Hiu biru
Hiu biru atau cucut biru besar (Prionace glauca) adalah spesies hiu dari famili Carcharhinidae, yang menghuni lautan tropis dan subtropis di seluruh dunia. Hiu ini menyukai air yang lebih dingin[3] dan mampu berkelana sejauh jarak New England ke Amerika Selatan. Hiu biru diklasifikasikan sebagai spesies mendekati terancam oleh IUCN. Meski cenderung lamban, hiu biru dapat bergerak dengan gesit. Hiu biru adalah hewan vivipar yang mampu mengeluarkan 25 sampai 100 anak lebih dalam sekali melahirkan. Makanan utamanya adalah ikan kecil dan cumi-cumi, meski kadang juga memakan mangsa yang lebih besar. Hiu ini diketahui dapat hidup hingga lebih dari 20 tahun.[4] PenampilanHiu biru bertubuh cerah dengan sirip punggung yang panjang. Sebagaimana hiu kebanyakan, hiu ini memiliki warna yang kontras: tubuh bagian atas berwarna biru gelap, lebih cerah di bagian samping dan putih di bagian bawah. Hiu jantan memiliki panjang 182–282 m (597–925 ft) saat dewasa, sedangkan betina berukuran lebih besar dengan panjang 22–33 m (72–108 ft) saat dewasa.[5] Spesimen besar dapat tumbuh hingga 38 m (125 ft). Kadang-kadang, hiu biru dengan ukuran lebih besar dilaporkan dengan panjang 6,1 m (20 kaki), meski belum dapat didokumentasikan secara ilmiah. Hiu biru bertubuh ramping dengan berat 27–55 kg (60–121 pon) pada jantan dan 93–182 kg (205–401 pon) pada betina.[6][7][8] Panjang betina bisa mencapai 3 m (9,8 ft) dan berat 204 kg (450 pon). Spesimen hiu terberat sebesar 391 kg (862 pon).[9] Hiu ini termasuk hewan ektotermik dan mempunyai indera penciuman yang unik.
ReproduksiMereka adalah hewan vivipar, dan dapat mengeluarkan 4 hingga 135 sekali melahirkan. Masa bunting antara sembilan dan 12 bulan. Betina dewasa pada usia lima hingga enam tahun dan jantan pada usia empat hingga lima tahun. Ritual perkawinan dilakukan dengan jantan menggigit kulit betina karena spesimen dewasa dikenali berdasarkan ada atau tidak adanya bekas luka gigitan. Hiu biru betina telah beradaptasi dengan ritual perkawinan itu dengan menumbuhkan kulit yang tiga kali lebih tebal dari kulit jantan.[3] EkologiHabitatHiu biru adalah hiu yang ditemukan di zona pelagik di perairan beriklim sedang dan tropis dari permukaan air sampai sekitar 350 m (1.150 ft)[10] di bawah permukaan. Di laut yang beriklim sedang, ia dapat berenang mendekati pantai, di mana ia dapat dilihat oleh penyelam; sementara di perairan tropis, ia menghuni kedalaman yang lebih dalam. Habitatnya mulai dari Norwegia di utara dan Chili di selatan. Hiu biru ditemukan di lepas pantai setiap benua, kecuali Antartika. Di Samudera Pasifik mereka banyak ditemui antara 20 ° dan 50 ° LU, tetapi dengan fluktuasi musiman yang kuat. Di daerah tropis, ia menyebar secara merata antara 20 ° LU an 20 ° LS.[3] Ia menyukai suhu air antara 12 dan 20 °C (54-68 °F), namun dapat pula hidup pada suhu air antara 7 hingga 25 °C (45- 77 °F). MakananCumi-cumi adalah makanan utama bagi hiu biru, selain itu juga invertebrata lain, seperti sotong dan gurita, serta lobster, udang, kepiting, sejumlah besar ikan bertulang, hiu kecil, bangkai mamalia, dan sesekali burung laut. Lemak paus dan lumba-lumba pernah ditemukan pada perut spesimen yang ditangkap dan mereka diketahui kerap mencuri ikan kod dari jaring pukat.[3] Hiu biru diketahui bekerja bersama dalam kelompok untuk menggiring mangsa ke dalam kepungan di mana mereka dapat dengan mudah memakannya. Perilaku menggiring mereka tidak menggangu berbagai spesies hiu di sekitarnya karena mereka biasanya mengejar mangsa bersama.