Pada bulan Juni 2018, sekelompok anak laki-laki yang terdiri dari 12 orang, berusia antara 11 hingga 16, membentuk tim sepak bola lokal, terjebak bersama dengan asisten pelatih mereka yang berusia 25 tahun di Tham Luang Nang Non (bahasa Thai: ถ้ำหลวงนางนอน; "Gua Besar Putri Tidur"), sebuah gua di Thailand yang berada di Provinsi Chiang Rai. Hujan lebat membanjiri gua selama kunjungan mereka pada 23 Juni 2018.[11] Mereka dilaporkan hilang setelah beberapa jam dan operasi pencarian segera dimulai. Temuan anggota tim di dekat pintu masuk gua menegaskan bahwa kelompok itu kemungkinan berada di dalam gua. Upaya untuk menemukan mereka terhambat oleh naiknya permukaan air yang memblokir akses ke ruang dalam dan tidak ada kontak yang dapat dilakukan dengan mereka selama lebih dari seminggu. Upaya penyelamatan diperluas menjadi operasi besar yang dipimpin pemerintah di tengah liputan media yang intens dan perhatian dari publik.
Setelah berjuang melalui jalan sempit dan perairan berlumpur, penyelam Inggris menemukan 13 orang hilang dalam keadaan selamat di atas batu yang ditinggikan sekitar 4 kilometer (2,5 mil) dari mulut gua pada 2 Juli 2018, lebih dari sembilan hari setelah mereka hilang.[11] Untuk meninggalkan gua, mereka mungkin perlu belajar menyelam atau menunggu berbulan-bulan agar banjir surut di akhir musim hujan.[12][13]
Lebih dari 1.000 orang yang terlibat dalam operasi penyelamatan, termasuk Thai Navy SEAL serta tim dan bantuan teknis dari berbagai negara, termasuk Britania Raya, Tiongkok, Myanmar, Laos, Australia, Amerika Serikat,[14] Rusia,[15][16] Finlandia,[17] Swedia,[18] dan Israel.[19][20][21] Seorang anggota pasukan khusus Angkatan Laut Thailand meninggal pada tanggal 6 Juli 2018 saat hendak meletakkan tabung oksigen di sepanjang bagian goa yang banjir; ia kehabisan udara saat hendak kembali ke permukaan gua.[22]
Kehilangan
Tham Luang Nang Non adalah sebuah kompleks gua karst di bawah Doi Nang Non, sebuah pegunungan di perbatasan antara Thailand dan Myanmar.[23] Sistem gua ini panjangnya 10 kilometer dan sulit untuk dinavigasi karena lorong yang sempit dan terowongan berliku. Terdapat sebuah tanda yang menyarankan agar tidak memasuki gua selama musim hujan (Juli-November) di mulut gua.[24]
Pada tanggal 23 Juni 2018, sekelompok anak laki-laki yang berjumlah 12 orang yang berusia antara 11 dan 16 tahun yang berasal dari tim sepak bola junior lokal yang bernama Wild Boars (bahasa Thai: หมูป่า; IPA: [mǔː pàː]; RTGS: Mu Pa) dan pelatih mereka yang berusia 25 tahun, Ekkaphon Chanthawong (bahasa Thai: เอกพล จันทะวงษ์; RTGS: Ekkaphon Chanthawong),[25] hilang setelah menjelajahi gua dan berpiknik[26][27] untuk merayakan ulang tahun ke-17 Peerapat Sompiangjai.[28] Mereka terperangkap di terowongan gelap karena hujan yang turun secara tiba-tiba dan terus menerus setelah memasuki gua.[29] Seorang penjaga dari Departemen Taman Nasional, Satwa Liar, dan Konservasi Tumbuhan memperingatkan otoritas akan anak-anak yang hilang setelah melihat barang-barang mereka yang tertinggal di pintu masuk gua.
