Kolam Salomo (Ibrani: בריכות שלמה, Breichot Shlomo; Arab: برك سليمان, Burak Suleīmān; bahasa Inggris: Solomon's Pools), adalah sekelompok kolam kuno yang terletak di sebelah selatan kota Al-Khader dan sekitar 5 kilometer sebelah barat daya kota Betlehem, Tepi Barat, Palestina.[1] Kolam-kolam tersebut telah memainkan peran penting dalam penyediaan air di daerah itu selama berabad-abad.
Deskripsi
Kolam-kolam tersebut berbentuk tiga waduk terbuka yang berderet, masing-masing terpisah beberapa puluh meter, setiap kolam berposisi lebih rendah sekitar 6 meter (20 ft) daripada kolam yang lain, dan sumber airnya adalah dari sejumlah mata air bawah tanah. Setiap kolam berbentuk persegi panjang atau trapesium, sebagian digali di dalam batu karang, sebagian dibangun, memiliki panjang antara 118-179 meter (387-587 kaki), lebar 65 meter, dan kedalaman 8-16 meter (26–52 kaki), dengan kapasitas air keseluruhan yang dapat ditampung ialah sekitar 200 juta liter (sekitar 290.000 m³ atau 75 juta galon AS).[2]
Kolam-kolam itu merupakan bagian dari suatu sistem penyaluran air kuno yang rumit, dengan pembangunan utama antara tahun 100 SM dan 30 M. Pada puncaknya, kolam-kolam itu menyediakan air bagi kota Yerusalem dan Bait Suci Kedua, juga bagi benteng di padang gurun serta kota Herodium. Pada waktu itu kolam-kolam tersebut diairi melalui dua akuadukRomawi, dari sejumlah mata air di daerah sekitarnya termasuk satu yang tepat di dasar kolam bawah, serta air hujan yang mengalir dari bukit-bukit di sekitarnya. Kolam-kolam itu menjadi fasilitas penyimpanan dan distribusi, dengan dua akuaduk pengisi membawa air dari bukit-bukit di selatan. Air yang dikumpulkan kemudian disalurkan ke dua akuaduk yang menuju ke utara ke Yerusalem, ditambah satu yang mengarah ke timur ke Herodium. Jejak-jejak semua lima akuaduk ini sudah ditemukan.[2]
Di bawah Kolam Tengah ada bekas stasiun pompa Britania yang membawa air melalui pipa ke Kota Tua Yerusalem. Stasiun pompa lain yang lebih baru di bawah Kolam Bawah, masih menyediakan air bagi kota Betlehem.[2]
Dekat Kolam Atas berdiri sebuah benteng Turki, yang dikenal sebagai Qal'at el-Burak ("kastil kolam-kolam"), atau sebagai Qal'at Murad ("kastil [Sultan] Murad"). Bangunan berbentuk persegi panjang dengan empat menara sudut dibangun sultan Utsmaniyah, Osman II, pada tahun 1618.[3] Digunakan sebagai barak bagi tentara Turki yang menjaga Kolam Salomo dan karavan-karavan komersial yang melalui jalan antara Yerusalem dan Hebron, serta pos persiapan bagi rute haji lokal ke Mekkah. Selama jangka waktu panjang, juga digunakan sebagai suatu caravanserai atau khan. Setelah dibiarkan lapuk sejak pertengahan abad ke-19, reruntuhan benteng ini sekarang dibangun kembali dan dikembangkan sebagai bagian dari suatu kompleks wisatawan baru.[3][4][5]
Nama
Penduduk sekitar menghubungkan kolam-kolam itu dengan Raja Salomo dalam Alkitab, berdasarkan suatu legenda bahwa Salomo memanfaatkan air dan kebun-kebun, sebagaimana perkataan Salomo yang tertulis dalam Kitab Pengkhotbah2:6: "Aku menggali bagiku kolam-kolam untuk mengairi dari situ tanaman pohon-pohon muda."[6] Sejarawan Yahudi-Romawi, Flavius Yosefus (37-100 M), menambahkan catatan bahwa Salomo sering menikmati keindahan "Etham" yang kaya air, dan salah satu mata air utama di sini bernama Ein Eitam (Ibrani: עין עיטם)[7]
