Dewan Keamanan Nasional Malaysia Kementrian Kesehatan Malaysia Unit Perencanaan Modernisasi dan Manajemen Administrasi Malaysia Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia
Pada tanggal 19 November 2020, Dirjen Noor Hisham Abdullah mengkonfirmasi bahwa 9.167 kasus COVID-19 telah teridentifikasi oleh aplikasi MySejahtera sejak diluncurkan pada bulan April 2020 melalui metode pelacakan kontak, termasuk info dari dinas kesehatan kabupaten setempat menggunakan pangkalan data MySejahtera serta pelacakan potensi kontak dekat dengan pasien COVID-19.[2]
Pada tanggal 27 Agustus 2021, tercatat 1,9 juta dari 2,32 juta siswa berusia antara 12 sampai 17 tahun yang terdaftar di sekolah nasional Malaysia di seluruh dunia melakukan pendaftaran vaksinasi COVID-19 melalui aplikasi MySejahtera.[3]
Pada awal bulan November 2021, Menteri KesehatanKhairy Jamaluddin menyatakan bahwa aplikasi MySejahtera tidak akan digunakan untuk penertiban moral sebagai tanggapan atas klaim Pemimpin OposisiAnwar Ibrahim yang menyatakan bahwa aplikasi MySejahtera digunakan untuk mengecek umat Muslim yang pergi ke pusat gim.[4]
Pada 7 November, aplikasi MySejahtera mengalami gangguan yang menyebabkan beberapa pengguna diberikan status isolasi mandiri dan orang dalam pengawasan yang salah. Administrator aplikasi meminta maaf kepada publik atas kepanikan yang ditimbulkan galat tersebut.[5][6] Pada hari yang sama, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Kuala Lumpur mengkonfirmasi bahwa warga Malaysia yang bepergian ke Amerika Serikat dapat menunjukkan bukti vaksinasi mereka di aplikasi MySejatera serta tes negatif COVID-19.[7]
Pelacakan kontak
Fungsi utama dari aplikasi MySejahtera adalah untuk membantu pengelolaan dan mitigasi wabah COVID-19. Pengguna dapat memantau kondisi kesehatan mereka selama wabah COVID-19, serta menemukan fasilitas kesehatan terdekat untuk pemeriksaan dan pengobatan COVID-19. Aplikasi ini digunakan juga ketika mengunjungi tempat publik melalui metode pemindaian kode QR serta juga digunakan untuk pendaftaran vaksin COVID-19.[8][9]