Polisi bersama anjing pelacak mencari celah gunung yang bisa menjadi pintu gua alternatif. Wahana nirawak dan robot digunakan untuk membantu upaya pencarian. Tidak ada teknologi yang mampu memindai keberadaan manusia di bawah tanah.[34]
12 anak bersama pelatihnya ditemukan selamat pada tanggal 2 Juli 2018 sekitar pukul 22:00 waktu setempat.[14] Mereka ditemukan oleh Stanton dan Volanthen kurang lebih 400 meter (1.300 ft) dari ruang gua yang dijuluki "Pattaya Beach".[14][35] Volanthen saat itu sedang memasang panduan di dalam gua untuk membantu navigasi anggota regu penyelamat lain. Ia kehabisan tali dan memutuskan menyelam ke permukaan—di atas, ia melihat tim yang hilang bersama pelatihnya.[36] Mereka ditemukan kurang lebih 3,2 kilometer (2,0 mi)[37] dari pintu gua.[11]
Pasukan Katak AL Thailand menyiarkan video yang menampilkan anak-anak berinteraksi dengan para penyelam.[38] Dalam video tersebut, anak-anak tampaknya tidak sadar seberapa lama mereka terjebak dan bertanya, "sekarang hari apa?"[29]
Gubernur Chiang Rai Narongsak Osatanakorn memberikan perkembangan terbaru, "Kami menemukan mereka dalam keadaan selamat, tetapi operasi belum berakhir."[39]
Pada tanggal 3 Juli, tujuh penyelam termasuk satu dokter dan satu perawat bergabung dengan regu penyelamat di dalam gua. Pejabat pemerintah mengatakan bahwa mereka melakukan pemeriksaan kesehatan dan perawatan sekaligus menghibur anak-anak. Tidak ada yang mengalami masalah kesehatan serius. Laksamana Madya Apagorn Youkonggaew, kepala Pasukan Khas Angkatan Laut Kerajaan Thailand mengatakan "Mereka diberi makanan berenergi tinggi yang mudah dicerna beserta vitamin dan mineral di bawah pengawasan dokter." Regu penyelamat merekam video yang menampilkan anak-anak dan pelatihnya menyebutkan nama dan usianya. Sambil mengenakan selimut darurat, anak-anak dan pelatihnya menyampaikan pesan dalam sebuah video singkat. Mereka mengatakan "sawadee krap" sambil melakukan wai, sambutan tradisional Thailand.[40] Video kedua menampilkan seorang dokter menangani kaki dan betis mereka.[41] Regu penyelamat yakin bahwa sebagian tim tidak bisa berenang[42] dan perlu merancang strategi penyelamatan yang sesuai.[43]
Anak-anak bersama pelatihnya berkomunikasi dengan keluarga dan regu penyelamat di luar menggunakan surat yang diantar oleh penyelam. Surat-surat tersebut menjelaskan bahwa mereka masih hidup, semuanya baik-baik saja, dan disertai kata-kata dukungan, semangat, dan kasih sayang.[44]
Perencanaan
Regu penyelamat harus melawan naiknya permukaan air. Pemimpin operasi penyelamatan mengatakan bahwa tim yang terjebak perlu belajar menyelam atau menunggu berbulan-bulan hingga airnya mengering.[45][12][13] Normalnya, gua terendam saat musim hujan yang berlangsung hingga September atau Oktober.[46]
Survei menunjukkan sebagian gua terendam air. Tim pelajar terjebak 3,2 kilometer (2,0 mi)[37] dari pintu gua dan 800–1.000 meter (2.600–3.300 ft) di bawah permukaan gunung.[47] Beberapa bagian gua terendam dan beberapa bagian lain sangat sempit.[48] Ada pula bagian gua yang arusnya kencang dan tanpa jarak pandang.[49] Penyelam berpengalaman butuh waktu enam jam untuk masuk gua (melawan arus) dan lima jam keluar (mengikuti arus).[50][13] Seseorang berpeluang meninggal apabila panik di tengah perjalanan.[51] Regu penyelamat mencari pintu gua alternatif untuk mempercepat perjalanan keluar.[52] Bor digunakan untuk mengeringkan air dan sempat dipertimbangkan untuk membuka jalur keluar yang lebih mudah, tetapi lokasi pengeboran yang cocok tidak ditemukan.[48][47]