[11] Hiu biru dapat berenang dengan cepat, memungkinkan untuk mengejar mangsa dengan mudah. Giginya yang berbentuk segitiga memudahkannya menangkap mangsa yang berkulit licin. PredatorIndividu muda dan kecil dapat dimakan oleh hiu yang lebih besar, seperti hiu putih dan hiu harimau. Paus pembunuh juga dilaporkan memakan hiu biru.[12] Hiu ini dapat menampung beberapa spesies parasit. Hiu biru adalah inang cacing pita Pelichnibothrium speciosum. Mereka terinfeksi karena memangsa ikan yang telah terinfeksi seperti ikan opah (Lampris guttatus) dan / Alepisaurus ferox. Gajah laut utara (Mirounga angustirostris) juga diketahui memakan hiu biru.[13] Hubungan dengan manusiaDiperkirakan 10 hingga 20 juta hiu biru terbunuh setiap tahun untuk berbagai keperluan. Dagingnya bisa dimakan, tetapi tidak banyak dicari; biasa dikonsumsi segar, kering, diasapi dan diasinkan dan dijadikan bubuk. Meski begitu, dagingnya banyak mengandung logam berat (merkuri dan timbal).[14] Kulitnya digunakan untuk keperluan industri tekstil, siripnya untuk sup sirip hiu dan hatinya untuk minyak ikan. Hiu biru kerap diburu sebagai ikan pancing karena keindahan dan kecepatannya. Hiu biru jarang menyerang manusia. Dari 1580 hingga 2013, hanya terjadi 13 insiden serangan, empat di antaranya berakhir fatal.[15] PenangkaranHiu biru, seperti kebanyakan hiu pelagis lainnya cenderung sulit ditangkap. Upaya pertama untuk menjaga hiu biru di penangkaran adalah di Sea World San Diego pada tahun 1968,[16] dan sejak itu diikuti oleh sejumlah kecil akuarium publik di Amerika Utara, Eropa dan Asia.[17] Sebagian besar mereka ditahan selama sekitar tiga bulan atau kurang,[17] lalu dilepas lagi ke alam liar.[16] Rekor terlama hiu biru di penangkaran adalah 246 dan 224 hari untuk dua ekor di Tokyo Sea Life Park,[16] 210 hari untuk seekor di New Jersey Aquarium,[17] dan 194 hari untuk seekor di Lisbon Oceanarium.[16] Hiu biru relatif mudah diberi makan di penangkaran, dan tiga masalah utama adalah transportasi, dimangsa oleh hiu yang besar dan kesulitan menghindari permukaan yang halus dalam akuarium.[16] Hiu biru kecil dengan panjang hingga 1 m (3,3 kaki) relatif mudah diangkut ke akuarium. Namun karena ukurannya yang kecil, mereka sangat rentan dimangsa oleh hiu lain yang sering dipelihara, seperti hiu banteng, hiu lonjor, hiu pasir dan hiu harimau pasir.[16][17] Sebagai contoh, beberapa hiu biru yang dikoleksi Sea World San Diego awalnya hidup normal tetapi mati dimangsa ketika hiu banteng dimasukkan ke akuarium mereka.[16] Hiu biru dalam tangki kesulitan menghindari dinding, jendela akuarium, dan permukaan halus lainnya, yang pada akhirnya menyebabkan lecet pada sirip atau moncong, yang dapat mengakibatkan infeksi serius.[16][17] Untuk memelihara hiu biru diperlukan tangki yang memungkinkan untuk jalur renang yang panjang di mana potensi kontak dengan permukaan halus dijaga seminimal mungkin.[16] Didapati bahwa penggunaan batu yang menonjol mungkin lebih mudah dihindari oleh hiu biru daripada permukaan yang halus, seperti yang ditunjukkan pada hiu macan.[16] Status konservasiPada Juni 2018, Departemen Konservasi Selandia Baru menggolongkan hiu biru sebagai "Spesies Tidak Terancam".[18] Spesies ini dikategorikan sebagai spesies mendekati terancam oleh IUCN.[2] Lihat pulaReferensi
Pranala luar
|