Injil Tufuliyah Suryani

Istirahat dalam Pengungsian ke Mesir, lukisan karya Paris Bordone, sekitar tahun 1530. Pada tahun 2015, Anne Corneloup, sejarawan seni rupa Prancis, mengklaim bahwa lukisan ini merupakan ilustrasi salah satu peristiwa yang diriwayatkan di dalam Injil Tufuliyah Suryani.[1]

Injil Tufuliyah Suryani, yang juga dikenal sebagai Injil Tufuliyah Arab, adalah karya tulis apokrip Perjanjian Baru yang bertema tufuliyah atau masa kanak-kanak Yesus. Injil ini ditulis seawal-awalnya pada abad ke-6, dan sebagian isinya merupakan saduran Injil Tufuliyah Tomas, Injil Yakobus, maupun Injil Pseudo-Matius. Hanya ada dua naskah injil ini yang masih lestari sampai sekarang, kedua-duanya ditulis dalam bahasa Arab, yakni naskah yang dipertanggal tahun 1299 Masehi dan naskah yang dipertanggal abad ke-15 atau abad ke-16.[2][3][4] Kedua naskah tersebut merupakan salinan yang dibuat di kawasan utara Irak dan menampakkan pengaruh Quran.[5][6]

Isi

Injil Tufuliyah Suryani terdiri atas tiga bab:

  1. Kelahiran Yesus – saduran Protevangelium Yakobus
  2. Mukjizat-mukjizat yang terjadi dalam pengungsian ke Mesir – agaknya cuma berdasarkan cerita turun-temurun setempat
  3. Mukjizat-mukjizat Yesus semasa kecil – saduran Injil Tufuliyah Tomas

Meskipun demikian, injil ini mengandung beberapa bagian dari teks asli yang sudah banyak dibumbui, antara lain cerita kain lampin (Yesus) yang berkhasiat menyembuhkan orang, cerita keringat (Yesus) yang berubah menjadi balsam, cerita penyembuhan penderita kusta, dan cerita pencelupan kain menjadi beraneka warna hanya dengan menggunakan nila. Injil ini juga meriwayatkan perjumpaan dini Yesus dengan Yudas Iskariot maupun dengan para penyamun yang kelak disalibkan bersama-sama dengannya, dan memuat pernyataan bahwa injil ini termasuk salah satu karya tulis paling awal.

Pertanggalan

Meskipun diduga disarikan dari sumber-sumber pustaka Suryani yang dipertanggal abad ke-5 atau abad ke-6,[7] injil ini dikenal sidang pembaca Eropa melalui salah satu versi bahasa Arabnya yang diterbitkan bersama terjemahan Latinnya oleh Henry Sike pada tahun 1697.[8] Di dalam kata pengantar terjemahan William Hone, dikemukakan bahwa "injil ini diterima kaum Gnostis, salah satu golongan sempalan Kristen pada abad kedua..."[9] Keberadaannya pertama kali disebut-sebut di dalam ulasan Injil Matius yang ditulis Isyodad dari Maru, Bapa Gereja Suryani abad ke-9. Narasi Injil Tufuliyah Arab, khususnya bab ke-2, tentang mukjizat-mukjizat di Mesir, juga terdapat di dalam Quran. Sejumlah sarjana kritik mengklaim bahwa keberadaannya di dalam Quran mungkin adalah dampak dari pengaruh injil tersebut di kalangan masyarakat Arab. Tidak diketahui secara pasti apakah injil tersebut ada di Hijaz, tetapi agaknya memang demikian.[10] Di lain pihak, para sarjana Islam berpendapat bahwa injil ini baru diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada kurun waktu pasca-Islam, baik karena orang-orang Eropa pada abad ke-16 tentu bakal menghadapi kesulitan menerjemahkan tulisan defektif Arab-awal ke dalam bahasa Latin, maupun karena sangat langkanya teks tertulis di jazirah Arab pada zaman pra-Islam.[11] Penelitian termutakhir di bidang ilmu agama Islam yang dilakukan Sydney Griffith beserta rekan-rekannya pada tahun 2013, David D. Grafton pada tahun 2014, Clair Wilde pada tahun 2014, dan ML Hjälm beserta rekan-rekannya pada tahun 2016 dan 2017 menyimpulkan bahwa "yang dapat dikatakan tentang kemungkinan adanya versi Kristen dari injil tersebut di dalam bahasa Arab pada zaman pra-Islam hanyalah bahwa belum ditemukan tanda pasti dari eksistensi aktualnya."[12][13][14][15][16] Selain itu, di dalam laporan penelitian termutakhirnya (tahun 2017), ML Hjälm mengemukakan bahwa "naskah-naskah berisi terjemahan-terjemahan injil-injil didapati tidak lebih awal daripada tahun 873".[17]

