Kasmuri atau lebih dikenal dengan nama Murry (18 Juni 1949 – 1 Februari 2014) adalah personel pemain drum dari grup musik Koes Plus, ia juga berperan menciptakan beberapa lagu Koes Plus dan menyanyikan sendiri sebagian lagunya. Murry adalah salah satu dari 2 personel asli Koes Plus yang bukan dari keluarga Koeswoyo, bersama seorang musisi bernama Adji Kartono atau lebih dikenal sebagai Totok Adji Rachman sebagai pemain bass, tetapi Totok A.R. hanya aktif pada awal-awal terbentuknya Koes Plus dan pembuatan album pertamanya, "Dheg-Dheg Plas". Totok kemudian digantikan oleh Yok Koeswoyo dan tidak aktif lagi, sedangkan Murry tetap aktif bersama Koes Plus.
Karier
Patas Surabaya
Murry berasal dari Surabaya, Jawa Timur dan memulai karir bermusiknya sebagai gitaris grup musik Patas milik Kejaksaan. Grup band ini dibentuk pada tahun 1963 dan terdiri dari empat pemuda asal Surabaya, yaitu Murry sebagai pemain gitar utama, Maxie Mamiri sebagai pemain gitar pengiring, Wempy Tanasale sebagai pemain bass, dan Syech Abidin sebagai drummer. Band ini bermain tetap di Kejaksaan. Pada tahun 1966, Syech Abidin terpaksa keluar dari band ini karena bergabung ke AKA dan mendirikan SAS. Posisi drummer kemudian di isi oleh Murry. Namun, Patas yang sedang banyak mengalami cobaan akhirnya bisa memulihkan diri. Edmond Rumampar (gitar utama) kemudian direkrut ke dalam Patas untuk mengisi posisi gitar utama menggantikan Murry. Hal itu mereka lakoni meski dengan taruhan popularitas yang terbatas. Mereka Kemudian hijrah ke ibu kota di awal tahun 1970-an. Di Jakarta perantau dari Kota Buaya ini tinggal serumah, susah senang ditanggung bersama karena belum mempunyai pekerjaan tetap. Selain itu penghasilan sebagai anak band masih sulit didapat. Akhirnya band ini bisa hidup meski dalam keterbatasan dengan tampil di berbagai acara dan kesempatan yang bisa mereka dapatkan.
Di sela waktunya, para anggota band ini kerap mengisi session dengan band-band lain secara perseorangan. Tak terkecuali Murry. Ia kerap membantu banyak backing group Zaenal Combo pimpinan Zaenal Arifin yang banyak menelurkan album lagu-lagu Populer dan Pop Minangkabau. Kepiawaiannya dalam menabuh drum membuat namanya cukup dikenal oleh banyak band di Jakarta saat itu.
Sekitar tahun 1968, Murry bergabung dengan grup musik pimpinan Tonny Koeswoyo yang sebelumnya bernama Koes Bersaudara. Murry direkomendasikan kepada Tonny melalui rekannya, Tommy Darmo, saat itu Tonny sedang memerlukan personel pemain drum untuk menggantikan adiknya, Nomo Koeswoyo, yang dianggap sudah tidak bisa fokus sepenuhnya bermusik bersama Tonny dan kedua adiknya yang lain. Setelah bertemu dan menguji permainan drum Murry, Tonny tertarik dan menilai pukulan drumnya begitu keras dan bervariatif, Murry pun resmi direkrut oleh Tonny sebagai personel pemain drum dan mengundurkan diri dari band Patas. Keluarnya Murry dari Patas pun membuat grup musik tersebut bubar dengan sendirinya.
Walaupun sempat mendapat protes keras dari adik bungsunya, Yok Koeswoyo, yang kecewa dan kemudian memilih ikut keluar dari grup musik bersama Nomo, Tonny tetap teguh meneruskan grup musik bersama adik keduanya, Yon Koeswoyo sebagai vokalis dan pemain rythm gitar, Murry sebagai pemain drum, dan Adji Kartono alias Totok Adji Rachman sebagai pemain bass. Nama grup musik kemudian diganti menjadi Koes Plus, mereka segera berkarya dan menghasilkan album pertamanya, "Dheg Dheg Plas". Pada awalnya, album pertama Koes Plus tidak terlalu mendapat perhatian, piringan hitam pertama mereka sempat ditolak beberapa penjual musik, lagu-lagu mereka terutama "Kelelawar" bahkan sempat diremehkan. Karena tanggapan yang terkesan buruk ini, Murry sempat kecewa dan memutuskan pergi ke Jember, Jawa Timur, ia juga membagi-bagikan piringan album pertama Koes Plus kepada kenalan-kenalannya, Murry juga sempat bekerja di pabrik gula serta bermusik bersama Gombloh dalam grup musik Lemon Trees.
