The Old Man and the Sea (bahasa Indonesia: Lelaki Tua dan Laut) adalah sebuah novella (novel pendek) yang ditulis oleh jurnalisAmerika SerikatErnest Hemingway, ditulis di Kuba tahun 1951 dan diterbitkan tahun 1952. Literatur ini adalah karya fiksi besar terakhir yang ditulis dan diterbitkan dalam tenggang hidupnya. Buku ini adalah salah satu karya terkenalnya, yang bercerita tentang Santiago, karakter utama dalam buku ini yang adalah seorang nelayan lelaki tua yang bersusah-payah berjuang untuk menangkap seekor ikan marlin raksasa jauh di tengah arus Teluk Meksiko.[1] Karya ini telah diingat dalam fiksi abad 20 sebagai karya yang telah memperkuat keulungan literatur Hemingway di dunia sekaligus sebagai faktor utama dipilihnya dia untuk Penghargaan Nobel Sastra tahun 1954.[2]
Novel pendek tersebut pertama kali muncul dalam keseluruhan 26.500 katanya sebagai bagian dari majalah Life edisi 1 September 1952. 5,3 juta kopi terbitan majalah tersebut habis terjual dalam tenggang dua hari. Tulisan tersebut kebanyakan menerima kritik positif, walaupun kritik yang berbeda pendapat juga muncul. Judul novel pendek tersebut sempat salah dicetak dalam edisi awal sebagai "The Old Man and the Sea", atau "Lelaki Tua dan Laut".
Ringkasan cerita
Lelaki Tua dan Laut mengisahkan ulang tentang perjuangan kepahlawanan antara seorang lelaki nelayan tua yang berpengalaman dengan seekor ikanmarlinraksasa yang disebut sebagai tangkapan terbesar dalam hidupnya. Cerita diawali dengan cerita bahwa nelayan yang bernama Santiago tersebut telah melewati 84 hari tanpa menangkap seekor ikan pun (kemudian disebutkan dalam cerita ternyata 87 hari). Dia tampaknya selalu tidak beruntung dalam menangkap ikan sehingga murid mudanya, Manolin dilarang oleh orangtuanya untuk berlayar dengan si lelaki tua dan diperintahkan untuk pergi dengan nelayan yang lebih berhasil. Masih berbakti kepada si lelaki tua tersebut, Manolin mengunjungi gubuk Santiago setiap malam, mengangkat peralatan nelayannya, memberinya makan dan membicarakan olahragabisbol Amerika dengan si lelaki tua. Santiago berkata pada Manolin bahwa pada hari berikutnya dia akan berlayar sangat jauh ke tengah teluk untuk menangkap ikan, dan dia yakin bahwa gelombang nasibnya yang kurang beruntung akan segera berakhir.
Maka pada hari ke-85, Santiago berlayar sendirian, membawa perahu kecilnya jauh ke tengah teluk Meksiko. Dia mengatur kailnya, dan di siang selanjutnya, seekor ikan besar yang dia yakin adalah seekor ikan marlin menggigit umpannya. Santiago tidak dapat menarik ikan tersebut, malah mendapati perahu kecilnya yang justru ditarik oleh sang ikan raksasa. Dua hari dua malam lewat dalam situasi tersebut, dan selama itu si lelaki tua menahan tali jeratnya dengan tenaganya sendiri dengan susah payah. Walaupun dia sangat kesakitan dan terluka dalam perjuangannya, Santiago merasakan rasa kasih, haru dan penghargaan untuk lawannya, kerap menyebut sang ikan sebagai saudaranya. Dia juga memutuskan bahwa karena martabat besar sang ikan, tak ada seorang pun yang layak untuk memakan ikan tersebut.
