Untuk kegunaan lain, lihat
SAS.
Grup musik SAS didirikan pada agustus 1975 dan beranggotakan: Soenata Tanjung (gitar), Syech Abidin (drum), Arthur Kaunang (bass, & vocal, ayah dari artis Tessa Kaunang). Nama grup ini adalah singkatan huruf depan nama masing-masing anggotanya.
Terbentuknya SAS Band
Grup SAS berawal dari grup AKA (singkatan "Apotek Kaliasin"), yang melejitkan nama Ucok Harahap. Pada 7 Agustus 1975, Ucok meresmikan grup barunya di Jakarta dengan nama Ucok and His Gangs (Uhisga), yang bergerak dalam pertunjukan musik, model, dan tari. Ucok semakin sibuk dan mulai berubah menjadi lebih glamour, tidak lagi seperti ketika masih menjadi vokalis AKA.[1] Ia pun sibuk dengan proyek duonya dengan membentuk Duo Kribo bersama Ahmad Albar vokalis God Bless.
Soenata, Arthur, dan Syech Abidin akhirnya memutuskan untuk memberhentikan Ucok dan mengganti nama AKA menjadi SAS pada akhir Desember 1975. Hanya dua pekan sejak pembentukan SAS, mereka mendapat acungan jempol dari 15 ribu penonton di Taman Ria Monas. Satu bulan berikutnya SAS tampil dalam acara bertajuk Duel Hard Rock '76 di Istora Senayan dengan grup rock papan atas Indonesia Giant Step, asal Bandung . Sejak itu, nama SAS yang lebih mengutamakan kekompakan ketiga personelnya, mulai mencuat.[1]
Karier Musik SAS band
Perpaduan Artur Kaunang sebagai basis (meski tangannya kidal), Syech Abidin (drum), dan Soenata Tanjung (gitar), betul-betul mengagetkan komunitas rock di Indonesia. SAS merekam album pertamanya Baby Rock tahun 1976. Album ini menembus sampai Australia. Arthur memberi pengaruh yang kental pada SAS sehingga grup tersebut lebih condong ke jenis musik cadas atau underground macam Led Zeppelin hingga Grand Funk.[2] SAS inilah yang kemudian melambungkan nama Sonata Tanjung, Artur Kaunang, dan Syeck Abidin sebagai senior rock.
Salah satu kelebihan SAS adalah menguasai blocking panggung dengan beranggotakan tiga personel. selain itu, Personel SAS juga mahir dalam memainkan instrumen serta olah vokal. Album pertama SAS, "Baby Rock[3]", yang diluncurkan pada 1975, sangat sukses di pasaran dan masuk anak tangga radio Australia. Lagu Baby Rock ini masuk anak tangga radio Australia mengikuti jejak lagu mereka terdahulu semasa di AKA, Crazy Joe. Kelebihan SAS saat itu dibandingkan band-band rock lainnya, berani menampilkan lirik berbahasa Inggris.[4] Kematangan SAS dalam bermusik membuat album yang berjudul "Metal Baja/ Suminah" sebagai Masterpiece musik Rock Indonesia.[1]
Beberapa lagunya seperti Nirwana, Sansekerta, (1983) hingga Badai Bulan Desember, betul-betul menjadi “lagu wajib” musisi rok tahun 70-an. Padahal tahun itu, kompetitor SAS cukup banyak juga. Selain Ucok AKA dengan Duo Kribonya, ada The Rollies, God Bless, sampai model pop Koes Plus, D’Lloyd atau Panbers. Tapi toh SAS punya penggemar sendiri yang cukup fanatik.[2]
SAS kemudian merekam beberapa album seperti Baby Rock (1976), Bad Shock (1976), Blue Sexy Lady (1977), Expectation (1977), Love Mover (1977), Pop & Rock Indonesia 1 (1978), Pop & Rock Indonesia 2 (1979), SAS 80 (1980), SAS 81 (1981), Sansekerta (1983), Kasmara (1983), Episode Jingga (1985), Sirkuit (1988), The Best of SAS (1990 Arrangement) (1990), Metal Baja (1991), 20 Golden Hits (1993).
Kematangan mereka dalam bermusik baik di panggung maupun dipanggung semasa di AKA dulu, membuat album terakhir SAS yang berjudul Metal Baja/Suminah dijadikan sebagai 'masterpiece' musik rock Indonesia.[4]
Terhentinya SAS Band
SAS mulai mengurangi aksi panggungnya memasuki dekade tahun 90an. Faktor usia membuat ketiga personil ini memilih kesibukan yang lain.
