Owa kelempiau barat

Owa Kelempiau Barat
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
H. abbotti
Nama binomial
Hylobates abbotti
(Kloss, 1929)
Agihan H. abbotti (kuning)
Sinonim
  • Hylobates cinereus abbotti Kloss, 1929[2]:119
  • Hylobates muelleri abbotti
  • Hylobates moloch abbotti
  • Hylobates lar abbotti

Owa kelempiau barat (Hylobates abbotti), adalah sejenis kera arboreal yang termasuk ke dalam suku Hylobatidae. Nama lainnya adalah owa kelampiau kalimantan, dan nama lokalnya di antaranya adalah kelampiau atau penguak (Day.).[3]:237 Dalam bahasa Inggris ia disebut Abbot's Gray Gibbon.[1][4][5][6] Owa ini menyebar terbatas (endemik) di Pulau Kalimantan.

Pengenalan

H. abbotti berwarna kecokelatan sampai kelabu,[3] abu-abu sedang[4] (abu-abu tikus)[7] hingga abu-abu pucat,[8] dengan bagian yang lebih gelap di sekitar perut dan atas kepala;[3][4] namun warna kaki dan tangannya tidak demikian.[4] Alisnya berwarna terang keputihan yang tidak seberapa kontras.[7]

Berat tubuh hewan jantan rata-rata antara 5,9-6,4 kg dan betinanya 5,5-6,0 kg.[4] Panjang kepala dan tubuh owa ini antara 420-470 mm.[3]

Agihan dan ekologi

H. abbotti terutama menyebar di Pulau Kalimantan bagian barat: di wilayah Sarawak, dari wilayah Saribas ke barat, dan ke selatan hingga ke batas Sungai Kapuas di Kalimantan Barat.[4][8]:252

Informasi ekologi owa ini sangat terbatas oleh karena masih jarang diteliti.[4]

Konservasi

Sebagaimana halnya dengan H. funereus, IUCN mencatat bahwa populasi H. abbotti terus menyusut hingga lebih dari 50% dalam jangka 45 tahun yang terakhir (3 generasi); sementara dalam proyeksi 15 tahun ke depannya penyusutan habitat owa ini belum lagi akan berhenti, mengingat deforestasi dan kebakaran hutan di wilayah agihannya masih terus terjadi. Tekanan ini bertambah besar lagi oleh karena banyaknya kejadian perburuan hewan ini, baik untuk diperdagangkan sebagai hewan timangan maupun untuk dikonsumsi. Dengan pertimbangan-pertimbangan itu IUCN menempatkannya dalam status Genting (Endangered).[1]

CITES memasukkan semua spesies Hylobatidae, termasuk H. abbotti ini, ke dalam Apendiks I,[9] yang berarti bahwa hewan-hewan itu dikategorikan terancam kepunahan dan CITES tidak mengizinkan untuk diperdagangkan secara internasional, kecuali untuk tujuan-tujuan non-komersial.[10]

H. abbotti berstatus dilindungi menurut perundang-undangan negara Indonesia dan Malaysia.[4]

Catatan taksonomi

Spesies ini sebelumnya dianggap sebagai anak jenis dari Hylobates muelleri, Hylobates moloch, atau bahkan Hylobates lar.

Catatan kaki

  1. ^ a b c Geissmann, T. & Nijman, V. 2008. "Hylobates muelleri ssp. abbotti". The IUCN Red List of Threatened Species 2008: e.T39889A10270691. http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2008.RLTS.T39889A10270691.en. Diakses pada 27/IV/2017.
  2. ^ Kloss, C.B. 1929. "Some remarks on the gibbons, with the description of a new sub-species". Proceedings of the Zoological Society of London, 99(1): 113-27. London :Academic Press, [etc.],1833-1965 (abstrak)
  3. ^ a b c d Supriatna, J. & R. Ramadhan. Pariwisata primata Indonesia. Jakarta:Pustaka Obor. xvi + 316 hlm.
  4. ^ a b c d e f g h Gibbons Asia: Hylobates. Diakses pada 27/IV/2017
  5. ^ ITIS: Hylobates abbotti Kloss, 1929. Diakses pada 27/IV/2017
  6. ^ EoL: Hylobates abbotti Abbott's Gray Gibbon. Diakses pada 27/IV/2017
  7. ^ a b Mootnick, A.R. 2006. Gibbon (Hylobatidae) Species Identification Recommended for Rescue or Breeding Centers. Primate Conservation 2006 (21): 103–138. (Sebagai Ha. muelleri abbotti)
  8. ^ a b Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam: 386 hlm., 60 LG. Bogor: WCS-IP, The Sabah Society & WWF Malaysia. (Sebagai H. muelleri abbotti)
  9. ^ CITES. 2017. Appendices I, II and III valid from 04 April 2017 Diarsipkan 2017-08-23 di Wayback Machine.. UNEP, Geneva, Switzerland. Diakses pada 27/IV/2017
  10. ^ CITES: The CITES Appendices. Diakses pada 27/IV/2017

Bacaan lanjut

  • Roos, C. 2016. "Phylogeny and Classification of Gibbons (Hylobatidae)".in Ulrich H. Reichard, Hirohisa Hirai, & Claudia Barelli (Eds.), Evolution of Gibbons and Siamang: Phylogeny, Morphology, and Cognition, hlm. 151-65.
  • Cheyne, S.M., L.J. Gilhooly, M.C. Hamard, ..., M. Zrust. 2016. "Population mapping of gibbons in Kalimantan, Indonesia: correlates of gibbon density and vegetation across the species’ range". Endangered Species Research, Vol. 30: 133–43 (May 31, 2016). doi: 10.3354/esr00734

Pranala luar