Abu Abdul Hamid Ismail bin Ubaidillah bin Abi al-Muhajir (bahasa Arab: أبو عبد الحميد إسماعيل بن عبيد الله بن أبي المهاجر) adalah seorang tabi'in, fakih, salah satu perawi hadis Nabi, dan gubernur Ifriqiyah pada masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz.
Setelah Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah, dia memilih Ismail dan mengangkatnya sebagai gubernur Ifriqiyah[6] untuk menggantikan gubernur sebelumnya, Muhammad bin Yazid al-Qurasyi.[7] Ismail menjabat dari tahun 718–720 selama Umar menjadi khalifah.[8] Ismail juga dikenal memiliki akhlak yang baik sehingga masyarakat Berber pada masanya masuk Islam.[3] Setelah masa jabatannya selesai, ia digantikan oleh Yazid bin Abi Muslim sebagai gubernur Ifriqiyah untuk Khalifah Yazid bin Abdul Malik.[9] Selama tiga puluh tahun setelah masa jabatannya selesai, ia mengabdikan dirinya di Kairouan untuk meriwayatkan hadis dan mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat.[10]
Ismail memiliki anak-anak yang bernama Abdul Aziz, Abdul Hakim, Abdul Ghaffar, Yahya dan Marwan.[13] Marwan bin Ismail termasuk penduduk Damaskus dan termasuk hafizhAl-Qur'an. Dia terbunuh di pintu masuk Damaskus ketika Abdullah bin Ali memasukinya pada tahun 132 H.[14] Abdul Ghaffar bin Ismail sendiri adalah seorang periwayat hadis yang jujur dan memiliki hadis yang baik.[15]
Murid-murid yang meriwayatkan dari Ismail adalah Abdurrahman al-Auza'i, Sa'id bin Abdul Aziz,[3] Ismail bin Rafi' al-Madani, Rabi'ah bin Yazid, Abu al-Miqdam Raja' bin Abi Salamah, Sa'id bin Basyir, Abdullah bin Abdurrahman bin Yazid bin Jabir, Abdu Rabbuh bin Maimun al-Asy'ari, Abdurrahman bin Yazid bin Tamim, Abdurrahman bin Yazid bin Jabir, Abdurrazzaq bin Umar ats-Tsaqafi, anaknya Abdul Aziz bin Ismail bin Ubaidillah, Amr bin Waqid, Abu Muhammad Isa bin Musa al-Qurasyi, Kultsum bin Ziyad al-Muharibi, Muhammad bin al-Hajjaj al-Qurasyi, Muhammad bin Sa'id asy-Syami al-Mashlub, Muhammad bin Muhajir al-Anshari, Mudrik bin Abi Sa'ad al-Fazari, Manshur bin Raja', al-Haitsam bin Imran al-Ansi, dan anaknya Yahya bin Ismail bin Ubaidillah.[2]
Ma'an at-Tanukhi berkata tentangnya: Aku belum pernah melihat di negara ini seorang yang zuhud kecuali dua orang, Umar bin Abdul Aziz dan Ismail bin Ubaidillah.[2][3]
Abdurrahman al-Auza'i berkata: Ismail dapat dipercaya setiap apa yang dia katakan.
Sa'id bin Abdul Aziz berkata: Ismail dapat dipercaya, jujur, dan teguh.