Ayahnya bernama Paulus Rampan, yang bekerja sebagai tentara, dan ibunya bernama Martha Renihay-Edau Rampan, beretnis Dayak Benuaq. Semasa muda, Korrie tinggal di Yogyakarta.
Korrie menikah pada 10 Juli 1973 dengan Hernawati K.L. Dari pernikahannya itu, Ia memiliki enam orang anak, yaitu:
Korrie kecil adalah anak yang cemerlang. Ia menamatkan sekolah dasar hanya dalam waktu 4 tahun. Atas prestasinya, Ia mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur untuk melanjutkan Pendidikan dari SMP hingga perguruan tinggi.
Minatnya terhadap dunia sastra saat ia duduk di bangku kelas IV SD. Karya yang menarik minatnya kepada dunia sastra adalah Tenggelamnya Kapal van der Wijk karya Hamka. Ketika memasuki Sekolah Menengah Pertama, Ia senang membaja majalah Sastra, Horison, Cerpen, Budaya Jaya dan Indonesia. Saat SMA, Ia akhit menulis puisi di majalah dinding di sekolahnya. Ia juga pernah mengisi siaran khusus sastra yang bernama Pancaran Sastra di RRI Studio Samarinda.[1]
Pengalaman bekerja Korrie dimulai pada 1978 di Jakarta sebagai wartawan dan editor buku untuk sejumlah penerbit. Kemudian, ia menjadi penyiar di RRI dan TVRI Studio Pusat, Jakarta, mengajar, dan menjabat Direktur Keuangan merangkap Redaktur Pelaksana Majalah Sarinah, Jakarta. Selain itu ia juga pernah menjadi editor Penerbit Cypress (1978-1980) dan editor Penerbit Sinar Harapan (1980-1982).[2] Sejak Maret2001 Korrie menjadi Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Koran Sendawar Pos yang terbit di Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.
Korrie juga sempat aktif di bidang politik. Dalam Pemilu 2004 ia sempat duduk sebagai anggota PanwasluKabupaten Kutai Barat, tetapi kemudian mengundurkan diri karena mengikuti pencalonan anggota DPRD. Oleh konstituen, ia dipercayakan mewakili Kabupaten Kutai Barat periode 2004-2009. Sebagai anggota DPRD, Korrie menjabat sebagai Ketua Komisi I. Meskipun telah menjadi angota DPRD, Korrie tetap aktif menulis karena tugasnya sebagai jurnalis dan duta budaya.
Dalam bidang penulisan, ia menulis cerpen, puisi, novel, dan cerita anak. Selain itu, ia juga menerjemahkan sekitar seratus judul buku cerita anak dan puluhan judul cerita pendek dari para cerpenis dunia, seperti Leo Tolstoy, Knut Hamsun, Anton Chekov, O'Henry, dan Luigi Pirandello.
Novelnya, Upacara dan Api Awan Asap, meraih hadiah Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta, 1976 dan 1998. Beberapa cerpen, esai, resensi buku, cerita film, dan karya jurnalistiknya mendapat hadiah dari berbagai sayembara. Beberapa cerita anak yang ditulisnya ada yang mendapat hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu Cuaca di Atas Gunung dan Lembah (1985) dan Manusia Langit (1997).[4] Selain itu, sejumlah bukunya dijadikan bacaan utama dan referensi di tingkat SD, SLTP, SMU, dan perguruan tinggi, di antaranya Aliran-Jenis Cerita Pendek.[5]
^ abDewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 9799012120 hlm. 431
^Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 9799012120 hlm. 432-433
^(Indonesia) Rampan, Korrie Layun (1997). Manusia langit: kumpulan cerita rakyat Kalimantan Timur. Balai Pustaka,. ISBN9796661381.ISBN 978-979-666-138-1