Menendo González (Bahasa Portugis dan Bahasa Galisia: Mendo Gonçalves;[a] meninggal 6 Oktober 1008)[2] adalah Adipati Galisia[b] dan Comte Portugal (997–1008) dan tokoh penting di Kerajaan León pada sekitar milenium kedua. Ia adalah armiger regis, atau Alférez kerajaan, pembawa senjata raja dan komandan pasukan kerajaan, di bawah Bermudo II dari León, dan ia terus memegang posisi itu sampai kematiannya. Ia menjadi seorang guru (1003) dan akhirnya ayah mertua ahli waris Bermudo, Raja Alfonso V. Ia mempertahankan hubungan diplomatik damai dengan Kekhalifahan Kordoba sampai tahun 1004, setelah masa peperangan.
Pemangku takhta untuk Alfonso V
Sebelum tahun 999 Raja Bermudo II menempatkan ahli warisnya, Alfonso V, di bawah pengajaran Alférez Menendo.[3][2] Alfonso hanya berusia lima tahun pada saat ayahandanya meninggal (September 999) dan ia menghabiskan masa awal pemerintahannya di tangan Menendo dan istrinya. Tindakan paling awal Alfonso sebagai raja pada tanggal 13 Oktober 999, dan terdaftar sebagai bukti Comte pertama Menendo González ("Menendus Gundisaluiz, comes") dan kemudian "Adipati" (comte) Sancho García dari Kastilia ("Santius, dux, Garsea prolis").[4] Menendo juga muncul di dalam dokumen kontemporer dengan gelar keadipatian, sebagai dux domnus Menendus proles Gundisalvi.[5][6]
Alfonso muda selalu muncul di dalam piagam awal di samping ibundanya, Elvira García, saudari seorang compte Kastilia dan diduga menjadi pemangku takhta di bawah pengaruhnya. Setelah tahun 1003 Elvira tidak lagi muncul di dalam piagam kerajaan; diduga ia disingkirkan di dalam sebuah kudeta istana oleh Menendo. Di dalam penulisan suatu peristiwa kerajaan Menendo bertindak sejauh menyebutkan dirinya "orang yang berada di bawah kekuasaan raja mentahbiskan hal tersebut dan membimbing segala sesuatunya" ("qui sub imperio iam dicti regis hec omnia ordinavit et docuit").[7] Pada tahun 1004 Sancho menantang kepemimpinan Menendo. Kedua comte mengajukan petisi kepada Kordobahajibal-Muzaffar untuk menengahi perselisihan.[4] Menurut Ibn Khaldun, sidang berlangsung dan wakil al-Muzaffar, Qadi komunitas Muzarab di Kordoba, Asbag bin Abd Allah bin Nabil, mendukung Menendo. Menurut beberapa sumber hal ini terjadi di Kordoba dengan dua tuduhan pihak yang bersengketa hadir,[7] namun menurut orang lain itu terjadi di León.[3]
Pada tahun 1000, sebagai pemangku takhta, Menendo menegaskan bukti Hilal yang disebut Salvatus, abbas Muzarab San Cipriano de Valdesalce, setelah pemangku Ratu Elvira dan raja muda dan sebelum lima uskup dari kerajaan.[8] Sebuah piagam yang bertanggal 23 Desember 1001 mencatat penyelesaian sengketa mengenai Biara Celanova oleh Alfonso V dan "pendahulunya, maharaja Menendo, putra Gonzalo" ("senatus sui domni Ermenagildi Gundisaluiz prolis"). Piagam lainnya bertanggal 11 Januari 1002 mencatat sumbangan San Andrés de Congostro ke biara Celanova dan dikonfirmasikan oleh "adipati Menendo, putra Gonzalo" ("Menendus dux prolis Gundisaluiz"). Sebuah piagam kerajaan tahun 1007 mengakui Menendo sebagai "comte yang agung yang memegang seluruh wilayah Galisia" (comes magnus ... omnem terram Gallecie ... obtinebat).[9]
Hubungan dengan Córdoba
Menendo awalnya tidak berkolaborasi dengan Kordoba, namun setelah kontingen yang dikirim dari Kordoba untuk memperkuat Coimbra dan perbatasan dengan Portugal, Menendo menandatangani perjanjian dengan al-Muzaffar, yang termasuk klausul menyerukan kerjasama militer pada 1003.[10] Pada tahun itu pasukan León dan Kastilia membantu Kordoba di dalam penyerangan mereka ke Catalunya.[3] Pakta ini tampaknya telah rusak ketika pada tahun 1005, pasukan Kordoba berbaris untuk merebut Zamora. Kota itu tidak diambil, namun banyak wilayah yang disita.[10] Untuk sisa masa jabatan Menendo, tidak ada perdamaian dengan Kordoba.