[8] dan ada legenda yang menyebutkan bahwa raja Salomo yang bijaksana itu membangun kolam-kolam untuk istri-istrinya (yang dikabarkan berjumlah seribu orang), sehingga mereka dapat mandi di sana. Penjelahan Prancis Victor Guérin yang mengunjungi situs ini pada akhir abad ke-19, menggambarkan secara detail sumber-sumber kolam dan desa-desa di sekitarnya dalam karya terbitannya, berjudul Description de la Palestine ("Deskripsi Palestina").[9]
Sejarah
Kebutuhan air yang terus meningkat di Bait Suci Yerusalem dan para peziarah yang datang terutama pada zaman Bait Suci Kedua, membutuhkan upaya suatu sistem yang dapat membawa air ke puncak Bukit Bait Suci hanya dengan gravitasi. Bukit-bukit selatan Yerusalem lebih tinggi dari kota Yerusalem dan Bukit Bait Suci di dalamnya, dan mengandung sejumlah mata air perennial, memberikan suplai bagus bagi para insinyur kuno. Sistem penyaluran air perlahan dibangun, terdiri dari dua akuaduk yang mengairi kolam-kolam Salomo, yang berfungsi sebagai fasilitas pengumpulan dan distribusi, dan ada tiga akuaduk berikutnya yang membawa air itu ke arah utara, dua ke Yerusalem dan satu ke Herodium. Seluruhnya, lima akuaduk mempunyai panjang total sekitar 80 kilometer.[2]
Penelitian menunjukkan bahwa kolam yang terendah mungkin dibangun selama periode Makabe, yaitu pada saat pembangunan kembali kuil di Yerusalem (sekitar abad ke-2 SM) atau periode Hashmonayim (pertengahan abad ke-2 SM sampai pertengahan abad ke-1 SM). Kolam bawah itu dihubungkan dengan yang dinamakan "Akuaduk tingkat bawah" (Lower Aqueduct atau Low Level Aqueduct), dibangun pada saat yang sama, untuk menyalurkan air sepanjang 21,5 km ke Bukit Bait Suci di Yerusalem.[2]
Tahap pembangunan kedua terjadi di bawah perintah Herodes Agung, menggunakan teknologi Romawi dalam rangka perbaikan Bait Suci Kedua kemudian menghasilan terowongan bawah tanah rumit (Wadi el-Byiar Aqueduct) untuk mengalirkan air ke kolam yang lebih atas. Akuaduk itu sebagian dibangun dalam bentuk terowongan yang mengumpulkan air bawah tanah dari akuifer yang dilintasinya, dengan cara qanat, untuk menambah suplai mata air dan limpasan permukaan yang juga diangkutnya. Air dari kolam atas yang sama dialirkan ke Kota Atas Yerusalem, di mana Herodes mendirikan istana barunya, melalui pembangunan ambisius Akuaduk Atas dan Akuaduk Bawah (Upper or High Level Aqueduct). Di sebelah utara Betlehem ada sebuah jembatan tinggi yang terdiri dari dua susun lengkungan untuk membantu melintasi suatu lembah yang dalam.[2]
Sistem penyaluran air yang didasarkan pada Kolam-kolam Salomo telah menyediakan air, terputus-putus, selama dua milenia, sampai tahun 1967. "Akuaduk tingkat bawah" (Low Level Aqueduct) digunakan paling lama untuk mengalirkan air ke Yerusalem, yang dimulai dari kolam bawah dan ketika mencapai Yerusalem, menyeberangi Lembah Tyropoeon melalui suatu jembatan menuju platform Bukit Bait Suci, yang berakhir dalam bak-bak air (cistern) besar yang disembunyikan di bawah permukaannya.[2]
