Miss Earth adalah kontes kecantikaninternasional yang diselenggarakan oleh Carousel Productions Inc., sebuah organisasi berbasis di Filipina, sejak 2001 dan berfokus sebagai ajang yang mempromosikan perlindungan, pelestarian, serta kesadaran lingkungan.[1][2]
Selain kepada pemenang, kontes ini juga memberikan gelar elemental kepada juara kedua hingga keempat masing-masing Miss Earth – Air, Miss Earth – Water, dan Miss Earth – Fire.[3]
Selama Pandemi Covid-19, kontes ini dua tahun berturut-turut digelar secara daring, salah satu kontes pertama yang melakukannya.[4][5] Sejak 2022 kontes diadakan secara hibrid, sebagian kegiatan pra-kontes diadakan secara daring sebelum kontestan berangkat ke lokasi kompetisi.[6][7]
Hingga 2024, kontes ini telah diselenggarakan sebanyak 23 kali. Pemenang edisi terkininya adalah Drita Ziri dari Albania.[8][9]
Sejarah
Carousel Productions (CP) adalah perusahaan milik pasangan suami istri Ramon Monzon dan Lorraine A. Schuck. Sejak 1992 CP merupakan pemegang lisensi sekaligus produser kontes international Miss Asia Pacific Quest (MAPQ). Bagaimanapun, setelah 9 tahun, lisensi tersebut dicabut. Pada November 2000 CP resmi mengumumkan kontes baru buatannya sendiri dengan nama 'Miss Earth'.[10]
Ramon menyatakan Miss Earth berbeda dengan kontes kecantikan lainnya karena tidak hanya mengedepankan kecantikan, namun juga kemampuan intelektual dan kontribusi lingkungan — atau dalam bahasa Ramon, beauties for a cause.[1]
Menurut Lorraine, nama 'Miss Earth' didapat secara tidak sengaja. Pada Mei 2000, CP menerima surat kaleng yang isinya mengusulkan agar nama 'MAPQ' diganti jadi 'Miss Earth'. Secara kebetulan, kontrak CP dan MAPQ berakhir di tahun yang sama. Jadilah CP merealisasikan usul tersebut lewat kontes baru ini.[11]
Edisi pertama Miss Earth digelar pada 28 Oktober 2001 di Quezon City, Filipina. Catharina Svensson dari Denmark dinobatkan sebagai pemenang sulung kontes ini. Pada edisi perdana ini, 42 negara berkompetisi — asalnya ada 60 negara, namun belasan menarik diri karena alasan keamanan setelah Serangan 11 September 2001 dan invasi Amerika Serakat terhadap Afganistan yang menimbulkan kekhawatiran Amerika Serikat juga akan menyerang ,markas Abu Sayyaf di Filipina.[12]
Sejak edisi kedua pada 2002, Miss Earth sudah menjadi salah satu kontes kecantikan dengan jumlah peserta paling banyak. Dan sejak 2006, minim ada 80 negara yang bertanding setiap tahunnya.
Meski tergolong ajang baru, namun sejumlah negara memulai debutnya dalam kontes kecantikan international di ajang ini.
Afganistan
Debut Afganistan pada 2003 diwakili oleh Vida Samadzai, seorang mahasiswa asal Afghanistan di Amerika Serikat. Vida yang tampil dalam pakaian renang memicu polemik di negara tersebut karena dianggap merendahkan budaya Afgan, Islam, dan melanggar hukum syariah.[28][29][30] Vida sendiri menyebut, meski tidak nyaman, ia tidak memiliki pilihan lain karena ini bagian dari kompetisi.[31]
Bhutan
Pada 2008, kontes Miss Bhutan diselenggarakan untuk pertama kalinya. Pemenangnya, Tsokye Tsomo Karchung, kemudian mewakili Bhutan di Miss Earth 2008.[32]
Pakistan
Meski kontes kecantikan dilarang di Pakistan, sebuah kontes bernama Miss Pakistan World digelar di Toronto, Kanada untuk mewadahi diaspora negara tersebut. Pada 2005, Naomi Zaman, salah satu runner-up dalam kontes tersebut, bertanding mewakili Pakistan.[33]
Palestina
Debut Palestina dalam ajang ini diwakili oleh Natalie Rantissi pada 2016.[34] Menjadi perempuan Palestina pertama yang berkompetisi, partisipasi Natalie mendapat dukungan langsung Presiden Mahmoud Abbas.[35]
Rwanda
Cynthia Akazuba jadi perempuan Rwanda pertama yang berkompetisi dalam kontes kecantikan international ketika ia bertanding di Miss Earth 2008.[36]
Sudan Selatan
Meski baru resmi merdeka pada 2011, Sudan Selatan sudah berkompetisi di ajang ini sejak 2009, diwakili oleh Aheu Deng Kudum.[37]
Tibet
Debut Tibet dalam ajang ini pada 2006 diwakili oleh Tsering Chungtak, seorang perempuan Tibet yang bermukim dan memenang kontes Miss Tibet di India.[38] Pada 2007, Tenzin Dolma diminta pihak penyelenggara untuk mengenakan selempang China Tibet namun menolak.[39]
Kontroversi
Tuduhan pelecehan seksual
Pada 2018, Miss Earth Canada Jaime VandenBerg memilih mundur setelah 2 minggu berkompetisi karena menjadi korban pelecehan seksual dan invasi privasi yang dilakukan oleh salah satu sponsor.[40] Pernyataan ini belakangan juga dibenarkan oleh wakil Inggris, Abbey-Anne Gyles-Brown, dan Guam, Emma Mae Sheedy.[41] Wakil Guam bahkan secara terbuka menyebut nama Amado S. Cruz sebagai pelaku.[42]
Lorraine A. Schuck dalam pernyataannya menyebutkan wakil Kanada tidak pernah melaporkan kejadian tersebut kepada pihak penyelenggara. Ia juga memastikan telah melarang keterlibatan Amado S. Cruz setelah peristiwa ini.[43] Sementara pihak Amado S. Cruz menyebut tuduhan tersebut tidak benar dan berdalih ia sudah terlalu tua dan loyo untuk melakukan pelecehan.[44]
Setelah kejadian ini, senator Risa Hontiveros mengajukan resolusi kepada Senat Filipina agar dilakukan penyelidikan. Risa juga menegaskan tidak seharusnya ada toleransi terhadap pelaku pelecehan seksual, serta mempertanyakan kesungguhan pihak penyelenggara kontes karena masih membiarkan Amado S. Cruz menghadiri malam final.[45][46] Komisi Perempuan Filipina, PCW, juga mengecam kejadian ini.[47]
Wakil Indonesia
Indonesia mulai berkompetisi di Miss Earth pada 2005. Saat itu, wakil Indonesia dipilih melalui audisi tertutup yang diselenggarakan oleh pemegang lisensi, seorang warga Indonesia di Singapura bernama Albert dan rekannya Arj dari Filipina. Bermula 2007, kuasa untuk memilih wakil Indonesia beralih ke Yayasan Putri Bumi Indonesia yang menyenggarakan kontes bernama Miss Indonesia Earth, atau Putri Bumi Indonesia.[48] Pada 2013, lisensi kembali berpindah. Kali ini ke tangan El John Pageants yang kemudian mengubah nama kontes jadi Miss Earth Indonesia.[49]
Terakhir, sejak 2022, lisensi dipegang oleh PT Mahakarya Duta Pesona Indonesia. Perusahaan ini sejak 2023 memilih untuk merintis kontes sendiri bernama Putri Nusantara.[50]