Di dalam perbendaharaan Katedral Braga, sekarang musium katedral, terdapat gading dari awal abad ke-11 pyxis yang berisi Cawan (Alkitab) dan Patena dari perak (lihat gambar diatas).[11] Pyxis ini adalah sebuah prasasti yang di sisi tutupnya diduga dari sekitar tahun 1004, ketika hajib Abd al-Malik menerima gelar yang ia pegang di dalam prasasti itu, Sayf al-Dawla, dan pada tahun 1007, ketika ia menerima gelar yang lebih tinggi dari al-Muzaffar.[c] Pyxis itu telah menemukan jalan ke tangan Menendo González sebelum kematiannya, karena ada tambahan tulisan di bagian bawah yang berhubungan dengan sumbangan untuk gereja darinya dan istrinya, Toda. Bertuliskan: IN N[omi]NE D[omi]NI MENENDUS GUNDISALVI ET TUDAD[o]MNA SUM.[13] Dikemukakan bahwa piala misa dan patena,[14] yang tampaknya diabuat agar sesuai dengan pyxis tersebut, yang mungkin ditugaskan oleh Menendo untuk pyxis yang diperolehnya selama kampanye melawan Kordoba. Di sisi lain, dinyatakan[3] bahwa pyxis itu mulanya adalah sebuah hadiah dari istana Kordoba kepada pemangku takhta León selama negosiasi diplomatik. Sejarahwan Serafín Moralejo menganggapnya mewakilkan Menendo oleh Asbagh qadi sebagai "sebuah hadiah dengan niat baik ... yang pahit dan juga sebuah peringatan, karena gelar Sayf al-Dawla diukir pada tutupnya untuk memperingati serangan hajib yang dimulai di León setahun lebih awal."[d] Ikonografi pyxis itu damai, dan fungsi aslinya dapat diartikan sebuah "pernikahan, atau suatu peristiwa dari tanggal keagamaan seperti festival panen musim panas atau musim gugur".[15] Ukiran burung-burung yang memakan buah-buahan dapat ditiru dengan baik yang digunakan motif Kristen Ekaristi yang bertanggal dari zaman Visigothik.[16] Jika demikian, benda itu diduga telah di rancang sebagai hadiah diplimatik untuk penguasa Kristen, mungkin Menendo.[3]
Kematian
Tindakan terakhir Menendo yang tercatat adalah membuktikan sebuah piagam biara San Pedro de Rocas pada tahun 1007. Ia disebutkan di dalam gugatan mendukung Comte Munio Fernández pada awal tahun 1008, namun karena ia tidak memastikan hasilnya kemungkinan besar ia berada di Galisia.[17] Delapan bulan kemudian, pada tanggal 6 Oktober 1008, ia meninggal mengenaskan secara misterius.[18] Sejarahwan muslim Ibn Khaldun, memperkirakan kematiannya berdasarkan penanggalan Tahun Hijri, yang jatuh pada tanggal 17 September 1007 dan 4 September 1008, namun tanggal yang diberikan oleh Chronicon Lusitanum lebih tepercaya. Dicatat bahwa "pada tahun 1046 Era Spanyol, pada hari mendahului Kalender Romawi bulan Oktober, Comte Menendo tewas terbunuh."[19]
Kalimat baik Ibn Khaldun dan Chronicon menyatakan bahwa Menendo meninggal secara sadis diduga tewas terbunuh.[7][20] Comte Munio telah dicurigai mengatur pembunuhan untuk merebut kekuasaan.[17] Ia berhasil digagalkan oleh Ibu Suri, Elvira García, yang mengumumkan Alfonso yang berusia empat belas tahun menjadi dewasa.[21] Pada sekitar tahun 1013 Alfonso menikahi Elvira Mendes, putri Gonzalo. Ia membeirnya seorang putra, Bermudo III, wyang menggantikannya ke atas takhta, dan seorang putri, Sancha, yang menikah dengan Comte Ferdinand dari Kastilia dan menyerahkan takhta León kepadanya. Elvira meninggal pada tanggal 2 Desember 1022.[22] Pada tahun 1014 Alfonso V memastikan seluruh harta Biara Guimarães, yang didirikan oleh nenek Menendo, Mumadona Díaz.