Tonny yang tidak berputus asa kemudian menyusul Murry di Jember untuk diajak kembali bersamanya ke Jakarta, keadaan pun mulai "memihak" Koes Plus setelah beberapa lagu pertama mereka seperti "Kelelawar" mulai sering diputar di radio RRI, masyarakat pun mulai mencari-cari piringan lagu Koes Plus. Posisi Totok sebagai pemain bass kemudian digantikan oleh Yok yang sebelumnya sempat antipati, sedangkan Murry tetap bergabung sebagai pemain drum dan satu-satunya personel asli dari luar keluarga Koeswoyo yang aktif. Popularitas Koes Plus lalu menguat setelah mereka tampil di Jambore Band di Senayan, Jakarta tahun 1972, semua peserta menyanyikan lagu berbahasa Inggris, hanya Koes Plus yang berani menyanyikan lagu bahasa Indonesia dan ciptaan mereka sendiri. Popularitas Koes Plus pun melesat dan membuat mereka menjadi kiblat musik pop dan rock and roll di Indonesia selama dekade 1970-an, serta salah satu grup musik yang paling lama berdiri dan produktif menghasilkan banyak lagu dan album.
Bersama Koes Plus, Murry mengarang banyak lagu yang sebagian diantaranya menjadi populer sampai kini, seperti Pelangi, Doa Suciku, Bertemu dan Berpisah, Hidup Tanpa Cinta, Semanis Rayuanmu, Kau Bina Hidup Baru, Ayah dan Ibu, Bujangan, Pak Tani (pop bahasa Jawa), Mobil Tua, Cobaan Hidup, Cubit-cubitan, dll. Lagu Pelangi bahkan mampu menguatkan kembali popularitas Koes Plus yang sempat melemah pada awal tahun 1974. Tonny sendiri pun hampir selalu terlibat memberi backing vocal untuk setiap lagu yang diciptakan Murry. Mungkin ini sebagai bentuk sikap perlakuan istimewa Tony sebagai pimpinan Koes Plus terhadap anggota yang bukan dari keluarga Koeswoyo. Dengan demikian Murry tidak merasa menjadi orang lain dalam Koes Plus. Sebagai pemain drum dia tidak hanya sebagai pelengkap. Permainan drumnya menjadi ciri khas dari lagu-lagu Koes Plus. Mendengarkan lagu Koes Plus dan Koes Bersaudara akan terasa beda begitu mendengar pukulan drumnya. Kombinasi pukulan drumnya dan permainan keyboard Tonny Koeswoyo, banyak mewarnai intro lagu Koes Plus.
Murry's Group
Menjelang dekade 1980-an, popularitas Koes Plus mulai melemah, Tonny beserta kedua adiknya kembali membentuk grup band "Koes Bersaudara" bersama Nomo sehingga Murry harus merelakan posisinya. Tidak mau diam dan menganggur begitu saja, Murry lalu membentuk grup musik sendiri yang ia beri nama Murry's Group, grup musik ini terdiri dari Murry sendiri dan tiga rekannya, Uki, Pius, dan Bian Assegaf, yang sebelumnya bergabung dalam grup musik "Yeah-yeah Boys" asal Surabaya. Grup band ini kemudian menghasilkan album pertamanya yang bertajuk "Sweet Melody". Murry yang sudah terbiasa melantunkan vokal semasa di Koes Plus (antara lain lagu "Pak Tani", "Desember", dan "Penyanyi Muda") tidak menemui kesukaran dalam berolah vokal dalam group di mana ia menjadi figur sentral.
Dalam perkembangannya, Murry’s Group telah menghasilkan beberapa album, meliputi "Sweet Melody", "Besi Tua", album "Pop Jawa", album "Pop Melayu" dan satu album lagi sejenis album nostalgia. Semua proses rekamannya dilakukan di studio rekaman PT. Remaco Ltd. Masih pada tahun yang sama, Murry’s Group melahirkan beberapa album lagi dengan dapur rekaman di Irama Tara, tetapi kali ini terjadi perubahan formasi anggota, yakni Murry, Uki, Pius, dan Harry Ch. Album yang dirilis di Irama Tara ini meliputi "Pop Melayu vol.1", "Disco Pop vol.1", album Anak Cucu – Pop Indonesia vol.3. Seperti halnya Koes Plus, anggota Murry's Group juga piawai mengarang lagu seperti Murry (Mari Berdansa), Harry (Nenek Tua, Goyang), Uki (Malam Sunyi, Hanya Kenangan) dan Pius (Tetap Kucari). Kesuksesan band ini juga terlihat ketika mereka mengeluarkan album pop Indonesia bertajuk "Anak Cucu" yang berhasil memecahkan rekor penjualan kaset di seluruh Indonesia tahun 1978. Selain itu mereka juga sempat mengeluarkan album Pop Disco yang cenderung berkiblat pada lagu-lagu Disco Barat era itu.
