Dr. (HC) Dra. Hj. Nurhayati Subakat, Apt. (lahir 27 Juli 1950) adalah seorang pengusaha kosmetik dan filantropis Indonesia. Ia merupakan pendiri dan Komisaris Utama PT Paragon Technology and Innovation yang mengelola merek Wardah serta sejumlah merek kosmetik populer lainnya.[1] Menjadi pionir merek kosmetik halal, perusahaan tersebut menguasai sekitar 30 persen pangsa pasar kosmetik Indonesia dan menjadi perusahaan kosmetik nasional terbesar di Indonesia.[2][3][4]
Nurhayati lahir di Padang Panjang pada 27 Juli 1950. Ia merupakan anak keempat dari delapan bersaudara keluarga Minang asal Nagari Bungo Tanjung, Tanah Datar.[6] Ayahnya yakni Abdul Muin Saidi, seorang pedagang dan pimpinan cabang Muhammadiyah di Padang Panjang, sedangkan ibunya bernama Nurjanah.[7][8][9]
Ia menjalani masa kecil dan remaja di Padang Panjang. Tamat dari SD Latihan SPG, ia masuk ke Diniyyah Puteri. Menjelang tahun terakhirnya di pesantren, sang ayah meninggal sehingga ia harus sekolah sambil bekerja membantu ibunya berdagang.[10] Meski demikian, nilai rapornya tetap bagus dan ia diterima di SMA Negeri 1 Padang pada 1967.[7]
Tamat SMA sebagai juara umum, ia diterima di Jurusan Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia menjadi lulusan terbaik S-1 Farmasi ITB saat diwisuda pada 1975.[11] Setahun berikutnya, ia menjadi lulusan terbaik profesi apoteker ITB dan mendapat penghargaan Kalbe Farma Award.[7][8]
Karier
Nurhayati memulai kariernya sebagai apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M. Djamil, Padang. Pada 1978, ia menikah dengan Subakat Hadi. Ia sempat menjadi apoteker di Bandung sebelum pindah ke Jakarta mengikuti sang suami.[11] Selama lima tahun berikutnya, ia bekerja di perusahaan kosmetik Wella sebagai staf pengendalian mutu.[7]
Pada 1985, ia bersama sang suami memulai usaha berbasis industri rumahan. Produk pertamanya adalah perawatan rambut yang dikhususkan bagi hair professional dengan merek Putri. Produk itu dipasarkan di salon-salon sekitar Tangerang dengan harga yang relatif terjangkau dibandingkan produk sejenis di pasaran.[12] Dalam waktu lima tahun, usahanya telah mempekerjakan 25 orang karyawan.[7]
Pada Desember 1990, untuk menambah kapasitas produksi, ia mendirikan pabrik pertama di Kawasan Industri Cibodas. Di bawah bendera PT Pusaka Tradisi Ibu, ia mengembangkan usahanya dengan melahirkan sejumlah produk dan merek baru. Pada 1995, ia memperkenalkan Wardah yang menjadi pelopor kosmetik berlabel halal.[13][14] Selanjutnya, ia meluncurkan Make Over sebagai kosmetik untuk pasar profesional pada 2010.[11]
Pada 2011, PT Pusaka Tradisi Ibu berganti nama menjadi PT Paragon Technology and Innovation (PTI). PTI menaungi sembilan merek kosmetik, yakni Putri, Wardah, Make Over, Emina, Kahf, Laboré, Biodef, Instaperfect, dan Crystallure. Wardah menjadi kontributor utama dengan sumbangan 70 persen pendapatan perusahaan.[7] Pada 2020, PTI tercatat memiliki 12.000 karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia dan Malaysia.[7]
Filantropi
Nurhayati mendapat pengakuan atas tindakan filantropisnya dalam menjalankan bisnis. Ia merupakan donatur sekaligus anggota Majelis Wali Amanat ITB.[15] Pada 2019, ia menyerahkan dukungan dana abadi sebesar Rp52 miliar kepada ITB untuk pengembangan riset, beasiswa, dan infrastruktur. Sebagai simbolis wujud dukungan tersebut, dua gedung perkuliahan umum di ITB dinamai sebagai Gedung Paragon Innovation dan Gedung Wardah Foundation.[11][16][17]
Ketika kasus Covid-19 mulai merebak di Indonesia, PTI melalui program CSR-nya menyumbang sebanyak Rp40 miliar untuk penanganan pandemi. Bantuan itu didistribusikan dalam bentuk alat kesehatan dan alat pelindung diri (APD) kepada lebih dari 40 rumah sakit rujukan di beberapa provinsi.[18][19] Langkah Nurhayati telah mendorong kolaborasi penanganan Covid-19 di Indonesia.[17]
Dalam sebuah seminar di ITB, Nurhayati mengatakan PTI bertekad memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan dalam pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perempuan, dan lingkungan.[11]
Ia menyebut ada "lima karakter utama" kesuksesan bisnisnya yakni ketuhanan, kepedulian, kerendahan hati (humility), ketangguhan (grit), dan inovasi.[20][21][22]
Penghargaan
Nurhayati bertengger di daftar "50 Wanita Paling Berpengaruh di Indonesia" oleh majalah SWA pada 2000.[8] Pada 2018, ia menjadi satu dari dua perempuan Indonesia yang masuk ke jajaran "25 Pebisnis Wanita Paling Berpengaruh di Asia" versi majalah Forbes.[23]
Pada 5 April 2019, Nurhayati menerima anugerah gelar doktor kehormatan (honoris causa) dari almamaternya, ITB. Ia dicatat atas inovasi yang menonjol lewat produk kosmetik Wardah.[23][24] Ia menjadi perempuan pertama yang dianugerahi ITB dengan gelar tersebut.[25]
Pada 2 November 2019, Nurhayati sebagai pendiri Paragon meraih penghargaan ASEAN Business Award (ABA) untuk kategori Women Entrepreneur yang digelar di Bangkok, Thailand. Strategi pemasarannya dinilai mencatat hasil yang signifikan bagi pertumbuhan bisnis serta meningkatkan efisiensi yang menguntungkan.[26]
Pada Juni 2022, Nurhayati dinobatkan sebagai salah satu dari "20 Wanita Paling Berpengaruh" oleh Fortune Indonesia.[5]
Kehidupan pribadi
Nurhayati adalah anak keempat dari delapan bersaudara. Tiga kakaknya yakni Syufni Muin, Hasnah Muin, Bakhtiar Muin. Adapun adik-adiknya yakni Fauziah Muin, Maimunah Muin, Resmi Bestari, dan Muslim Muin.[7]
Nurhayati menikah dengan seorang pria berdarah Jawa (Kebumen) bernama Subakat Hadi pada April 1978. Pasangan ini dikaruniai tiga orang anak, yakni Harman Subakat, Salman Subakat, dan Sari Chairunnisa.[7] Ketiga anaknya bergabung di perusahaannya dan meneruskan kepemimpinan generasi kedua.[27]