Pesawat yang jatuh adalah PZL M28 Skytruck dengan nomor registrasi P-4201 dan diproduksi tahun 2004. Pesawat ini mengantongi lebih dari 2.500 jam terbang.[2]
Menurut pihak berwenang, semua awak memiliki pengalaman lebih dari 2.000 jam terbang.[3]
Kecelakaan
Pesawat mengangkut 13 orang yang terdiri dari 10 penumpang dan 3 awak. Semuanya adalah anggota Kepolisian Republik Indonesia.[4]
Pesawat lepas landas dari Bandar Udara Depati Amir pukul 09:24 waktu setempat ke Bandar Udara Hang Nadim di Batam, Kepulauan Riau. Pesawat dijadwalkan mendarat di Batam pukul 10:58.[5] Saat terbang di atas Laut Senayang, pesawat mengalami masalah teknis. Asap terlihat keluar dari mesin pesawat. Nelayan lokal yang menyaksikan kecelakaan mengaku bahwa tidak lama setelah asap keluar dari mesin, pesawat langsung menukik menabrak laut.[6]
Pencarian dan penyelamatan
Tidak lama setelah kecelakaan, serpihan pesawat mulai muncul ke permukaan. Pada pukul 12:30 waktu setempat, nelayan dari Kijang menemukan serpihan biru yang diduga berasal dari pesawat. Mereka juga menemukan beberapa kursi dan barang pribadi. Beberapa bagian tubuh juga ditemukan.[7] Para nelayan mengaku bahwa mereka menemukan serpihan sekitar 40 mil laut dari Kijang, ibu kota Tanjung Pinang.[8]
Tim pencari dan penyelamat segera dibentuk oleh Basarnas.[9] Tim SAR Tanjung Pinang mengirimkan dua kapal untuk mencari bangkai pesawat. Misi pencarian ini dipimpin oleh Kapolda Kepulauan Riau.[10] Kepolisian mengirim empat kapal kapal. Angkatan Laut Indonesia juga mengirim KRI Cucut dan KRI Pattimura. Tim pencari mengatakan bahwa mereka hanya menemukan beberapa barang pribadi korban, termasuk foto penumpang pesawat.[11] Operasi pencarian terhambat oleh cuaca buruk. Pemimpin operasi Sam Budigusdian mengatakan bahwa operasi ditunda karena tidak ada pesawat yang dibolehkan terbang akibat cuaca buruk. Selain itu, sinyal komunikasi di sana kurang baik.[12]
Jasad utuh dan tidak utuh ditemukan di dekat tempat kejadian pada pukul 17:55 beserta tumpahan minyak di kedalaman 2 meter.[13][14] Keesokan harinya, tiga kapal dari Dirjen Bea Cukai dikirim untuk membantu operasi.[15] Singapura mengerahkan satu pesawat dan satu helikopter.[16] Penyelidik dari Komisi Nasional Keselamatan Transportasi juga bergabung dalam operasi ini. Menurut kepala Basarnas, sedikitnya 300 personel dan 15 kapal dilibatkan dalam operasi pencarian dan penyelamatan ini.[17]
Wilayah pencarian diperluas hingga 200 mil laut persegi. Tim menyatakan bahwa wilayah pencarian difokuskan di sekitar Mantang dan Kijang. Lokasi tumpahan minyak pada 3 Desember ditemukan oleh tim. Analisis mengungkapkan bahwa pesawat jatuh di perairan dangkal, sekitar 23–32 meter.[18]
Penyelam dikerahkan dalam oeprasi ini. Berdasarkan analisis bangkai, sebagian besar serpihan yang ditemukan tim adalah bagian depan pesawat. Pihak berwenang menyatakan bahwa bagian depan pesawat mungkin hancur saat menabrak laut. Mereka menambahkan bahwa sebagian besar jasad mungkin terjebak di dalam bangkai yang tenggelam.[19]
Gubernur Kepulauan Riau, Nurdin Basirun, dan Brigjen Fahri bergabung dengan operasi pencarian dan penyelamatan.[20] Gubernur kemudian meminta nelayan ikut mencari karena "mata mereka lebih akurat". Ia meminta mereka melapor ke pihak berwenang apabila menemukan barang pribadi atau bangkai dari laut.[21]
Wilayah yang menjadi fokus operasi pencarian dan penyelamatan berada di antara Pulau Pintar, Pulau Sebangka, Pulau Senayang, dan Pulau Menasak. Pihak berwenang menyatakan bahwa jasad penumpang yang hilang dan serpihan pesawat mungkin tidak jauh dari bangkai utama karena arus laut dan kecepatan angin di sana tidak cukup kuat untuk memindahkan bangkai.[22] Namun, menurut Soelistyo, kepala Basarnas, meski bangkai utamanya terletak di perairan Indonesia, kotak hitam perekam penerbangan mungkin terbawa arus ke perairan Singapura. Ia meminta pemerintah Singapura menemukan kotak hitam tersebut.[23]
Pencarian dilanjutkan tanggal 5 Desember 2016. Pada hari itu, empat jasad korban ditemukan.[24] Komisaris Erlangga mengatakan bahwa ekor pesawat akan diangkat dari laut pada pukul 10:00.[25] Badan pesawat sepanjang 3 meter ditemukan di kedalaman 24 meter di 0 17' 321" N 104 50' 518" E.[26] Wilayah pencarian juga diperluas 5 km karena jasad terbawa arus 5 km dari bangkai utama.[27]
Basarnas memulai operasi pengangkatan bangkai keesokan harinya. Di tengah pencarian, tim menemukan satu jasad lagi.[28] Pada hari yang sama, tim identifikasi korban bencana mengirim 7 sampel DNA ke Jakarta untuk dianalisis lebih lanjut.[29]
Pada tanggal 12 Desember 2016, operasi pencarian dan penyelamatan secara resmi dihentikan. Tim menemukan 50% bangkai pesawat.[30][31][32]
Investigasi
Saksi mata mengaku mesin pesawat mengeluarkan asap atau terbakar. Pesawat kemudian menukik ke bawah dan meledak ketika menabrak laut. Menurut nelayan setempat, pesawat jatuh pukul 10:22. Ketika pesawat jatuh, mereka mendengar suara yang tidak biasa dari mesin pesawat. Ledakan baru terjadi ketika pesawat menabrak air.[33] Menurut kepolisian, pesawat layak terbang dan dalam kondisi bagus saat penerbangan dilakukan. Pesawat sudah diperiksa sebelum penerbangan.[34] Komisaris Rikwanto mengatakan bahwa pesawat tidak dilengkapi dengan kotak hitam karena tidak wajib; ini bertentangan dengan berita-berita sebelumnya bahwa pesawat dilengkapi kotak hitam. Penyelidik menganalisis rekaman pengawas lalu lintas udara di Singapura, Jakarta, dan Batam.[35]
Buntut
Masyarakat meminta presiden segera meninjau setiap pesawat milik pemerintah. Polri mengatakan bahwa evaluasi terhadap armada PZL M28 milik mereka akan dilakukan karean mereka juga kehilangan tiga pesawat bertipe sama.[36]
Pada tanggal 16 Desember 2016, usai jatuhnya Lockheed C-130 HerculesAngkatan Udara Indonesia di Wamena yang menewaskan 13 orang, ketua DPR mengumumkan bahwa pemerintah akan meninjau setiap pesawat yang dioperasikan pemerintah.[37]