Pada hari ketiga perjuangannya, sang ikan mulai mengitari perahu kecilnya, menunjukkan kelelahannya pada si lelaki tua. Santiago, sekarang telah kehabisan tenaga, mulai mengigau, dan hampir tidak waras, menggunakan seluruh sisa tenaga yang masih dimilikinya untuk menarik sang ikan ke sisi perahunya dan menikam sang marlin dengan sebuah harpun, dengan demikian mengakhiri perjuangan panjang antara si lelaki tua dan sang ikan yang sangat kuat bertahan.
Santiago mengikat bangkai sang marlin di sisi perahu kecilnya dan mulai berlayar pulang, berpikir tentang harga tinggi yang akan diberikan sang ikan di pasar ikan dan jumlah orang yang dapat menikmati hasil tangkapannya tersebut. Selama Santiago melanjutkan perjalanannya pulang ke tepi laut, ikan-ikan hiu mulai tertarik dengan jejak darah yang ditinggalkan sang marlin di air. Yang pertama adalah ikan hiu mako yang dibunuh Santiago dengan harpunnya, menyebabkan dia kehilangan senjata tersebut. Dia kemudian merakit sebuah harpun baru dengan mengikat bilah pisaunya ke ujung sebuah dayung untuk mengusir pergi hiu-hiu yang berdatangan selanjutnya. Lima hiu dibunuhnya dan banyak hiu lain yang akhirnya pergi. Di malam harinya hiu-hiu tersebut telah melahap habis seluruh bangkai sang marlin, meninggalkan hanya kerangkatulang punggung, ekor, dan kepalanya, di mana di kepalanya masih tertancap harpun nelayan si lelaki tua. Santiago sangat sedih dan menghukum dirinya sendiri karena telah mengorbankan sang marlin, dan akhirnya sampai di tepian laut sebelum subuh keesokan harinya. Dia berjuang untuk berjalan menuju gubuknya, membawa tiang kapalnya yang berat di atas pundaknya. Setelah tiba di rumah, dia merebahkan dirinya di tempat tidur dan masuk ke dalam tidur yang panjang.
Simbolisme karakter
Lelaki Tua dan Laut terbuka untuk berbagai interpretasi. Hemingway menekankan bahwa:
"No good book has ever been written that has in it symbols arrived at beforehand and stuck in. ... I tried to make a real old man, a real boy, a real sea and a real fish and real sharks. But if I made them good and true enough they would mean many things".[3]
Terjemahan: "Tidak ada buku bagus yang pernah ditulis yang menggunakan simbol-simbol yang sudah ada sebelumnya dan telah teringat di dalam pikiran. ... Saya mencoba untuk meciptakan lelaki tua yang sesungguhnya, anak laki-laki sesungguhnya, laut yang sesungguhnya, ikan yang sesungguhnya dan hiu yang sesungguhnya. Tetapi jika saya telah membuatnya dengan cukup bagus dan sesungguh-sungguhnya, mereka dapat berarti apa saja".
Penghargaan dan nominasi
Lelaki Tua dan Laut memberikan banyak pujian dan penghargaan untuk Hemingway, termasuk penghargaan Pulitzer tahun 1953 untuk kategori fiksi. Dia juga mendapatkan Award of Merit Medal untuk tulisan tersebut dari American Academy of Letters dalam tahun yang sama. Penghargaan yang paling berprestasi adalah penghargaan Nobel Sastra pada tahun 1954. Penghargaan Nobel mencatat bahwa penghargaan tersebut adalah "untuk kepiawaiannya dalam seni narasi, yang belum lama ini ditunjukkannya dalam Lelaki Tua dan Laut, dan untuk pengaruh penting yang diberikannya untuk gaya penulisan saat itu."[2]
^ ab"The Nobel Prize in Literature 1954". The Nobel Foundation. Diakses tanggal January 31.Parameter |accessyear= yang tidak diketahui mengabaikan (|access-date= yang disarankan) (bantuan); Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)
Jobes, Katharine T., ed (1968). Twentieth Century Interpretations of The Old Man and the Sea. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall. ISBN0-13-633917-4.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link) Pemeliharaan CS1: Teks tambahan: authors list (link)