Regu penyelamat memasang sistem pemompaan air dari gua dan mengalihkan arus air yang masuk. Cuaca cerah yang tidak lazim memudahkan proses pemompaan air sehingga permukaan air turun 1,5 sentimeter (0,59 in) per jam pada tanggal 5 Juli. Regu penyelamat bisa berjalan ke dalam gua sejauh 1,5 kilometer (0,93 mi). Namun, hujan lebat diperkirakan turun tanggal 8 Juli sehingga berpotensi menghambat proses ini dan bahkan membanjiri tempat tim terjebak.[53][46][47] Tanggal 4 Juli 2018, 1.600.000 l/j (420.000 US gal/j) telah dipompa ke luar gua.[54]Republik Ceko menawarkan pompa canggih buatan dalam negeri; pemerintah Ceko memiliki empat pompa berkapasitas 400 liter per detik (1.440.000 l/j (380.000 US gal/j)).[55]
Pada tanggal 6 Juli 2018, regu penyelamat menemukan bahwa kadar oksigen di dalam gua menurun. Mereka khawatir tim di gua berpotensi mengalami hipoksia apabila dibiarkan menunggu lebih lama.[56][57] Saluran pasokan udara kemudian dipasang di dalam gua.[58] Pada 8 Juli, kadar oksigen turun menjadi 15%; kadar yang diperlukan bagi manusia untuk bertahan hidup antara 19,5% dan 23,5%.[59]
Penyelam
Pemimpin regu operasi penyelamatan memutuskan bahwa tim siswa dikeluarkan oleh penyelam berpengalaman.[60] Para penyelam ini perlu mengajarkan keterampilan menyelam dan mempersiapkan tim secara fisik dan mental untuk menghadapi perjalanan yang sangat sulit.[48][57] Cuaca menentukan waktu dan cara operasi penyelamatan.[53]
Pada tanggal 4 Juli, dua penyelam gua asal Britania Raya, Jason Mallinson dan Chris Jewel terbang ke Thailand membawa peralatan menyelam seberat 500 kilogram (1.100 pon).[61] Keesokan harinya, dua orang penyelamat gua berpengalaman diterbangkan dari Britania Raya untuk membantu penyelam gua memantau situasi permukaan.[62]
Koordinator US National Rescue Commission, Anmar Mirza, pakar penyelamatan gua dengan pengalaman selama 30 tahun, sepakat bahwa membawa keluar anak-anak dengan menyelam "sangat berbahaya". Namun, apabila banjir semakin parah sehingga tidak memungkinkan menunggu lebih lama atau mencari pintu gua lain, menyelam keluar harus dipertimbangkan secara matang.[63] Pada 5 Juli, regu penyelamat mempertimbangkan mengajarkan anak-anak menyelam.[64]
Bendungan pengalih arus
Sebuah bendungan pengalih arus berbahan batu dibangun di hulu sungai. Bendungan dan pompa menurunkan permukaan air di dalam gua. Airnya dialihkan ke lahan pertanian di sekitar.[65] Para relawan sempat tidak sengaja memompa air ke cekungan air tanah.[66]
Kamp logistik
Kamp logistik dibangun di depan pintu gua. Ratusan relawan dan wartawan beserta regu penyelamat ditempatkan di sana. Tempat ini dibagi menjadi beberapa zona. Ada zona khusus Pasukan Katak AL Thailand, personel militer lain, dan penyelamat sipil, zona khusus keluarga, dan zona pers dan umum.[67]
Korban jiwa
Pada 6 Juli 2018 01:00 waktu setempat, seorang Perwira Rendah pasukan khusus Angkatan Laut Thailand yang berusia 38 tahun,[68][69] Saman Gunan (bahasa Thai: สมาน กุนัน; RTGS: Saman Kunan) meninggal karena kehabisan udara saat sedang mengantarkan tabung oksigen ke dalam gua.[70][71] Saman membantu tim penyelamatan secara suka rela, dan pada waktu itu sedang mencoba menempatkan tabung oksigen sepanjang rute penyelamatan untuk misi-misi selanjutnya. Akan tetapi, di tengah jalan, ia kehabisan udara dan kehilangan kesadaran saat sedang mencoba kembali ke permukaan gua.[72][73] Ia berhasil dikembalikan ke permukaan oleh seorang rekan penyelam, akan tetapi pertolongan pernapasan gagal.[74] Ia akan diberikan penguburan yang sepenuhnya dibiayai kerajaan di Bangkok.[75]