Murry’s Group selalu muncul setiap kali Koes Plus vakum dalam kegiatan bermusik. Akhir tahun 1970-an hingga awal tahun 1980-an, group Koes Plus dan Koes Bersaudara eksis dua-duanya. Seolah ada pengaturan untuk memberikan kesempatan kepada masing-masing band untuk muncul dan yang lain untuk sementara diistirahatkan. Murry memang enggan berdiam diri walau hanya dalam waktu yang singkat. Mungkin juga karena rindu yang membumbung tinggi kelangit-langit bila dia tidak menggebuk drum. Keadaan ini terjadi beberapa kali, seperti pada tahun 1979, Murry’s Group hadir dengan satu album yang bertajuk "Cium". Kemudian pada tahun 1988, Murry’s Group juga hadir dengan satu album yang diberinya judul "Si Rambut Panjang".
Solo Karier
Selain dengan Koes Plus dan Murry's Group, Murry sempat pula merilis sebuah solo album pada masa itu bertajuk Sweet Melodies, yang berisi lagu-lagu seperti Papi Mamiku, Indria, dan Kesunyian.
Murry juga memberikan lagunya untuk dinyanyikan oleh penyanyi lain. Diantaranya ada 2 (dua) buah lagu yang diciptakannya untuk Eddy Silitonga yang masing-masing berjudul “Mama” dan ”Tak Rela”. Kedua lagu itu menjadi hits dan meledak di pasaran mendongkrak popularitas Eddy Silitonga yang sedang berada di puncak kejayaannya masa itu. Lagu-lagu ini timbul sebagai jeritan hati Murry yang sampai saat ini masih dirundung oleh kenyataan hidup yang pahit.
Kembali ke Koes Plus
Reuni "Koes Bersaudara" ternyata hanya berlangsung sebentar karena kurang mendapatkan tanggapan pasar yang memuaskan. Murry kemudian diajak Tonny bersama Yon dan Yok membentuk kembali "Koes Plus", ia pun menyetujuinya karena merasa sudah sejiwa dengan ketiga rekan bersaudaranya tersebut. Murry pun menciptakan sebuah lagu yang menandai kembalinya ke dalam band Koes plus yang diberi judul Bersama Lagi dan Pilih Satu.
Menjelang berakhirnya dasawarsa 1970-an, Remaco yang pernah tercatat sebagai label rekaman terbesar se-Asia Tenggara harus gulung tikar. Koes Plus pun ‘dipindah’ ke Purnama Records, di mana mereka kemudian merekam album-album seperti “Cubit-Cubitan“, “Aku dan Kekasihku“, “Bersama Lagi“, dan “Melati Biru“ . Namun demikian, seiring dengan munculnya trend lagu-lagu sendu ala Iis Sugianto yang dirilis label Lolypop milik Rinto Harahap (The Mercys) dan juga Ebiet G Ade, kepopuleran Koes Plus pun menjadi surut. Era 1980-an bisa dikatakan adalah era yang sukar untuk mereka jalani, karena masa emas dengan penjualan meledak dan tawaran manggung bertubi-tubi telah berakhir. Namun demikian, mereka masih bisa menelurkan album-album dengan materi yang terbilang dahsyat seperti “Asmara“ (1981), “Da Da Da“ (1983), ataupun “Cinta Di Balik Kota“ (1987), dan tetap muncul di acara-acara TVRI.
Koes Plus Pasca Meninggalnya Tonny Koeswoyo
Pada tahun 1987, Tonny Koeswoyo selaku pemimpin grup musik Koes Plus meninggal dunia. Tak saja rasa kehilangan yang menggayuti kalbu para personel Koes Plus dan juga para penggemarnya, ketidakyakinan akan terus berkibarnya bendera Koes Plus tanpa Tonny juga dirasakan sebagai hal yag begitu berat dijalani, termasuk oleh Murry. Sebelum meninggal, almarhum Tonny sempat berwasiat agar Koes Plus tetap berkibar. Ketiga personel Koes Plus yang tersisa, Yon, Yok, dan Murry terus bermusik walau dengan personel pengganti Tonny yang sering berganti-ganti, mereka sempat menghasilkan beberapa album baru hingga awal 1990-an seperti "AIDS" (1987) dan "Pop Melayu Amelinda" (1991). Sampai akhirnya pada tahun 1993, Koes Plus yang terdiri dari 3 personel asli kembali menarik perhatian publik dengan mengadakan berbagai konser show come-back bersama 1 personel tambahan yaitu Abadi Soesman, konser mereka yang berlangsung sukses membuktikan bahwa Koes Plus masih banyak digemari masyarakat. Selanjutnya, Koes Plus masih sempat berkarya menghasilkan beberapa album dan menggelar konser dengan personel tambahan yang berganti-ganti, sampai akhirnya Yok Koeswoyo selaku personel pemain bass dan vokal memilih mengundurkan diri pada tahun 1997 dan beristirahat dari dunia panggung.
