terbaik (Alka Yagnik) dan Perancang Kostum Terbaik (Manish Malhotra).[122] Lihat pula
Catatan
Referensi
Daftar pustaka
Bacaan lanjutan
Pranala luar |