Atas: Pasukan Filipina dan AS pada saat Pertempuran Balikatan Bawah: Seorang anggota Front Pembebasan Islam Moro sedang berlatih menggunakan senapan mesin ringan.
Peta Filipina menampilkan kawasan mayoritas Muslim Moro di Mindanao.
Tanggal
29 Maret 1969 (1969-03-29)–sekarang (55 tahun, 8 bulan dan 3 hari)
Konflik Moro[34] adalah sebuah pemberontakan yang sedang berlangsung di pulau Mindanao, Filipina.
Pada 1969, ketegangan politik dan pertempuran terbuka berkembang di antara Pemerintah Filipina dan kelompok-kelompok pemberontak MuslimMoro.[35] Pemberontakan Moro berujung pada pembantaian Jabidah, yang menewaskan 60 komandan Muslim Filipina atas operasi terencana untuk mengklaim kembali bagian timur negara bagian Malaysia Sabah. Sebagai tanggapannya, profesor Universitas Filipina Nur Misuari mendirikan Front Pembebasan Nasional Moro (FPNM), sebuah kelompok pemberontak bersenjata yang berniat mendirikan Mindanao yang independen. Pada tahun-tahun berikutnya, FPNM terbagi dalam beberapa kelompok yang berbeda yang meliputi Front Pembebasan Islam Moro, yang ingin mendirikan sebuah negara Islam di Filipina. Pemberontakan Moro berakar dalam sejarah panjang pemberontakan orang Bangsamoro melawan penguasa asing, bermula pada aneksasi Amerika atas Filipina pada 1899. Sejak itu, pemberontakan Moro beralih melawan pemerintah Filipina.
Jumlah korban konflik tersebut beragam; namun, perkiraan konservatif dari Program Data Konflik Uppsala mengindikasikan bahwa sekitar 6,015 orang tewas dalam konflik bersenjata antara Pemerintah Filipina dan faksi ASG, BIFM, MILF, dan MNLF antara 1989 dan 2012.[36]
^"Philippines rebel leader arrested". BBC News. 25 November 2001. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 September 2015. Diakses tanggal 26 September 2015. Malaysia's Inspector-General of Police Norian Mai said Mr Misuari and six of his followers were arrested at 3.30 am on Saturday (1930 GMT Friday) on Jampiras island off Sabah state. Manila had ordered his arrest on charges of instigating a rebellion after the government suspended his governorship of an autonomous Muslim region in Mindanao, the ARMM. Although the Philippines has no extradition treaty with Malaysia, the authorities have already made clear that they intend to hand Mr Misuari over to the authorities in Manila as soon as possible. Malaysian Prime Minister Mahathir Mohamad had said before the arrest that, although his country had provided support to the rebel group in the past in its bid for autonomy, Mr Misuari had not used his powers correctly. "Therefore, we no longer feel responsible to provide him with any assistance," he said.
^Peter Bergen, CNN National Security Analyst (8 Maret 2015). "ISIS goes global". CNN. Diakses tanggal 29 Juni 2015.
^ abKesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Abu Sayyaf leader swears oath of loyalty to ISIL
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama ISIL gains supporters
^Shanti Nair (11 January 2013). Islam in Malaysian Foreign Policy. Routledge. hlm. 67–. ISBN978-1-134-96099-6. Mustapha was directly implicated in the provision of training facilities for separatist Moro guerrillas as well harbouring Moro Muslim refugees in Sabah due to his ethnic connection.