Penyelamatan
Pada pagi hari tanggal 8 Juli, pemerintah meminta awak media dan personel pembantu di sekitar pintu gua mengosongkan tempat karena operasi penyelamatan akan dimulai. Hujan muson diperkirakan akan membanjiri gua sampai Oktober. Tiga belas penyelam dikerahkan ke dalam gua untuk menjemput tim menggunakan "sistem menemani", dua penyelam menemani setiap anak, satu di depan dan satu di belakang.[76] Setiap anak diberi masker selam dan ditemani dua penyelam yang membawa tabung udaranya sendiri. Mereka menyelam ke luar mengikuti tali.[77] Pemerintah mengingatkan bahwa operasi penyelamatan akan memakan waktu beberapa hari karena regu penyelamat harus mengganti tabung udara, perlengkapan dan pasokan lain. Setiap tahap operasi berselang 10 sampai 20 jam.[78][79][80] Regu penyelamat menjelaskan bahwa penurunan permukaan air mempersingkat waktu tempuh masuk gua.[81]
Pada pukul 19:00 waktu setempat, pejabat setempat memberitahu bahwa dua anak telah diselamatkan dari gua dan dibawa ke Rumah Sakit Prachanukroh Chiangrai.[82][83][84] Tidak lama kemudian, dua anak dikeluarkan dan diperiksa oleh dokter di tempat.[85][82]
Anak kelima dan keenam diselamatkan dan dibawa ke rumah sakit setempat pada sore hari tanggal 9 Juli.[86][87] Anak ketujuh dan kedelapan menyusul kemudian.[88]
Pada 10 Juli 2018, 12 anak bersama pelatihnya telah diselamatkan.[3] Anak-anak yang masih sehat diselamatkan lebih dulu karena mereka berpeluang besar melewati rute keluar dalam keadaan selamat.[89]
Respons
Lokal
Penduduk provinsi Chiang Rai berkumpul secara suka rela untuk memasak, membersihkan, dan membantu dengan cara apa pun, bagi keluarga anak-anak yang terperangkap serta tim penyelamat di kamp penyelamatan di sekitar mulut gua.[23] Media sosial digunakan untuk menarik perhatian tentang upaya penyelamatan.[23] Teman sekolah dan guru tim ini membaca mantra dan berdoa.[90] Sekolah lokal mendonasikan uang untuk membantu memenuhi biaya hidup orang tua anak-anak yang terperangkap karena mereka berhenti bekerja untuk mengikuti upaya penyelamatan.[67]
Thailand
Pada 29 Juni 2018, Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha mengunjungi lokasi kamp penyelamatan dan menyemangati para keluarga anak-anak.[91]
SpaceX sedang mengupayakan sebuah kapal selam berukuran anak dan juga bekerja sama dengan Wing Inflatables untuk membantu proses penyelamatan.[107][108]
^ abcWongcha-um, Panu (3 July 2018). "Found alive on 10th day, Thai boys' cave ordeal not over". reuters.com. Reuters. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 July 2018. Diakses tanggal 3 July 2018.Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "reuters-20180703" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
^ abOlarn, Kocha; Said-Moorhouse, Lauren (3 July 2018). "Thai cave rescue: Soccer team found alive one kilometer underground". edition.cnn.com. CNN. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 July 2018. Diakses tanggal 3 July 2018.Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "cnn-20180703" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
^ abCheung, Helier (6 July 2018). "Thai cave boys unite community in hope". BBC News (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 July 2018. Diakses tanggal 6 July 2018.Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama ":5" didefinisikan berulang dengan isi berbeda