Diduga Menendo tewas terbunuh membela Portugal dari jarahan bangsa Viking.[23] Menurut saga islandik kemudian Heimskringla, bangsa viking di bawah Olaf Haraldsson menyerang Gunnvaldsborg, mungkin untuk diidentifikasi sebagai toponim deskriptif yang berarti "kota González" (di dalam bahasa Latin *Gundisalvus-burgus) dan menunjukkan Tui, yang berada di kawasan wilayah adipati Menendo dan secara bebas diketahui telah dihancurkan oleh Viking pada saat itu.[24] Ada sebuah dokumen Latin dari tahun 1024 yang menyandang rubrik Tudensis sedes post Normannorum vastationem Ecclesiae Divi Jacobi attributa: takhta Tui yang ditugaskan kepada gereja Santiago setelah dijarah oleh suku bangsa utara.
Keluarga
Menendo González diduga adalah putra sulung dan ahli waris Gonzalo Menéndez dan istrinya Ilduara Peláez. Istri Menendo diketahui di beberapa sumber sebagai Toda, Tota, Todadomna, Tutadomna, Tutadonna, dll. Salah satu sumber dari abad ke-12 menyebutnya Mayor.[e]
Menendo memiliki setidaknya enam putra dan tiga putri:[26]
^The title (dux de Galicia in medieval Latin) comes from posthumous charters. He is also sometimes referred to as Menendo González II or Mendo II Gonçalves to distinguish him from his grandfather, Hermenegildo González, since the name Mendo/Menendo/Menendus is derived from Hermenegild/Hermenegildo/Hermenegildus.
^The hajib died anyway in battle in 1008. The inscription on the lid reads:
In the name of God. Blessings from God, prosperity and happiness to the hajib Sayf al-Dawla, may God increase his glory. From among what was ordered to be made under the supervision of the chief page [Zuhayr ibn Muhammad] al-Amiri.[12]
^Quoted in Prado-Vilar, 34. A warning because, as Moralejo notes, "León was to experience a further Muslim attack in the following year".
^Although her parents are unknown she is thought to have been granddaughter of count Fruela Gutiérrez, the brother of Menendo's maternal grandmother Hermesenda and of Saint Rudesind. The principal narrative source for this period in Leonese history is the early twelfth-century chronicler Pelayo of Oviedo, whose brief account of Menendo's regency goes like this: "On the death [of Bermudo II] his son Alfonso, aged five, succeeded to the kingdom in the Era 1037 [AD 999]; and he was brought up by Count Menendo González and his wife the Countess Mayor in Galicia. They gave him their daughter Elvira in marriage, from whom he bore two children, Bermudo and Sancha."[25]
Almazán, Vicente; Cidrás Escáneo, Francisco A. (trans.) (1986). Gallaecia Scandinavica: Introducción ó estudio das relacións galaico/escandinavas durante a Idade Media. Vigo: Galaxia.
Boehm, Barbara Drake; Little, Charles T. (1993). "Chalice and Paten of San Geraldo; Pyxis of Sayf al-Dawla". Art of Medieval Spain, AD 500–1200. New York: Metropolitan Museum of Art. hlm. 148–49, cat. 73.
Hitchcock, Richard (1981). "¿Quiénes fueron los verdaderos mozárabes? Una Contribución a la historia del mozarabismo". Nueva Revista de Filología Hispánica. 30 (2).
Martínez Díez, Gonzalo (2005). El Condado de Castilla (711–1038): la historia frente a la leyenda (dalam bahasa Spanish). Valladolid. ISBN84-9718-275-8.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Martínez Díez, Gonzalo (2007). Sancho III el Mayor Rey de Pamplona, Rex Ibericus (dalam bahasa Spanyol). Madrid: Marcial Pons Historia. ISBN978-84-96467-47-7.
Mattoso, José (1981). A nobreza medieval portuguesa, a família e o poder (dalam bahasa Portugis). Lisbon: Editorial Estampa. OCLC8242615.
Rosser-Owen, Mariam (1999). "A Córdoban Ivory Pyxis Lid in the Ashmolean Museum". Muqarnas. 16.
Portela, Ermelindo (2015). "The Making of Galicia in Feudal Spain (1065–1157)". Dalam James D'Emilio. Culture and Society in Medieval Galicia: A Cultural Crossroads at the Edge of Europe. Leiden: Brill. hlm. 367–99.
Torres Sevilla-Quiñones de León, Margarita Cecilia (1999). Linajes nobiliarios de León y Castilla (siglos IX–XIII). Salamanca: Junta de Castilla y León, Consejería de educación y cultura. ISBN84-7846-781-5.
Sáez, Emilio; Sáez, Carlos, ed. (2006). Colección diplomática del Monasterio de Celanova (842–1230). III (989–1006). Alcalá de Henares: Servicio de Publicaciones, Universidad de Alcalá. ISBN84-8138-694-4.