Artikel ini perlu diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Artikel ini ditulis atau diterjemahkan secara buruk dari Wikipedia bahasa selain Indonesia. Jika halaman ini ditujukan untuk komunitas berbahasa tersebut, halaman itu harus dikontribusikan ke Wikipedia bahasa tersebut. Lihat daftar bahasa Wikipedia. Artikel yang sama sekali tidak diterjemahkan dapat dihapus secara cepat sesuai kriteria A2.
Jika Anda ingin memeriksa artikel ini, Anda boleh menggunakan mesin penerjemah. Namun ingat, mohon tidak menyalin hasil terjemahan tersebut ke artikel, karena umumnya merupakan terjemahan berkualitas rendah.
Hiu martil besar (Sphyrna mokarran) adalah spesies hiu martil terbesar dari hiu martil, yang termasuk keluarga Sphyrnidae. hiu ini dapat ditemukan diperairan hangat tropis diseluruh dunia. habitat nya meliputi area pesisir hingga landas benua. ia Predator tingkat tinggi yang hidup soliter dan, kepala martil besar memangsa krustasea dan cephalopoda, ikan, penyu, hingga hiu yang lebih kecil. Pengamatan dari spesies ini di alam liar menunjukkan bahwa fungsi kepala martil nya yang disebut "cephalofoil" untuk melumpuhkan mangsa favorit nya yaitu ikan pari, Meskipun berpotensi berbahaya, hiu martil besar jarang menyerang manusia. Hiu ini banyak diminati karena siripnya yang besar, yang sangat berharga di pasar Asia sebagai bahan utama sup sirip ikan hiu. Akibatnya, populasi martil besar menurun di seluruh dunia, dan telah dinilai Terancam Punah oleh Perhimpunan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN).
Deskripsi
Spesies ini dapat mencapai berat 500 pounds (230 Kg) dan panjang badan sekitar 10 hingga 13 kaki orang dewasa (3 - 4 meter).[3] Hiu ini memiliki umur mencapai 40 tahun ; dengan kematangan seksual dimulai pada umur 6 hingga 8 tahun. hiu martil besar terpanjang yang tercatat adalah 6,1 m (20 kaki). Kepala martil besar yang paling terkenal adalah betina 4,4 m (14 kaki) panjang, 580 kg (1.280 lb) yang tertangkap di Boca Grande, Florida pada tahun 2006. Bobot betina disebabkan oleh kehamilannya dengan 55 anak.[4]
Reproduksi
Reproduksi ikan Hiu Martil ini akan terjadi sekali dalam setahun. Hiu ini akan melahirkan berkisar antara 20 hingga 40 anak hiu dalam sekali melahirkan. Reproduksi berlangsung dengan cara hiu jantan akan menggigit sang betinanya hingga betina tenang, lalu membiarkan masa reproduksi terjadi, hal ini tergolong kasar, namun begitulah cara mereka.
Embrio berkembang didalam plasenta betina dan akan diberi makan melalui tali pusar, hal ini sama layaknya mammalia pada umumnya. Masa kehamilan 10 sampai 12 bulan. Setelah anak-anak hiu dilahirkan, sang induk mereka tidak akan tinggal bersama dan mereka ditinggalkan agar dapat mengurus diri mereka sendiri.
Makanan
hiu martil besar merupakan pemangsa yang aktif, makanannya pun beragam, mulai dari invertebrata seperti kepiting, lobster, dan cumi-cumi, ikan seperti tarpon, sarden, selar, kerapu hingga ikan buntal. hiu ini juga tidak segan-segan memangsa sesama jenisnya. namun iya memiliki mangsanya favorit yaitu ikan pari,[5] Duri ikan pari yang berbisa sering ditemukan bersarang di dalam mulutnya dan sepertinya tidak mengganggu hiu saat spesimen yang tertangkap di Florida memiliki 96 duri di dalam dan di sekitar mulutnya. Para martil besar terutama berburu pada waktu fajar atau senja, mengayunkan kepala mereka ke sudut yang luas di atas dasar laut sehingga bisa mendektesi keberadaan ikan pari yang terkubur di pasir.
Penyebaran dan Habitat
Hiu martil besar (Sphyrna mokkaran) merupakan jenis hiu pelagis pesisir dan juga spesies semi oseanik tropis, yang sering kali di jumpai di dekat pesisir juga di lepas pantai, di paparan benua, diteras-teras pulau, di atoll karang, dan perairan dalam sekitar pulau yang kedalamannya berkisar dari sekitar permukaan laut hingga kedalaman 80 m. Hiu ini dianggap sebagai hewan yang soliter sehingga jenis hiu ini jarang dijumpai secara berlimpah pada penjumpaannya.
Hiu martil besar agak jarang dijumpai di perairan Indonesia. Sebaran ikan ini diketahui berada di seluruh perairan tropis dan subtropis yang bersuhu hangat. Namun di Perairan Indonesia, sangat sedikit data yang mencatat ditemukannya jenis ini. Berdasarkan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) cakupan daerah tangkapan potensial hiu martil besar ini meliputi Perairan Samudera Hindia (WPP 572 dan 573), Laut Natuna Utara (WPP 711) dan perairan timur Indonesia, (WPP 716, 717, 718).
Status Konservasi
Menurut Daftar Spesies Terancam IUCN, hiu martil besar adalah spesies yang terancam punah, yang berarti ia menghadapi risiko kepunahan yang sangat tinggi di alam liar. Ukuran dan bentuk sirip hu martil besar membuatnya menjadi sasaran perikanan yang ingin menggunakannya untuk sup sirip ikan hiu. Sekalipun tidak ditargetkan secara langsung, hiu martil besar sering tertangkap oleh jaring drift yang diperuntukkan bagi makhluk laut lainnya. Daging martil besar dijual untuk konsumsi manusia, dengan minyak hati mereka digunakan dalam vitamin dan kulitnya untuk dijadikan tas kulit.[7]
Tingkat reproduksi rendah juga berkontribusi terhadap menurunnya jumlah martil besar. Karena mereka hanya bereproduksi setiap dua tahun sekali, palu besar bahkan lebih rentan terhadap penipisan populasi. Penilaian status konservasi sulit karena beberapa perikanan memisahkan martil besar dari martil lainnya dari tangkapan yang dilaporkan. Spesies ini terdaftar secara global terancam punah daftar merah pada IUCN . Terancam punah di Atlantik barat laut dan Teluk Meksiko, di mana meskipun merupakan spesies yang tidak ditargetkan, populasi telah turun 50% sejak tahun 1990an. Hal ini juga terancam punah di Samudra Hindia barat daya,[8] Penerapan larangan pengambilan sirip hiu oleh negara-negara termasuk Amerika Serikat harus membantu melestarikan hiu ini. Pada Januari 2012, pembunuhan hiu martil besar dilarang di negara bagian Florida, di mana banyak hiu masih hidup. Namun, di tempat-tempat seperti Australia, di mana terjadi peningkatan penangkapan ikan secara ilegal.
Tidak ada tindakan konservasi yang secara khusus melindungi martil besar telah diberlakukan. Terdaftar di Lampiran I, Spesies Bermigrasi Tinggi, dari Konvensi PBB mengenai Hukum Laut, meskipun belum ada skema pengelolaan yang dilaksanakan berdasarkan kesepakatan ini. Pelarangan hiu yang dilakukan oleh negara-negara dan entitas supranasional seperti Amerika Serikat, Australia, dan Uni Eropa, dan badan pengatur internasional seperti Komisi Internasional untuk Pelestarian Tenis Atlantik (ICCAT), harus mengurangi tekanan pada hiu martil besar.