Intifadah al-Aqsha (bahasa Arab:,انتفاضة الاقصى, transliterasi: Intifādat El Aqsa atau Intifādat Al Aqsa; bahasa Ibrani: אינתיפאדת אל אקצה (atau אינתיפאדת אל-אקצה dengan tanda hubung), transliterasi: Intifadat El Aqtsa) ialah gelombang kerusuhan yang terjadi pada September 2000 antara orang Arab Palestina dan Israel; juga disebut Intifadah Kedua (lihat juga Intifadah Pertama). "Intifadah" ialah kata Arab untuk "pemberontakan" (secara harfiah "melepaskan"). Ini adalah perang pembebasan nasional bangsa Palestina terhadap pendudukan asing.
Angkatan Pertahanan Israel memberinya nama kode (sebelum pecah) אירועי גאות ושפל ("peristiwa pasang surut"). Nama ini tetap menjadi kode internal Angkatan Pertahanan Israel, tetapi lebih sering di Israel Intifadhah dipanggil אינתיפאדת אל-אקצה atau Intifadhah al-Aqsha.
Nama lain (yang kurang terkenal) ialah Perang Oslo, nama yang diberikan oleh mereka yang menganggapnya sebagai konsesi yang dibuat Israel menyusul Persetujuan Oslo, dan Perang Arafat, menurut nama tokoh Palestina yang disalahkan Israel telah memulainya.
Secara resmi Intifadhah belum berakhir. Namun, KTT Sharm el-Sheikh, gencatan senjata (bahasa Arab: تهدئة Tahdi'ah) yang disetujui oleh Presiden Mahmoud Abbas dan organisasi mujahidin Palestina, dan tingkat kekerasan yang relatif rendah selama 2005, dianggap sebagai akhirnya, secara umum dihubungkan dengan perubahan dalam pemerintahan Palestina menyusul kematian Yasser Arafat dan penarikan mundur sepihak Israel.
Pada 25 Januari2006, Hamas memenangkan pemilu legislatif Palestina, dan tokoh Hamas Ismail Haniyah menjadi Perdana Menteri Palestina. Hal ini memicu kemarahan Israel dan Amerika Serikat, sehingga kekerasan kembali terjadi. Pada Juni 2006 Israel kembali menginvasi Gaza dalam Operasi Hujan Musim Panas. Pada 26 November2006 Israel dan kelompok militan Palestina menyetujui gencatan senjata. Pada Mei 2007 kekerasan kembali terjadi, menyusul serangan roketQassam ke Israel, dan serangan udara Israel ke Gaza.
Korban tewas dari militer dan sipil sepanjang konflik 2000-2007 diperkirakan 4.219 Palestina dan 1,024 Israel,[1] meski jumlah ini dikritik karena tak membedakan antara penempur dan orang sipil.[2]