Kerusuhan Tanjungbalai 2016
Pada malam hari tanggal 29 hingga 30 Juli 2016, sebuah kerusuhan terjadi di Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara, Indonesia.[3][4] Kerusuhan meliputi pengerusakan 2 wihara, 8 kelenteng, dan 1 yayasan sosial di kota itu.[5] Tidak ada korban jiwa akibat kejadian tersebut, tetapi kerugian ditaksir mencapai sedikitnya ratusan juta rupiah.[2] Kerusuhan dipicu oleh seorang warga yang menginginkan suara azan dari pengeras suara Masjid Al-Makshum yang terletak di Jalan Karya, Kota Tanjungbalai, diperkecil, lantaran mengganggu aktivitas keluarga di rumahnya.[3] Pihak pengurus masjid sempat mendatangi rumah warga tersebut seusai Salat Isya,[6] namun karena situasi yang mulai tidak kondusif, kedua belah pihak dipisahkan dan diamankan oleh kepolisian setempat. Situasi sempat mereda setelah dilakukan mediasi, tetapi menjelang tengah malam, sedikitnya ratusan warga berkumpul bersiap melakukan penyerangan kepada rumah warga yang memprotes suara azan masjid tersebut.[4] Diduga massa kembali berkumpul setelah sebuah tulisan di Facebook yang memuat isu SARA terkait protes pengeras suara masjid.[1][7] Massa sempat mencoba membakar rumah pemrotes, tetapi dicegah warga setempat.[4] Massa kemudian beralih merusak, membakar, dan menjarah barang-barang di wihara dan kelenteng setempat.[5] Menjelang pagi hari pada tanggal 30 Juli, polisi membubarkan massa yang melakukan kerusuhan.[8] Tujuh orang yang diduga sebagai provokator ditangkap akibat perusakan wihara.[9] Tempat yang terkena dampaknyaBerikut daftar rumah ibadah dan panti sosial yang menjadi korban amuk warga:[10]
Referensi
|