Sultan Murad I dan sebagian besar tentaranya[1][2]
Pangeran Lazar dan sebagian besar tentaranya[1][2]
Pertempuran Kosovo (bahasa Serbia: Косовска битка/Kosovska bitka, bahasa Turki: Kosova Meydan Muharebesi) berlangsung pada tanggal 15 Juni 1389[A] antara pasukan yang dipimpin oleh Pangeran SerbiaLazar Hrebeljanović, dan pasukan penyerang dari Kesultanan Utsmaniyah di bawah pimpinan SultanMurad Hüdavendigâr. Pasukan di bawah pimpinan Pangeran Lazar terdiri dari para prajuritnya sendiri, suatu kontingen yang dipimpin oleh Vuk Branković, seorang bangsawan Serbia, dan suatu kontingen pimpinan Vlatko Vuković yang dikirim dari Kerajaan Bosnia oleh Raja Tvrtko I.[7] Pangeran Lazar adalah penguasa Serbia Moravia, dan merupakan yang terkuat di antara para penguasa daerah Serbia pada waktu itu, sedangkan Vuk Branković memerintah Distrik Brankovića yang terletak di salah satu wilayah Kosovo dan daerah lainnya, mengakui Lazar sebagai maharajanya. Pertempuran ini berlangsung di lapangan Kosovo,[a] sekitar 5 kilometer di sebelah barat laut kota Prishtina modern.
Catatan-catatan sejarah yang dapat diandalkan termasuk langka. Sebagian besar pasukan dari kedua belah pihak musnah dalam pertempuran ini; baik Lazar maupun Murad juga kehilangan nyawa dalam pertempuran. Meskipun pihak Utsmaniyah berhasil memusnahkan pasukan Serbia, mereka juga menderita banyak korban sehingga menunda perkembangan mereka. Pihak Serbia meninggalkan terlalu sedikit orang untuk dapat mempertahankan tanah mereka secara efektif, sementara pihak Turki memiliki lebih banyak tentara di timur. Konsekuensinya, satu demi satu, kepangeranan Serbia yang belum menjadi vasal Utsmaniyah menjadi turut bergabung pada tahun-tahun berikutnya.
Akibat
Pasukan dari kedua belah pihak binasa dalam pertempuran;[7] baik Lazar maupun Murad kehilangan nyawa mereka, dan sisa-sisa pasukan mereka akhirnya mundur dari medan perang. Bayezid I, putra Murad, mencekik Yakub Çelebi adiknya setelah mendengar bahwa ayah mereka telah meninggal sehingga ia menjadi satu-satunya pewaris singgasana Utsmaniyah.[8] Pihak Serbia hanya menyisakan terlalu sedikit orang untuk mempertahankan tanah mereka secara efektif, sedangkan pihak Turki memiliki lebih banyak tentara di timur.[7] Akibatnya berbagai kepangeranan Serbia yang belum menjadi vasal Utsmaniyah turut bergabung juga, satu demi satu, pada tahun-tahun berikutnya.[7] Selanjutnya dalam menanggapi tekanan Utsmaniyah,[9] beberapa bangsawan Serbia menikahkan putri mereka, termasuk putri Pangeran Lazar, dengan Bayezid.[10][11] Akibat dari pernikahan-pernikahan ini, Stefan Lazarević menjadi seorang sekutu setia Bayezid, memberi kontribusi pasukan yang signifikan dalam banyak pertempuran militer Bayezid selanjutnya, termasuk Pertempuran Nikopolis. Pada akhirnya Kedespotan Serbia dalam berbagai kesempatan berupaya untuk mengalahkan Utsmaniyah dalam kaitannya dengan bangsa Hungaria sampai kekalahan terakhirnya pada tahun 1459 dan 1540.[butuh rujukan]
Peninggalan
Pertempuran Kosovo ini sangat penting untuk identitas nasional, tradisi, dan sejarah Serbia.[12] Tanggal pertempuran ini tertanam dalam benak orang Serbia, dan versi Gaya Baru dari pertempuran ini adalah tanggal pembunuhan Adipati Agung Franz Ferdinand oleh seorang nasionalis Serbia, yang mana memicu Perang Dunia I.