Kemiripan dengan isi Quran

Salah satu kemiripan cerita injil tufuliyah dengan isi Quran adalah kemiripan Injil Arab Ihwal Tufuliyah Juru Selamat dengan ayat 29-34 Surah Maryam, tentang Yesus yang sudah dapat berbicara sejak masih di dalam buaian.

Dia pernah berkata bahwa Yesus berbicara, dan sungguh tatkala berbaring di dalam ayunan dia berbicara kepada Maria ibunya, “Akulah Yesus, Putra Allah, Sang Logos, yang sudah engkau lahirkan, sebagaimana yang diwartakan Malaikat Gabriel kepadamu; dan Bapaku telah mengutus aku demi keselamatan dunia.”

— Injil Arab Ihwal Tufuliyah Juru Selamat, Ayat 2[18]

Maka dia (Maryam) menunjuk kepada (anak)nya. Mereka berkata, “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” Itulah Isa putra Maryam, (yang mengatakan) perkataan yang benar, yang mereka ragukan kebenarannya.

— Quran Kemenag, Surah Maryam, ayat 29–34[19]

Kaitan dengan agama Mazdayasna

Bab ke-3 injil ini memuat cerita tentang orang-orang bijak dari Timur, yang dalam satu dan lain hal sangat mirip dengan kisah orang-orang Majus di dalam Injil Matius. Meskipun demikian, berbeda dari Injil Matius, Injil Tufuliyah Suryani menokohkan Zoradast (Zarathustra) sebagai sumber nubuat yang mendorong orang-orang bijak tersebut untuk mencari kanak-kanak Yesus.[20]

