Kapal perusak Jepang Hatsushimo (1933)
Hatsushimo (初霜 , ”Embun beku pertama”)[1] adalah kapal keempat dari enam kapal perusak kelas-Hatsuharu, yang dibangun untuk Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dibawah Program Lingkaran Satu (Maru Ichi Keikaku). Tiga kapal dibangun pada 1931 dan tiga kapal berikutnya dibangun pada 1933. Enam kapal sisanya yang berada dalam perencanaan dibangun sebagai kapal perusak kelas-Shiratsuyu.[2] Sejarah dinasPra Perang Dunia 2Hatsushimo dibangun pada 31 Januari 1933, diperkenalkan pada 4 November 1933 dan ditugaskan pada 27 September 1934. Begitu selesai, ia ditugaskan ke dalam Armada Kedua. Kala Perang Tiongkok-Jepang Kedua dari 1937, ia membantu pendaratan pasukan Jepang di Shanghai dan Hangzhou. Dari 1940, ia berpatroli dan membantu pendaratan pasukan Jepang di Cina Selatan dan berpartisipasi dalam Invasi Indochina Prancis.[3] Perang Dunia 2Kala Perang Pasifik pecah, Hatsushimo ditugaskan ke Divisi Perusak ke-21 dari Skuadron Perusak ke-1 dari Armada Pertama bersama Hatsuharu, Nenohi, dan Wakaba, dan menjaga perairan Jepang dalam patroli anti kapal selam. Dari akhir Januari 1942, menjadi bagian dari invasi ke Hindia Belanda yaitu "Operasi H", operasi pendaratan ke Kendari di Sulawesi pada 24 Januari, Makassar pada 8 Februari, serta Bali dan Lombok pada 18 Februari. Ia balik ke Arsenal Angkatan Laut Sasebo pada akhir Maret untuk dirawat.[3] Dari Mei 1942, Hatsushimo ditugaskan di perairan utara, bersama Abukuma dan Divisi Perusak ke-21 sebagai bagian dari Operasi AL guna mendukung Armada Utara pimpinan Laksamana Boshiro Hosogaya, untuk berpatroli disekitar Attu, Kiska dan Pulau Amchitka hingga pertengahan Juli. Setelah ia balik dari Arsenal Angkatan Laut Yokosuka, ia kembali melanjutkan misi transpor dan memperkuat posisi hingga Desember.[4] Kala Hatsushimo balik ke Sasebo pada akhir 1942, senjata penangkis udara pom-pom miliknya diganti oleh penangkis pesawat berlaras ganda 25mm tipe 96.[3] Hatsushimo kembali ke perairan utara dari Januari 1943, melanjutkan misi patroli dan suplai ulang untuk menjaga posisi Jepang yang ada di Kepulauan Aleut. Tanggal 26 Maret, ia ikut bertempur dalam Pertempuran Kepulauan Komandorski sebagai bagian dari Armada ke-5, namun mereka gagal menyerang Armada Kapal Amerika Serikat dari jarak jauh dengan torpedo mereka. Bersama Nachi dan Maya mundur ke Yokosuka pada akhir Maret.[3] Hatsushimo kembali bergabung dengan Armada ke-5 di tempat yang sama pada pertengahan Mei, mengawal konvoi antara Paramushir dan Õminato hingga akhir Juni. Sebulan kemudian, ia berpartisipasi dalam evakuasi di Kepulauan Aleut sebagai bagian dari armada skrining berisi kapal perusak Wakaba, Naganami, Shimakaze dan Samidare. 26 Juli, Hatsushimo menabrak Wakaba di bagian belakang, dan ditabrak kembali oleh Naganami kala kabut tebal turun sehingga menyebabkan kerusakan yang lumayan. Sekembalinya ke Yokosuka, turret X-nya diganti dengan penangkis pesawat 25mm dan Radar Tipe 22. Ia kembali berlaga pada pertengahan Oktober, dimana ia mengawal kapal induk ringan Ryūhō dan kapal induk pesawat laut Chitose ke Singapura dan sebaliknya.[3] Dari 24 November, Hatsushimo mengawal kapal induk ringan Hiyō dari Kure menuju Truk via Manila, serta kembali ke Yokosuka bersama kapal induk ringan Unyō dan Zuihō pada akhir tahun.[3] Awal 1944, Hatsushimo langsung dimasukkan ke Armada Gabungan, dan melanjutkan misi pengawalan sekitar Yokosuka dan Truk. Sekembalinya ke Sasebo pada 14 April, senjata penangkis pesawat 25mm dipasang bersama dengan Radar Tipe 22 tambahan. Bulan Juninya, ia berpartisipasi dalam Pertempuran Laut Filipina sebagai bagian dari Armada Suplai Pertama, dan kembali mengawal sekitar Jepang dan Filipina selama September.[5] Di Arsenal Angkatan Laut Kure, penangkis udara 25mm dan Radar Udara Tipe 13 terpasang di badannya. Lalu ia kembali melanjutkan misi transport dan mengawal ke Filipina selama November. Tanggal 24 Oktober 1944, pasca Pertempuran Teluk Leyte, Hatsushimo menyelamatkan 74 kru dari perusak Wakaba yang karam.[6] Pada 15 November 1944, ditugaskan ke Armada Ke-2 dan ditugaskan untuk mengawal antara Singapura dan Teluk Cam Ranh di Indochina Prancis hingga akhir tahun. Itu terjadi 2 hari pasca pemimpin skuadronnya, Hatsuharu, karam oleh serangan udara pesawat Amerika Serikat di laut dangkal sekitar Filipina.[3] Bulan Februari 1945, Hatsushimo mengawal kapal tempur Ise dan Hyūga dari Singapura menuju Kure dalam Operasi Kita. Ketika di Kure, ia kembali dipasangi senjata penangkis pesawat berdiameter 25mm. Saat April 1945, ia menjadi bagian dari Armada Yamato kala Operasi Ten-Go. Yang mengejutkan, meski serangan udara Amerika kala itu benar-benar mengerikan, Hatsushimo justru lolos dari neraka itu dan setelahnya menyelamatkan kru dari Yamato, Yahagi dan Hamakaze.[3] NasibKemudian, ia ditugaskan ke Maizuru sebagai kapal latih dan penjaga area tersebut. Hingga suatu hari pada 30 Juli 1945, ia mengenai ranjau yang dijatuhkan dari udara kala diserang oleh pesawat milik Amerika Serikat dari Satuan Tugas 38 di Teluk Miyazu. Hal itu memaksa kru Hatsushimo mendaratkan kapal mereka di titik 35°33′N 135°12′E / 35.550°N 135.200°E. Akibatnya, 17 kru-nya meninggal. Serangan inilah yang menjadikan Hatsushimo sebagai kapal perusak ke-129 sekaligus kapal terakhir yang karam kala Perang Dunia 2 berlangsung.[5][7] Tertanggal 30 September 1945, Hatsushimo dihapus dari daftar militer. Reruntuhan kapalnya diangkat dan dipreteli sekitar 1948 dan 1949.[8] Catatan
Referensi
Pranala luar
|
Portal di Ensiklopedia Dunia