Makam Sultan Murad, sebuah situs di Polje Kosovo di mana organ-organ tubuh Murad I dikuburkan, memiliki suatu makna religius bagi kaum Muslim setempat. Sisa jenazah Murad yang lainnya dibawa ke Bursa, ibu kota Anatolianya, dan dimakamkan di sana di makam keduanya di kompleks Hüdavendigâr di Bursa. Sebuah monumen dibangun oleh Bayezid I putranya di Makam Sultan Murad di Polje Kosovo, menjadi contoh pertama arsitektur Utsmaniyah di wilayah Kosovo.[butuh rujukan]
^Date: Some sources attempt to give the date as June 28 in the New-Style Gregorian calendar, but that was not adopted until 1582, and did not apply retrospectively (but see Proleptic Gregorian calendar)
^ abcStrength: Estimate vary, although with the Ottomans having greater numbers;
According to Sedlar: "Nearly the entire Christian fighting force (between 12,000 and 20,000 men) had been present at Kosovo, while the Ottomans (with 27,000 to 30,000 on the battlefield) retained numerous reserves in Anatolia."[13]
According to J. K. Cox: "The Ottoman army probably numbered between 30,000 and 40,000. They faced something like 15,000 to 25,000 Eastern Orthodox soldiers."[6]
According to Cowley: "On June 28, 1389, an Ottoman army of between thirty thousand and forty thousand under the command of Sultan Murad I defeated an army of Balkan allies numbering twenty-five thousand to thirty thousand under the command of Prince Lazar of Serbia at Kosovo Polje (Field of Blackbirds) in the central Balkans."[14]
^ According to some Turkish sources, the "Christian army" led by Prince Lazar included contingents of Bulgarians, Albanians, Wallachians, Germans and Bohemians.[15] Claims about such a coalition of Christian rulers first appeared about eighty years after the battle in a book written by an Ottoman author, Oruç of Edirne, and were repeated by later Turkish historians.[16] Some of them added also Franks, Czechs, and Bulgarians to the aforementioned troops, claiming that there were 500,000 soldiers in the "Christian coalition". The reason for the Ottomans to represent the Battle of Kosovo in this way might lie in the fact that it was the only battle in which an Ottoman sultan was killed.[16] The alleged participation of Đurađ II Balšić, the lord of Zeta, in Lazar's army is improbable: he had previously become an Ottoman vassal; he was in hostility with Lazar's ally Tvrtko I; and at the time of the battle he was most likely in Ulcinj.[17] The participation of Teodor Muzaka and other Albanians is suggested by a family history of the Muzaka (Musachi) family,[17] written in Naples in c. 1515 by John Musachi, who stated the following: "Lazar, the Despot of Serbia, and King Marko of Bulgaria (Bulgaria's monarch in 1389 was TsarIvan Shishman, who had been under the Ottoman overlordship since 1373. King Marko is referred to also as the king of Serbia in John Musachi's chronicle.) and Theodore Musachi, (Theodore Musachi is the younger brother of John Musachi's father, Gjin. According to the chronicle, Theodore died in the Battle of Kosovo, about 125 years before his nephew wrote the chronicle.) and the other Lords of Albania united and set off for battle, which the Christians lost."[18]Robert Elsie, expert on Albanian studies, characterizes John Musachi's chronicle as "no work of great scholarship" whose historical accounts are confusing, although it is an important source for late 15th-century Albania.[18]
Cukup mengejutkan, bahkan tidak mungkin dapat mengetahui dengan pasti dari bahan kontemporer yang masih terlestarikan apakah salah satu pihak memperoleh kemenangan dalam pertempuran. Ada sedikit indikasi bahwa Serbia mengalami kekalahan besar; dan laporan-laporan paling awal mengenai konflik ini menunjukkan sebaliknya, yaitu pasukan pihak Kristen yan memperoleh kemenangan.
^ abJohn K. Cox (2002). The History of Serbia. Greenwood Publishing Group. hlm. 30. ISBN978-0-313-31290-8. Pasukan Utsmaniyah mungkin berjumlah antara 30.000-40.000. Mereka menghadapi sekitar 15.000-25.000 tentara Ortodoks Timur. [...] Laporan-laporan dari masa setelah pertempuran ini menggambarkan pertempuran di Kosovo sebagai suatu hal yang merupakan hasil imbang atau kemenangan pihak Kristen.
^Sedlar, Jean W. (1994). East Central Europe in the Middle Ages, 1000-1500. University of Washington Press. hlm. 244. Nearly the entire Christian fighting force (between 12,000 and 20,000 men) had been present at Kosovo, while the Ottomans (with 27,000 to 30,000 on the battlefield) retained numerous reserves in Anatolia.
^Cowley, Robert; Geoffrey Parker. The Reader's Companion to Military History. Houghton Mifflin Books. hlm. 249. On June 28, 1389, an Ottoman army of between thirty thousand and forty thousand under the command of Sultan Murad I defeated an army of Balkan allies numbering twenty-five thousand to thirty thousand under the command of Prince Lazar of Serbia at Kosovo Polje (Blackbird's Field) in the central Balkans.
^Željko Fajfrić. "7. Bitka na Kosovu". Sveta loza kneza Lazara. [...] Nije knez mogao računati ni na Vlaškog vojvodu Mirčeta jer je ovaj ratovao protiv Ugara po Poljskoj, ali ni na svoga zeta Bugarskog cara Šišmana. Još su neosnovanije bile tvrdnje da su knezu pomagali Albanci. Stoga svi kasniji navodi, naročito Turski, gde se tvrdi da je knez Lazar uspeo da okupi oko sebe Bugare, Albance, Vlahe pa čak Nemce i Čehe, jesu najobičnija izmišljotina koja je imala za zadatak da kneževu snagu preuveličaju. [Lazar could not count on Wallachian voivode Mirčeta as he was in war with the Hungarians in Poland, nor on Bulgarian Emperor Šišman. Even more ungrounded is the claim that Albanians aided Lazar. All the later mentions, particularly the Turkish, where it is claimed that Lazar managed to gather the Bulgarians, Albanians, Wallachians, and even Germans and Czechs, are the commonest of fabrications which have the intention to exaggerate the size of Lazar's forces.]
Vojna Akademija (1972). "Kosovska bitka". Vojna Enciklopedija (dalam bahasa Serbo-Croatian). Belgrade: Vojnoizdavački zavod JNA.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)