Ali adalah anak bungsu dari Abdullah bin Abbas, sepupu NabiMuhammad, dan Zur'ah binti Misyrah, putri dari salah satu empat raja suku Kindah.[1] Ayah Zur'ah bernama Misyrah bin Ma'dikarib.[2] Menurut riwayat, ia lahir tepat pada malam ketika Khalifah Ali bin Abi Thalib dibunuh (meninggal 661) dan karenanya ayahnya menamainya berdasarkan nama Khalifah Ali.[3]Kunyahnya adalah Abu Muhammad, Abu al-Hasan, Abu al-Amlak, Abu Abdullah, dan Abu al-Fadhl.[2]
Setelah dewasa, Ali pernah berseberangan dengan pemerintahan Kekhalifahan Umayyah selama pemerintahan Al-Walid bin Abdul-Malik (berkuasa 705–715), yang pernah memerintahkan Ali untuk dicambuk dan dibuang dari pusat pemerintahan.[a] Ali kemudian pindah ke provinsi Asy-Syarah, di perbatasan antara Palestina dan wilayah Arab, dan bertempat tinggal di desa Humeima, serta menetapkan tempat itu sebagai markas baru keluarga Abbasiyah. Putranya, Muhammad bin Ali, menggantikannya sebagai pemimpin keluarga dan pemimpin perlawanan Abbasiyah.[5] Ali kemudian meninggal di Humeima pada tahun 736.[6][7]
Karakterisasi
Ali digambarkan sebagai seorang pria gagah bertubuh besar dan berkulit putih, dengan rambut berwarna hitam, janggut panjang, dan kepala botak yang ditutup dengan topi. Diriwayatkan ia sangat saleh dan tekun shalat sehingga di kalangan Sunni ia dijuluki "As-Sajjad" (yang suka bersujud).[8]
Pasangan dan anak
Berikut adalah pasangan dan anak Ali bin Abdullah:[9][10]
Putranya yang paling berpengaruh adalah Muhammad, yang menjadi salah satu tokoh utama penyebab berdirinya Kekhalifahan Abbasiyah dan ayah dari Khalifah As-Saffah dan Al-Mansur. Keturunannya yang lain, termasuk Isa,[12] Dawud,[13] Sulaiman,[12] Abdush Shamad,[14] Shalih,[14] Ismail,[14] dan Abdullah,[14] adalah peserta aktif dalam Revolusi Abbasiyah, dan beberapa di antaranya terus memainkan peran penting dalam dekade pertama Kekhalifahan Abbasiyah.
^Mush'ab az-Zubairi. "Kitab Nasab Quraisy". shamela.ws (dalam bahasa Arab). hlm. 30. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-11-21. Diakses tanggal 2024-01-29.