Karena lokasinya di hulu (bagian awal) Sungai Brunei, Kampung Burong Pingai sebelumnya dikenal sebagai Kampung Ulu-Ulu. Menurut legenda, dusun itu dinamai Kampung Burong Pingai karena seorang pembalat (seseorang yang menggunakan keranjang bambu untuk menangkap ikan atau membuat perangkap ikan dari bambu) dari Kampung Saba menemukan seekor burung putih yang mengeluarkan suara "pingai, pingai, pingai" di pemukiman itu. Orang itu menyadari bahwa Si Pingai, seekor burung putih milik istri Sultan Muhammad, baru saja mati. Burung itu ditangkap, dan diberikan kepada Sultan. Sejak saat itu, desa itu disebut sebagai Kampung Burong Pingai. Menurut legenda, istri Sultan Muhammad adalah seorang putri Johor, dan kejadian itu terjadi sekitar tahun 1368.[5]
Desa ini sebelumnya dikenal dengan nama "Kampung Burong Pingai" hingga nama tersebut ditambahkan dengan istilah "Ayer" pada tahun 1960-an untuk membedakannya dari desa daratan Kampung Burong Pingai Berakas.[6]
Sejarah
Kampung Burong Pingai Ayer juga tidak bisa dipungkiri dari sebuah tragedi yang tidak diinginkan karena desa tersebut pernah mengalami kebakaran pada awal tahun 2000 yang mengakibatkan hancurnya sembilan rumah dan pada awal tahun 2001 Sekolah Dasar Dato Ahmad terkena musibah kebakaran yang kemudian disusul dengan tiga rumah pada tahun 2006.[7]
Berdasarkan sensus tahun 2016, jumlah penduduk desa ini adalah 514 jiwa dengan 50.3% laki-laki dan 49.7% perempuan. Seluruh penduduk tinggal di daerah perkotaan.[9]
Infrastruktur
Dalam pemerintahan Brunei, desa ini juga diberikan fasilitas seperti air bersih, listrik, jembatan, dermaga, masjid, sekolah, dan sebagainya. Dengan semangat saling pengertian, Balai Serbaguna Kecamatan Burong Pingai dibangun pada tahun 2014 dengan tujuan untuk menyelenggarakan pesta adat yang dapat menampung hingga 800 orang.[7] Perlu diketahui, desa ini merupakan rumah bagi masjid pertama di Kampong Ayer.[10]
Masjid
Masjid Pehin Datu Imam Haji Abdul Mokti adalah masjid desa dan diresmikan oleh Yang Mulia Pangeran Sufri Bolkiah pada tanggal 6 Februari 1981.[11] Masjid ini dapat menampung 350 jamaah.[11] Masjid ini dinamai menurut nama seorang pria saleh yang lahir di desa tersebut.[6]