Baca juga

Rujukan

  1. ^ Roy, Alain (Juni 2017). De Giotto à Goya. Peintures italiennes et espagnoles du musée des Beaux-Arts de Strasbourg. Musées de la ville de Strasbourg. hlm. 129. ISBN 978-2-35125-151-5. 
  2. ^ Wittka, Gerd. "Die Weihnachtsverkundigung in den apokryphen Kindheitsevangelien". 3.2.1 Genese des Evangeliums: "Es liegt in zwei arabischen Handschriften vor" terjemahan: "Ada dua naskah tulis tangan dalam bahasa Arab" 
  3. ^ "Arabic Infancy Gospel // 3.1. Manuscripts". 5 Februari 2016. MS 2: Florence, Biblioteca Laurenziana, codex orientalis 387 [32], folio 2r–48v (dari tahun 1299 Masehi) 
  4. ^ "Oxford, Bodleian Library, Bodl. Or. 350". 30 Desember 2018. Pertanggalan: diperkirakan abad ke-15/16 
  5. ^ Schneider, Gerhard (1995). Evangelia infantiae apokrypha – Apokryphe Kindheitsevangelien. Freiburg. hlm. See hlm. 53 dst. 
  6. ^ Wittka, Gerd. "Die Weihnachtsverkündigung in den apokryphen Kindheitsevangelien". 3.2.1 Genese des Evangeliums: "Die verschiedenen Handschriften wurden wohl im Raum des heutigen türkischen Kurdistans und des Nordiraks verfaßt und sind gekennzeichnet durch Einflüsse des Korans" //terjemahan: "Beberapa naskah tulis tangan yang dibuat di daerah Kurdistan Turki (sekarang ini) dan kawasan utara Irak serta memperlihatkan pengaruh Quran" 
  7. ^ Elliott, J.K. (1993). The Apocryphal New Testament : A Collection of Apocryphal Christian Literature in an English Translation: A Collection of Apocryphal Christian Literature in an English Translation. Oxford University Press, UK. ISBN 9780191520327. 
  8. ^ Henry Sike (1697). Evangelium infantiae, vel Liber apocryphus de infantia Servatoris ex manuscripto edidit, ac latina versione et notis illustravit Henricus Sike. apud Franciscum Halmam, Guiljelmum vande Water. 
  9. ^ Hone, William. "The Apocryphal Books of the New Testament". archive.org. Gebbie & Co., 1890. Diakses tanggal 13 Agustus 2017. 
  10. ^ The Other Bible, Willis Barnstone, HarperSanFrancisco, Hlm. 407
  11. ^ "Is The Bible Really The Source Of The Qur'an?". islamic-awareness.org. Diakses tanggal 2014-02-14. 
  12. ^ Sidney H Griffith, "The Gospel In Arabic: An Enquiry Into Its Appearance In The First Abbasid Century", Oriens Christianus, Jilid 69, hlm. 166. "yang dapat dikatakan tentang tentang kemungkinan adanya versi Kristen dari injil tersebut di dalam bahasa Arab pada zaman pra-Islam hanyalah bahwa belum ditemukan tanda pasti dari eksistensi aktualnya.". 
  13. ^ Grafton, David D (2014). The identity and witness of Arab pre-Islamic Arab Christianity: The Arabic language and the Bible. Agama Kristen [...] tidak meresap ke dalam peri kehidupan bangsa Arab terutama karena para rahib tidak menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa sehari-hari dan menanamkan nilai-nilai serta tradisi Alkitabiah ke dalam budaya Arab. Argumen Trimingham menjadi salah satu contoh dari asumsi-asumsi Protestan di Dunia Barat yang disajikan secara garis besar di dalam mukadimah artikel ini. Jelaslah bahwa teks-teks Alkitabiah berbahasa Arab yang terdahulu hanya dipertanggal seawal-awalnya abad ke-9, yakni sesudah kemunculan Islam. 
  14. ^ Sidney H. Griffith, The Bible in Arabic: The Scriptures of the 'People of the Book' in the Language of Islam. Jews, Christians and Muslims from the Ancient to the Modern World, Princeton University Press, 2013, hlmn. 242- 247 dst. 
  15. ^ The Arabic Bible before Islam – Clare Wilde on Sidney H. Griffith's The Bible in Arabic. Juni 2014. 
  16. ^ Hjälm, ML (2017). Senses of Scripture, Treasures of Tradition: The Bible in Arabic Among Jews, Christians and Muslims. Brill. 2017. ISBN 9789004347168. 
  17. ^ Hjälm, ML (2017). Senses of Scripture, Treasures of Tradition, The Bible in Arabic among Jews, Christians and Muslims (Biblia Arabica) (edisi ke-English and Arabic). Brill. 2017. ISBN 9789004347168.  Dibandingkan dengan yang lain, naskah-naskah berisi terjemahan-terjemahan injil-injil didapati tidak lebih awal daripada tahun 873 (Naskah Sinai. N.F. perkamen 14 & 16)
  18. ^ "Archived copy". wesley.nnu.edu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 September 2004. Diakses tanggal 17 Januari 2022. 
  19. ^ "QUR'AN KEMENAG". Diakses tanggal 03 Maret 2022. 
  20. ^ Hone, William. "The Apocryphal Books of the New Testament". Archive.org. Gebbie & Co., Publishers, Philadelphia. Diakses tanggal 26 Januari 2017. 

Bahan bacaan lanjutan

  • New Testament Apocrypha, Jld. 1, Philadelphia: Westminster Press, 1963
  • Elliott, James K. The Apocryphal New Testament: A Collection of Apocryphal Christian Literature in an English Translation. Oxford: Oxford University Press, 1993.

Pranala luar