Sejak 1994, aktivitas musik SAS praktis berhenti. Salah satu penyebabnya adalah karena sang gitaris Soenata Tanjung memutuskan menjadi seorang pendeta di sebuah Gereja di Surabaya. Tapi seperti yang dikatakan Soenata Tanjung ketika menjadi Hamba Tuhan, kalau SAS ingin lanjut, mereka harus cari personil baru untuk menggantikannya. Pilihan inilah yang tampaknya berat, karena SAS memang tumbuh dan besar dengan tiga personil tersebut. Menurut pengakuan Arthur, SAS (juga AKA) secara resmi belum bubar. "Apalagi penggemar kami masih banyak," kata Arthur.[5]
Aktivitas Pasca SAS Band
Hingga saat ini hanya Artur Kaunang saja yang masih eksis di dunia rock. Sementara rekannya, Soenata Tanjung dan Syech Abidin, memilih jalan lain meski masih juga bermusik. Soenata Tanjung telah memutuskan hengkang dari gebyar musik rock dan memilih hidup sebagai penginjil, sementara Syech Abidin –tinggal di Jakarta– memilih behenti main musik, meski sesekali masih main juga.
Arthur Kaunang masih sempat berkolaborasi dengan beberapa musisi seangkatannya mengisi pentas acara musik rock di beberapa pertunjukkan di Jakarta, selain sempat menjadi seorang produser merangkap penata musik untuk penyanyi jazz & blues Endi Xirang pada tahun 2003. Namun, beberapa tahun terakhir ia lebih mendalami musik-musik rohani sebagai pengabdiannya bermusik. Artur sempat merencanakan untuk merekam lagu-lagu lama SAS dalam bentuk master. Beberapa studio yang punya master SAS adalah Golden Hand dan Nirwana Record.
Selain itu, meski tak terekspos media, Artur masih sering menjadi bintang tamu atau EO acara-acara musik. Pernah dia menampilan Ucok AKA dan Achmad Albar serta Andy /rif dalam satu panggung. Artur juga membantuk band untuk keperluan panggung yang diberi nama '''Artur Kaunang Band'''. Personilnya antara lain – Herdi (gitar), Rudy Zabrix (gitar), Budi Blank (bas) dan Fery Zabrix (drum). Mereka sempat unjuk gigi di pentas musik Pekan Raya Jakarta (PRJ) beberapa tahun yang lalu.
Artur juga sering membantu menangani musik beberapa penyanyi baru. Seperti misalnya menjadi produser untuk Endi Xirang. Atau seperti pernah mengorbitkan seorang penyanyi yang juga berasal dari Surabaya Ita Purnamasari lewat lagu Penari Ular awal tahun 1990-an.
SAS Band memang sudah ‘mati suri’ tapi semangat dan pengaruh yang ditularkannya kepada musisi yunior, tentu tak padam begitu saja. Kalau kemudian personilnya punya pilihan-pilihan hidup sendiri, itu bagian dari proses panjang hidup mereka. Nama SAS sampai sekarang masih tercatat sebagai salah satu kelompok musik rock yang mempengaruhi rock di Indonesia. Sampai detik ini, belum ada pernyataan bubar dari kelompoknya.
Wafatnya Syekh Abidin
SAS harus mengubur kembali harapannya untuk bisa tampil suatu hari nanti. Kabar duka datang dari dunia musik Tanah Air ketika Drummer AKA & SAS Group Band, Syech Abidin, meninggal dunia hari Sabtu 9 November 2013), pukul 18.30 WIB.[6] kabar duka ini disebarkan melalui boradcast message dan juga sosial media.[7]
Pelanjut SAS Band
Pada tahun 2009 muncul sebuah grup Band yang bernama GIFT Band yang beranggotakan - Fahrul (vokal, gitar), Fariz (drum), dan Fahim (bass). Mereka merupakan saudara kandung dan juga anak dari Sych Abidin personil grup rock legendaris AKA dan SAS. Mereka meluncurkan album pertama Gift yang berisi 9 lagu pada tahun 2010. Sebelumnya mereka sudah membuat single pertama yang berjudul Dipelukmu. Lalu berlanjut dengagn dilakukan pembuatan video klip untuk single kedua yang berjudul Cemburu.
Kekuatan ikatan persaudaraan di antara mereka membuat mereka lebih mudah dalam mengkombinasikan nada-nada. Memang di antara personil-personil SAS maupun AKA yang lain seperti Arthur Kaunang dan Soenata Tanjung tidak ada anaknya yang bermain musik, jadi satu-satunya harapan di pada mereka. Sebelum wafat Alm. Ucok AKA juga bahkan sempat mengatakan bahwa mereka adalah generasi penerusnya AKA. Grup ini memainkan semua jenis musik. Mereka ingin menerapkan semangat ayah mereka di zaman sekarang.[8]
Diskografi
Studio Album
- Vol. I Baby Rock (Indra Record, 1975)
- Vol. II Bad Shock (Indra Record, 1976)
- SAS Vol. III (Indra Record, 1977)
- Blue Sexy Lady (1977)
- Love Mover (1977)
- Lapar (1977)
- Exception (1977)
- Sentuhan Cinta (1978)
- SAS 80 (1980)
- SAS 81 (1981)
- Kasmaran (1983)
- Sanskerta (1983)
- Episode Jingga (1986)
- Sirkuit (1988)
- Metal Baja (1991)
Album Kompilasi
- The Best of SAS (1990)
- SAS 20 Golden Hits (1993)
Lihat pula
Referensi
Pranala luar