Pertempuran Avarayr
Pertempuran Avarayr (bahasa Armenia: Ավարայրի ճակատամարտ, bahasa Persia: نبرد آوارایر) (Avarayri chakatamart) atau Pertempuran Vartanantz adalah pertempuran yang terjadi pada 26 Mei 451 di Dataran Avarayr di Vaspurakan, antara pasukan Armenia yang dipimpin oleh Santo Vartan melawan pasukan Kekaisaran Sassaniyah. Pasukan Sassaniyah memperoleh kemenangan dalam pertempuran ini namun mereka mengalami kerugian yang besar, dan rakyat Armenia tetap melakukan perlawanan melalui pemberontakan serta perang gerilya. Pada akhirnya rakyat Armenia pun memperoleh kebebsan beragama. Latar belakangKerajaan Armenia adalah bangsa pertama yang secara resmi berpindah agama ke Nasrani, pada 301 M di bawah kepemimpinan Tiriades III. Pada 428, terjadi pemberontakan oleh para bangsawan yang berhasil menggulingkan kekuasaan Arsacid Armenia. Armenia kemudian menjadi daerah jajahan Kekaisaran Sassaniyah. Penguasa Sassaniyah menempatkan seorang gubernur di Armenia. Para bangsawan Armenia menyambut baik hukum Persia asalkan mereka diperbolehkan melaksanakan peribadatan Kristen; namun Yazdegerd II, mengetahui bahwa Gereja Armenia secara hierarki bergantung pada Gereja Kristen Barat (Yunani-Latin) yang dekat dengan Roma daripada Gereja Nestorian dukungan Persia yang berbahasa Aram, mencoba mendorong Gereja Armenia untuk mengabaikan Roma dan Bizantium demi Gereja Nestorian atau sekadar membuat mereka berpindah ke Zoroastrianisme. Dia mengumpulkan para bangsawan Armenia di Ctesiphon, dan menekan mereka supaya memutus hubungan dengan Gereja Barat sesuai keinginannya. Yazdegerd II sendiri merupakan penganut Zoroastrianisme dan tujuan sebenarnya adalah untuk mengamankan kekuatan politik daripada memaksakan sifat ortodoks Gereja Nestorian. Terjadi usaha-usaha untuk menghancurkan gereja dan membangun kuil-api, selain itu sejumlah magi Zoroaster dikirim ke Armenia dengan dilindungi oleh militer Persia. Ini dilakukan untuk menekan Kekristenan dan kependetaan. Kebijakan Yazdegerd, alih-alih mencegah, malah memicu perlawanan kaum Kristen di Armenia. Ketika berita mengenai tekanan oleh Persia Sassaniyah diketahui oleh rakyat Armenia, pemberontakan pun pecah. Dalam perjalanan pulang, para bangsawan, dengan dipimpin oleh Vartan Mamikonian, bergabung dengan para pemberontak. Setelah mendengar kabar mengenai pemberontakan, Yazdegerd II mengumpulkan pasukan untuk menyerang Armenia. Vartan Mamikonian meminta bantuan pada Konstantinopel karena dia punya hubungan baik dengan Theodosius II, yang menjadikannya jenderal. Bantuan tersebut datang terlambat. PertempuranSekitar 66.000 tentara Armenia melakukan Perjamuan Kudus sebelum maju ke medan pertempuran. Pasukan ini sebagian besar terdiri dari rakyat yang memberontak, dan bukan merupakan tentara profesional. Namun para bangsawan yang memimpin mereka merupakan tentara sungguhan, banyak di antara mereka adalah veteran dari masa peperangan dinasti Sassaniyah dengan Romawi serta dengan kaum-kaum nomad di Asia tengah. Bangsa Armenia diperbolehkan mengelola pasukan nasional yang dipimpin oleh komandan tertinggi (sparapet) yang biasanya berasal dari keluarga bangsawan Mamikonian. Kavaleri Armenia, pada saat itu, merupakan pasukan elit yang diakui sebagai sekutu taktis baik oleh Persia maupun Bizantium. Dalam konflik ini, baik tentara ataupun rakyat jelata sangat termotivasi untuk membela agama mereka. Pasukan Persia Sassaniyah, dikatakan tiga kali lebih banyak, meliputi gajah perang dan kavaleri Savārān (pasukan Abadi Baru) yang terkenal. Sebelum pertempuran, Beberapa bangsawan Armenia bersana dengan sejumlah simpatisan Kristiani, dipimpin oleh Vasak Siuni, mendatangi pasukan Persia dan menjadi pendukung Persia untuk kemudian melawan pasukan Armenia. Vartan berhasil memimpin pasukan Armenia untuk melakukan serangan awal yang sukses namun pada akhirnya dia terbunuh bersama delapan perwira tingginya. AkibatSetelah menang, Yazdegerd memenjarakan beberapa bangsawan dan pendeta Armenia serta mengangkat gubernur baru di Armenia. Gereja Armenia juga tidak dapat mengirim delegasi ke Konsili Khalsedon, karena sedang terlbat perang.[3] Gereja Armenia menolak keputusan Konsili Khalsedon, alih-alih mengikuti Miafisitisme. Bertahun-tahun seusai pertempuran, perlawanan rakyat Armenia terus berlanjut dengan dipimpin oleh kemenakan Vartan, Vahan Mamikonian. Pada 484 M, Shah Peroz I menandatangani Pakta Nvarsak, yang menjamin kebebasan Kristen di Armenia.[4] Rakyat Armenia kini menganggap pertempuran tersebut sebagai kemenangan moral. Tanggal 26 Mei menjadi hari yang suci di Armenia dan merupakan salah satu hari nasional dan relijius terpenting di Armenia. Referensi
Pranala luar |