Kolam-kolam itu langsung diairi oleh empat mata air berbeda: yang paling penting adalah Ain Saleh, pada mata air Wadi Urtas (Artas), sekitar 200 meter (660 ft) sebelah barat laut kolam atas.[12][13] Mata air itu disalurkan ke kolam atas melalui suatu saluran di bawah tanah yang besar.[14] Dari arah yang sama datang air dari 'Ain Burak. 'Ain Attan atau Ein Eitam terletak di sebelah tenggara kolam bawah, sedangkan 'Ain Farujeh tepat di bawah kolam itu.[2]
Masa kini
Sekarang air dari kolam-kolam ini hanya mencapai Betlehem, karena akuaduk selanjutnya telah dihancurkan ketika dihentikan penggunaannya pada tahun 1967.[2]
Tiga kolam tersebut dikelilingi oleh pohon-pohon pinus. Area di sekitarnya memberikan suasana nyaman untuk piknik dan beristirahat selama berabad-abad. Di sisi utara, pada pintu masuk taman, sebuah benteng Utsmaniyah telah dikembangkan menjadi bagian kompleks wisatawan baru, ditempati antara lain oleh suatu museum etnografi dan sejarah, serta sebuah rumah makan dengan area taman. Kompleks yang lebih besar direncanakan meliputi seluruh area yang mengelilingi ketiga kolam itu, termasuk sebuah pusat konferensi, ruang rekreasi, masjid dan lain-lain. Sampai Desember 2014, sebagian besar kompleks ini masih sedang dibangun.[5] Selama pembangunan yang sangat dibutuhkan itu, juga ada keprihatinan mengenai pelestarian situs arkeologi dan bersejarah yang luar biasa ini.
Kolam-kolam Salomo sejak tahun 2009 dikelola oleh CPC (The Convention Palace Company)CPC Link yang mengoperasikan, mengelola dan melestarikan area-area berikut:
Situs arkeologi tiga kolam bersejarah yang dinamai Kolam Salomo, dua terakhir dibangun pada zaman Romawi, dan satu pada zaman Utsmaniyah.
Murad Castle: suatu kastil Utsmaniyah yang dibangun untuk melindungi kolam-kolam itu dengan area 3500 meter persegi.
Hutan lindung alamiah
Convention Palace: 12 Venues & Theater
Handicraft Center dibangun seluas 12000 meter persegi untuk bazaar tradisional komersial.
^Burial Places of the Fathers, diterbitkan oleh Yehuda Levi Nahum dalam buku: Ṣohar la-ḥasifat ginzei teiman (Heb. צהר לחשיפת גנזי תימן), Tel-Aviv 1986, p. 253, yang mengutip dari sumber rabinik kuno: "Di antara Betlehem dan Hebron ada kolam besar, dari mana Hizkia membangun saluran [air], dan kolam yang dibuatnya itu dikenal sebagaiEin Etam." Rashi, yang tidak membaca tulisan Yosefus, menyimpulkan bahwa Ein Etam adalah tempat yang dikenal sebagai "sumber-sumber air Neftoa" ("the waters of Nephtoah"; bandingkan komentari Rashi mengenai Yoma 31a dan Zevahim 54b, s.v. עין עיטם); lihat pula komentari Rashi mengenai Yosua 15:8 dan Ulangan 33.
^List of Geographical Names, (A Memo of the National Committee to the Government of the Land of Israel on the Method of Spelling Transliterated Geographical and Personal Names, plus Two Lists of Geographical Names), Lĕšonénu: A Journal for the Study of the Hebrew Language and Cognate Subjects, Benjamin Maisler, Tel-Aviv 1932, p. 21 (note 1): "The spring of Etam is [called] Ein Etam, but Etam is the ruin of Wadi Khukh, near Artas (Urtas)."