Masjid Awwabin menggunakan gaya arsitektur vernakular sederhana yang umumnya juga terdapat pada masjid lain di Kuala Pembuang. Masjid ini memiliki atap berwarna kemerahan dan plafon kayu berwarna coklat. Di sekitar masjid ini, terdapat sabat (istilah banjar untuk menyebut daerah hutan dan semak-semak) yang masih lebat.[a] Bagian dalam masjid ini berwarna putih dengan keramik berwarna krem, memiliki 4 lembar sajadah berwarna merah tua yang digelar di keramik tersebut.[b]
Pembangunan
Masjid Darul Awwabin dibangun oleh Yayasan As-Salafy dan DKM Darul Awwabin pada pertengahan tahun 2000 dan hingga kini masih dalam tahap pembangunan. Keterbatasan dana membuat pembangunan masjid ini tidak terselesaikan.[7]
Pada mulanya, halaman masjid ini adalah sebuah lapangan kecil yang ditumbuhi rerumputan. Namun sekitar 2017, halaman ini dibangun dengan paving blok. Pada akhir 2019, sebuah pagar beton dibangun di sekitar masjid.[butuh rujukan]
Kegiatan
Seperti kebanyakan masjid pada umumnya, salat wajib dilakukan setiap 5 waktu. Begitu pula dengan Salat Jumat yang digelar setiap siang Jumat.
Masjid Awabin, adalah salah satu pusat peribadatan Islam Sunni, khususnya Salafiyah di Kuala Pembuang. Masjid ini sering kedatangan para ustadz dan da'i untuk mengajarkan agama.[8]
Di belakang masjid ini, terdapat sebuah sekolah dasar islam SDIT An-Najiyah yang dibangun pada 2015.[9]
^Dapat juga disebut sebagai Rawa-rawa karena sabat yang berada di sekitar masjid ini basah dan lembab.
^Gaya arsitektur ini adalah gaya arsitektur vernakular sederhana yang tercipta dikarenakan pembangunan yang belum rampung dan kurangnya dana keuangan. Lihat arsitektur pada bagian dalam masjid ini.[6]