Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat
Asal usul nama PetamburanMenurut Lilie Suratminto, dosen Sastra Belanda di Universitas Indonesia menyebut dua versi asal mula nama Petamburan, yang berasal dari kata tambur. Pertama, terkait dengan masa penjajahan Belanda. Kala itu, setiap warga Eropa yang meninggal, maka warga Betawi di wilayah ini, akan memainkan alat musik tambur untuk mengiri jenazah. Dan kedua, berasal dari tempat pembuatan tambur untuk militer, karena pada masa itu, para anggota militer juga memerlukan tambur.[2] GeografiKelurahan ini berbatasan dengan Kotamadya Jakarta Barat di sebelah Utara dibatasi oleh Jalan KS Tubun dan di sebelah Barat, kelurahan Kebon Melati dan Kebon Kacang di sebelah Timur dibatasi oleh Kanal Banjir Barat dan Bendungan Hilir di sebelah Selatan dibatasi oleh jalur kereta api Merak–Tanahabang. Gelora di sebelah barat dibatasi oleh Jalan Gatsu Kelurahan ini dilalui Banjir Kanal Barat, serta rel kereta api Serpong - Jakarta, di antara stasiun Palmerah dan stasiun Tanah Abang. DemografiSebagai bagian dari wilayah ibukota negara Indonesia, kelurahan Petamburan dihuni oleh beragam etnis. Warga asli ialah suku Betawi, dan banyak juga berasal dari suku lain seperti Jawa, Sunda, Banten, Batak, Minangkabau, Tionghoa, dan lainnya. Berdasarkan agama yang dianut, Badan Pusat Statistik kota Jakarta Pusat mencatat, pemeluk agama di kelurahan Petamburan yakni Islam 83,49%, kemudian Kekristenan 16,00% (Protestan 13,00% dan Katolik 3,00%) dan sebagian lagi memeluk agama Hindu 0,30% dan Buddha 0,20%.[3] Referensi
Pranala luar
|
Portal di Ensiklopedia Dunia