Sebagai sarjana penerbangan, melalui PT Regio Aviasi Industri, ia membidani Program Regio Prop, proyek pesawat komersial buatan dalam negeri yang merupakan pengembangan dari N-250.[6][7] Ia menggandeng Erry Firmansyah, mantan direktur utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), untuk membangun perusahaan PT Regio Aviasi Industri (RAI).[8] Mewarisi kecerdasan orang tuanya, Ilham Habibie berusaha keras melaksanakan impian ayahnya agar Indonesia terus membuat pesawat terbang sendiri.[9]
Ilham lahir dan besar di Jerman Barat, mengikuti ayahnya saat belajar dan bekerja di sana. Hampir 31 tahun lamanya Ilham Habibie menetap di sana. Ilham memulai sekolah di Elementary School Windmuehlenweg, kemudian ke High School Hochrad, dan akhirnya menempuh studi di Technical University of Munich, Jerman.[11] Di Universitas Munich ini, Ilham menuntaskannya dari gelar insinyur hingga doktor dalam teknik penerbangan dengan hasil summa cum laude.[12]
1969–1973: Elementary School Windmuehlenweg, Hamburg, Jerman Barat
1973–1981: High School Hochrad, Hamburg, Jerman Barat
1981–1986: Universitas Teknik München, Jerman Barat (Faculty of Mechanical Engineering, Sub-Faculty Aeronautical Engineering)
1987: Diploma–Ingenieur (Universitas Teknik München, Jerman Barat) dengan predikat cum laude
1994: Doktor–Ingenieur (Universitas Teknik München, Jerman) dengan predikat summa cum laude
1999: International Executive Program, INSEAD, Fontainbleau, France, and Singapore
2003: Master of Business Administration (School of Business, Universitas Chicago)
Riwayat hidup dan keluarga
Ilham Habibie menikah dengan Insana Abdul Adjid pada tahun 1987 di Jakarta. Resepsi pernikahan keduanya digelar menggunakan Adat Gorontalo, sesuai dengan adat kampung halaman keluarga besar Habibie di Kabila, Gorontalo.[13]
Dari silsilah keluarga, darah Gorontalo yang mengalir dalam diri Ilham berasal dari Eyang buyutnya di Gorontalo yang terkenal sebagai peternak sapi dan kuda, seorang pemangku adat serta tokoh agama yang sangat disegani pada saat itu.[14]
Di Gorontalo sendiri, kontribusi dan perhatian keluarga besar B.J. Habibie begitu besar, salah satunya adalah program pendidikan melalui inisiasi pembangunan sekolah MAN Insan Cendekia Gorontalo, sesaat satu tahun setelah pendirian MAN Insan Cendekia di Serpong, yang lokasinya berada di kawasan Puspiptek. Tak hanya itu, keluarga Habibie juga turut mengadakan program beasiswa untuk para mahasiswa di Gorontalo.[15]
Dari pernikahan Ilham dan Insana, mereka berdua dikaruniai 3 orang anak, yaitu Nadia Habibie, Muhammad Pasha Nur Fauzan Habibie, dan Tifani Mutiarahati Rahima Tahira Habibie. Nadia lahir di München, Pasha lahir di Amerika Serikat, dan Tifani lahir di Bandung.