Miran (Xinjiang)
Miran adalah sebuah kota oasis kuno yang terletak di tepi selatan dari Gurun Taklamakan di Xinjiang, China. Kota ini terletak di rute perdagangan Jalur Sutra di antara padang pasir Lop Nur dan Pegunungan Altun Shan. Sebuah sungai mengalir dari pegunungan melewati Miran dan menyuplai sebuah sistem irigasi dua ribu tahun yang lalu. Miran kini memiliki akses jalan dan transportasi yang minim.[1] Penggalian arkeologi sejak awal abad ke-20 menemukan sejumlah bangunan keagamaan Buddha yang berasal dari abad ke-2 hingga 5 M. Dari penggalian tersebut juga ditemukan Benteng Miran yang merupakan sebuah pemukiman Tibet pada abad ke-8 dan ke-9. NamaLionel Giles (pembuat sistem transliterasi Wade-Giles) mencatat beberapa nama Miran.
Selama masa pendudukan Tibet (abad ke-8 hingga abad ke-9), wilayah Miran disebut sebagai Nop Chungu (nob chu ngu).[3] SejarahMiran dahulu merupakan sebuah kota perdagangan di Jalur Sutra Cekungan Tarim bagian selatan dengan pedagang dan kafilah yang melewati gurun yang disebut oleh China sebagai "Laut Kematian". Miran juga menjadi kota agama Buddha dengan beberapa stupa dan viharanya.[1][4][5] Peziarah Buddha berjalan mengitari stupa yang tiang tengahnya berisi pusaka Buddha.[6] Miran adalah salah satu kota di Kroraina (Loulan) yang berada di kendail Dinasti Han China pada abad ke-3.[1][4] Setelah abad ke-4, aktivitas perdagangan di Miran menurun. Pada pertengahan abad ke-8, Miran menjadi sebuah kota benteng karena lokasinya yang berada di salah satu rute celah masuk menuju Tibet. Tibet tetap menghuni Miran dan menggunakan sistem irigasinya using hingga kekuasaan Kekaisaran Tibet di Asia Tengah meredup pada pertengahan abad ke-9.[1] ArkeologiReruntuhan kuno di Miran terdiri atas sebuah benteng persegi panjang, sebuah vihara, beberapa stupa, dan sejumlah besar bangunan batu bata yang berada relatif dekat dengan jalur kafilah menuju Dunhuang. Banyaknya artefak yang ditemukan di Miran menunjukkan hubungan perdagangan yang besar antara kota tersebut dengan tempat sejauh Laut Tengah. Bukti arkeologi dari Miran juga menunjukkan pengaruh agama Buddha di lukisan dan patung sejak awal abad pertama SM.[7] Pahatan dan lukisan atau mural yang ditemukan di Miran memiliki kemiripan dengan tradisi seni yang ditemukan di Asia Tengah dan India Utara.[8] Beberapa lukisan juga menandakan hubungan Miran dengan Romawi.[9] Gaya Romawi tersebut dinilai merupakan karya dari pelukis Buddha bernama Tita (Titus), yaitu seorang seniman Romawi yang kemungkinan berkelana di Jalur Sutra sebagai pelukis.[10] Artefak seperti panah dan anak panah juga ditemukan di Miran.[11] Orang pertama yang menyebut situs kuno ini adalah Nikolay Przhevalsky pada tahun 1876. Przhevalsky mengunjungi Miran dua kali dan menulis tentang sebuah reruntuhan kota yang besar di dekat Danau Lopnor yang berdasarkan posisi di petanya mengarah ke Miran.[12] Aurel Stein pada tahun 1906-1907, di dalam ekspedisnya di Asia Tengah, mengunjungi Miran dan melakukan ekskavasi terhadap benteng serta lokasi di sekitarnya dan menemukan 44 ruangan. Ia juga mengekskavasi beberpa lokasi lain di area Miran terutama di sisi utara dan barat benteng (lokasi M.II - M.X) yang sebagian merupakan kuil berisi fresko dan stuko Buddha.[13] Stein kemudian kembali ke Miran pada ekspedisi ketiganya tahun 1914 dan melakukan penggalian di beberapa stupa dan menara. Ia menemukan beberapa gambar stuko dan pahatan kayu.[14] Pemeriksaan yang paling besar yang dilakukan di Miran ada pada tahun 1978-1980 yang dilaksanakan oleh Huang Xiaojing dan Zhang Ping dari Museum Xinjiang. Laporan yang mereka rilis tahun 1985 bercerita tentang benteng di Miran, 8 stupa, 3 kuil, 2 menara suar, satu area oven, satu area peleburan logam, serta beberapa tempat tinggal dan makam. Lihat pulaReferensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Miran. |