Pasca reformasi, Koes Plus hanya menyisakan Murry sebagai pemain drum, serta Yon Koeswoyo sebagai vokalis utama dan pemain rythm guitar, mereka kemudian dibantu dengan 2 personel tambahan yaitu Andolin Sibuea sebagai pemain keyboard dan lead guitar, serta Jack Kashbie sebagai pemain bass. Formasi yang terbentuk sejak 1998 ini sempat menghasilkan 2 album dan mampu bertahan selama hampir 7 tahun, Murry dan Yon Koeswoyo menjadi 2 personel asli yang paling lama mengusung Koes Plus, keduanya lebih dari dua dekade mengarungi industri musik Indonesia bersama-sama dalam group Koes Plus.
Membentuk kembali Murry's Group
Sekitar tahun 2004, terjadi perselisihan antara Murry dan kedua personel lainnya, Andolin dan Jack, dengan Yon Koeswoyo yang dipicu oleh semakin samar dan tidakjelasnya manajemen dan honor Koes Plus, formasi ini pun terpaksa berakhir. Murry kemudian membentuk kembali Murry's Group dengan personel yang berbeda dari Murry's Group awal yang dibentuk tahun 1978, formasi baru ini terdiri dari Andolin Sibuea sebagai pemain keyboard dan lead guitar, Jack Kashbie sebagai pemain bass, dan Suwarno "B-Flat" atau lebih dikenal dengan nama "Arwet" sebagai pemain rythm guitar dan vokal utama. Murry's Group formasi ini sempat menghasilkan satu album bertajuk "Kado Buat Sahabat" dengan hits "Amit-Amit Jabang Bayi" pada tahun 2006.
Eksistensi Murry's Group sempat menghilang kembali dari publik, sampai akhirnya muncul lagi pada tahun 2010 tetapi dengan formasi yang berbeda lagi. Formasi terakhir ini terdiri dari Murry, Arwet, Iwon S., Tubagus Arif, Heru dan Ivan, sebagian personelnya adalah personel grup band "B-Flat" yang merupakan salah satu band pelestari lagu-lagu Koes Plus. Formasi ini sempat menghasilkan satu album Pop Jawa Reggae bertajuk "Tresno Banget".
Selain itu, Murry juga sesekali tampil pada konser-konser yang diadakan berbagai grup musik pelestari lagu-lagu Koes Plus. Murry juga sempat konser reuni bersama Yok sekitar tahun 2010, serta bersama Yon dan Yok pada tahun 2013, ia juga masih mampu memainkan drum pada konser reuni tersebut walau tenaganya tidak lagi prima.
Kehidupan pribadi dan sosial
Di tengah kesibukannya dalam bermusik, Murry sempat meluangkan waktu untuk menyelesaikan pendidikannya hingga sarjana di Universitas Borobudur Jakarta. Murry menikah dua kali. Pertama ia menikah dengan seorang wanita bekas panyanyi pada era 1970-an yang bernama Uke Octoerina. Pernikahan ini berujung perceraian. Dari pernikahan ini ia memperoleh tiga orang anak, yakni Riske Murry, Rizzy Murry (meninggal 2018), dan Rico Valentino Murry.
Kemudian Murry menikah untuk kedua kalinya dengan seorang wanita yang bernama Yanti Nurhayanti (Vero Murry). Dari pernikahan ini ia memperoleh seorang anak yang bernama Anggi Risti. Uniknya Anggi Risti kemudian menikah dengan Reza Wicaksono putra bungsu dari Nomo Koeswoyo sekitar tahun 2014.
Jejaknya sebagai artis diikuti oleh anaknya Rico Murry yang menjadi drummer band Junior Band bersama David Koeswoyo putra Yon Koeswoyo. Bakat artis ini kemudian diteruskan oleh salah seorang cucu perempuannya yang bernama Ariel Tatum. Ia adalah anak dari pasangan Rico Murry dan Tatum Mathilda (yang merupakan anak dari pasangan musisi dan artis '80-an Alex Kembar Group dan aktris Joyce Erna). Namun sang cucu yang berparas cantik ini lebih menekuni dunia model, bintang iklan, dan akting daripada dunia musik.
Murry meninggal dunia pada 1 Februari 2014 sekitar pukul 05.00 WIB di kediamannya di Perumahan Kranggan Permai, Jati Sampurna, Bekasi, Jawa Barat. Sebelumnya ia menderita sakit hernia dan diabetes yang cukup parah yang memaksanya beristirahat total dari aktivitas bermusik. Jenazahnya kemudian dimakamkan di TPU Pondok Rangon, Jakarta.[4][5]