Pada permulaan permusuhan, tentara Rusia yang terdiri dari 100.000 orang dibawah pemerintahan oleh Kaisar Nikolas I, sementara pasukan Ottoman dibawah pemerintahan Agha Hussein Pasha. Pada bulan April dan Mei 1828 panglima komando Rusia, Pangeran Peter Wittgenstein, pindah ke Kepangeranan Rumania Wallachia dan Moldavia. Pada bulan Juni 1828, pasukan utama Rusia di bawah kaisar menyeberangi Danube dan maju ke Dobruja.
Orang-orang Rusia kemudian membuat pengepungan yang panjang ke tiga benteng utam Ottoman di Bulgaria modern, yakni: Shumla, Varna, dan Silistra.[1]
Dengan dukungan dari Armada Laut Hitam di bawah pimpinan Aleksey Greig, Varna mampu di kepungan pada tanggal 29 September. Namun pengepungan Shumla terbukti jauh lebih sulit, karena garnisun Utsmaniyah yang berjumlah 40.000 kali kalah jumlah pasukan Rusia. Dengan itu, pasukan Rusia dilecehkan pasukan Turki karena mereka tidak dilengkapi dengan baik, bahkan banyak tentara Rusia yang meninggal karena penyakit atau kelelahan. Penyerbuan tersebut berubah menjadi hal yang memalukan bagi Rusia, karena tentara Rusia dianggap mempunyai kekuatan militer yang hebat, tetapi tentaranya harus menarik diri ke Moldavia karena ditaklukkan Rusia dengan kerugian besar dan tidak mampu menangkap atau menguasai Shumla dan Silistra.[3]
Mengubah Strategi
Saat musim dingin mendekat, tentara Rusia terpaksa meninggalkan Shumla dan kembali ke Bessarabia. Pada bulan Februari 1829 Wittgenstein yang kurang tegas, digantikan oleh yang lebih energik Hans Karl von Diebitsch, dan Tsar lalu meninggalkan tentara pergi ke St Petersburg. Pada tanggal 7 Mei, 60.000 tentara yang dipimpin oleh Marsekal Diebitsch melintasi Danube dan melanjutkan pengepungan Silistra. Sultan mengirim sebuah kontingen berkapasitas 40.000 orang untuk membantu Varna, yang pernah dikalahkan pada Pertempuran Kulevicha tanggal 30 Mei. Tiga minggu kemudian pada tanggal 19 Juni, Silistra jatuh ke tangan orang-orang Rusia.
Pada tanggal 2 Juli, Diebitsch meluncurkan serangan ke Transbalkan, yang pertama dalam sejarah Rusia sejak kampanye Svyatoslav I di abad ke-10. Jumlah personel 35.000 orang Rusia bergerak melintasi pegunungan, menghindari Shumla yang terkepung dalam perjalanan mereka menuju Konstantinopel. Orang-orang Rusia berhasil merebut Burgas sepuluh hari kemudian, dan penguatan Turki disahkan di dekat Sliven pada tanggal 31 Juli. Pada 22 Agustus, orang-orang Rusia telah mengambil alih wilayah Adrianople,[4] dilaporkan menyebabkan penduduk Muslim di kota tersebut pergi.[5] Istana Ottoman di Adrianople, Saray-i Djedid-i Amare, rusak parah setelah dihancurkan tentara Rusia.[5]
Perjanjian Adrianople
Dihadapkan dengan beberapa kekalahan ini, Sultan memutuskan untuk menuntut perdamaian. Adrianopel pada tanggal 14 September 1829 memberi Rusia sebagian besar pantai timur Laut Hitam dan bibir pantai Danube. Turki mengakui kedaulatan Rusia atas bagian barat laut saat ini Armenia. Serbia mendapatkan hak otonomi dan Rusia diizinkan untuk menduduki Moldavia dan Wallachia (menjamin kemakmuran dan kebebasan perdagangan penuh untuk mereka) sampai Turki membayar ganti rugi yang banyak. Moldavia dan Wallachia tetap protektorat Rusia sampai Perang Krimea. Perbudakan wilayah dihapuskan selama periode ini. Perebutan Selat diselesaikan empat tahun kemudian, ketika kedua kekuatan tersebut menandatangani Treaty of Hünkâr İskelesi.
Michael Khodarkovsky. Bitter Choices: Loyalty and Betrayal in the Russian Conquest of the North Caucasus (Cornell University Press, 2011). excerpt
Di Rusia
(Rusia) Османская империя: проблемы внешней политики и отношений с Россией. М., 1996.
(Rusia) Шишов А.В. Русские генерал-фельдмаршалы Дибич-Забалканский, Паскевич-Эриванский. М., 2001.
(Rusia) Шеремет В. И. У врат Царьграда. Кампания 1829 года и Адрианопольский мирный договор. Русско-турецкая война 1828–1829 гг.: военные действия и геополитические последствия. – Военно-исторический журнал. 2002, № 2.
Referensi
^ abA Global Chronology of Conflict: From the Ancient World to the Modern Middle East, Vol.III, ed. Spencer C. Tucker, (ABC-CLIO, 2010), 1152.
^Michael Khodarkovsky, Bitter Choices: Loyalty and Betrayal in the Russian Conquest of the North Caucasus (2011)
^Stanford J. Shaw, Ezel Kural Shaw, History of the Ottoman Empire and Modern Turkey:Reform, Revolution, Republic, Volume 2, (Cambridge University Press, 1977), 31.
^ abEdirne, M. Tayyib Gokbilgin, The Encyclopaedia of Islam, Vol. II, ed. B. Lewis, C. Pellat and J. Schacht, (Brill, 1991), 684.