Ibrahim Kumpulan
Syekh Ibrahim al-Khalidi gelar Inyiak Balinduang (wafat 1914) adalah ulama Minangkabau dari Bonjol, Pasaman. Ia dikenal sebagai mursyid Naqsyabandiyah terkemuka di Pasaman dengan jaringan murid sampai ke Mandailing. Riwayat hidupIbrahim lahir dengan nama asli Abdul Wahab di Koto Kaciak dari pasangan Pahat dan Sari Aso. Ibrahim awalnya belajar agama di beberapa tempat seperti Pasir Lawas, Cangking, dan Padang Bubus. Di Padang Bubus, ia belajar kepada Syekh Muhammad Said yang merupakan mamaknya.[1] Ia juga pernah belajar di Makkah kepada Syekh Abdullah Affandi, ulama Makkah yang kemudian memberikan ijazah Naqsyabandiyah kepada Syekh Ibrahim.[2] Syekh Ibrahim kembali ke Bonjol setelah lama belajar di Makkah. Ia mendirikan Surau Batu di Kampung Sawah dekat Pasar Kumpulan. Surau Kumpulan kemudian menjadi salah satu surau teramai di Pasaman dengan sebagian di antaranya berkunjung ke Kumpulan untuk bersuluk di surau Syekh Ibrahim.[3] Surau Kumpulan juga menjadi salah satu pintu masuknya Naqsyabandiyah kepada masyarakat Mandailing.[4] Syekh Kumpulan disebutkan pernah melalui masa Perang Padri. Ia sempat bergabung ke pasukan Tuanku Imam Bonjol sebagai pemasang ranjau di sekitar Bonjol.[5] Syekh Ibrahim Kumpulan wafat pada 1914. Ia dimakamkan di sebelah suraunya. Halakah di surau diteruskan oleh keluarga Syekh Ibrahim yang kemudian berkembang menjadi Pondok Pesantren Syekh Ibrahim Kumpulan.[6]
Murid-muridSyekh Ibrahim Kumpulan memiliki beberapa murid yang kemudian menjadi ulama terkemuka. Di Minangkabau, beberapa murid Syekh Kumpulan yang masyhur antara lain Syekh Muhammad Saleh Padang Kandis, Syekh Muhammad Yunus Tuanku Sasak, dan Syekh Muhammad Said Bonjol. Di Mandailing, muridnya yang terkenal antara lain Syekh Syihabuddin Nasution Aek Libung.[8] Catatan kakiRujukan
Daftar pustaka
|