Happy Salma (lahir 4 Januari 1980) adalah seorang aktris, penyanyi, produser, dan penulis berkebangsaan Indonesia. Ia termasuk dalam salah satu tokoh berpengaruh di Asia, versi majalah Tatler pada tahun 2020.[1] Happy menerima penghargaan Bali-Dwipantara Nata Kerthi Nugraha 2023 dari Institut Seni Indonesia Denpasar untuk kategori Seniman dan Maesenas Seni.[2]
Karier
Sastra
Happy Salma memulai kariernya di dunia seni peran dengan membintangi puluhan judul sinetron.[3] Ketika sedang menggeluti dunia sinetron, Happy menemukan kecintaan pada sastra, yang kemudian ia tuangkan ke dalam dua buku kumpulan cerpen yaitu Pulang (2006) yang menjadi nominasi dalam Literary Khatulistiwa Award[4] dan Telaga Fatamorgana (2008).[5][6] Happy juga berkolaborasi dalam antologi cerita pendek Titian: Antologi Cerita Pendek Kerakyatan (2008),[7] Lobakan: Antologi Cerita Pendek (2009), 24 Sauh Kolaborasi Cerpen (2009)[8] dan Dari Murai Ke Sangkar Emas (2009). Selain cerpen, Happy menulis novel kolaborasi bersama Pidi Baiq dengan judul Hanya Salju dan Pisau Batu (2010).[9] Terakhir, ia menulis dan menerbitkan buku biografi kreatif Desak Nyoman Suarti “The Warrior Daughter” (2015).[10][11]
Teater
Kecintaannya pada sastra juga mengantarkannya pada dunia seni teater. Debut pertamanya dalam pentas teater dimulai pada tahun 2007 dengan memerankan Nyai Ontosoroh dalam pentas “Nyai Ontosoroh”.[12] Pada tahun 2009, Happy mementaskan monolog “Ronggeng Dukuh Paruk” di Amsterdam,[13] Bern - Swiss, dan Taman Ismail Marzuki yang ceritanya diadaptasi dari novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan kemudian diikuti dengan pementasan yang lain yaitu “Jabang Tetuko” (2011),[14] Java War “Opera Diponegoro” (2011),[15] “Monolog Inggit” (2011 – 2014),[16] “Roro Mendut” (2012),[17] “#3Perempuanku, Bukan Bunga Bukan Lelaki” (2015),[18] beberapa pentas teater bersama kelompok “Indonesia Kita”[19] dan terakhir kembali berperan sebagai Nyai Ontosoroh dalam judul “Bunga Penutup Abad” (2016 – 2017).
Sejalan dengan kecintaannya pada dunia teater dan sastra, Happy Salma mendirikan Yayasan Seni dan Budaya Titimangsa (Titimangsa Foundation)[20] yang memproduksi beberapa pertunjukan besar seperti pada awal 2019 mementaskan “Nyanyi Sunyi Revolusi”[21] dan “Cinta Tak Pernah Sederhana”.[22]
Pada tahun 2022, Happy Salma bermonolog sebagai Inggit dalam Teater Musikal Inggit Garnasih: Tegak Setelah Ombak.[23]
Selain di depan layar, Happy pun pernah menjadi sutradara. Film omnibus Rectorverso adalah film yang disutradarainya bersama Marcella Zalianty, Olga Lidya, Cathy Sharon dan Rachel Maryam. Selain film layar lebar, Happy Salma juga menyutradarai film pendek di antaranya “Kamis ke 300” dan “Ibu dan Anak Perempuannya”.[27]
Pada 2020, Happy menjadi sutradara untuk serial berjudul “Masakan Rumah” yang ditayangkan di Mola TV.[28][29]
Pada 12 Februari 2022, Happy Salma menghadiri pemutaran perdana film kompetisi "Nana" (Before, Now & Then) yang disutradarai oleh Kamila Andini pada Berlin International Film Festival ke-72[30].
Di tahun yang sama, Happy Salma mendapatkan penghargaan sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik pada ajang penghargaan Indonesian Movie Actors Awards (IMAA) 2022 untuk perannya sebagai Nana pada Film Before, Now, and Then (Nana).[31] Ia juga meraih penghargaan sebagai Aktris Film Pilihan Tempo 2022 atas perannya dalam Film Before, Now, and Then (Nana) .[32]
Tulola Jewelry
Selain dunia seni peran dan sastra, kesibukan Happy saat ini adalah bisnis perhiasan dengan merk Tulola [33] yang ia dirikan bersama Sri Luce Rusna dan Franka Makarim.[34]
Tulola memiliki konsep yang sangat unik dengan desain yang kental dengan nuansa Indonesia. Peran Happy sendiri adalah sebagai Founder dan Creative Conceptor[35]. Perannya sebagai Creative Conceptor adalah mengadaptasi inspirasi awal menjadi sebuah konsep utuh untuk dieksekusi menjadi desain perhiasan. Sebagai contoh, desain perhiasan yang terinspirasi dari jenis musik Indonesia, keroncong, melahirkan koleksi bernama “Juwita Malam”.[36]
Happy Salma menikah pada 3 Oktober 2010 dengan Tjokorda Bagus Dwi Santana Kerthyasa [37] yang merupakan pria keturunan bangsawan Ubud, Bali dan berdarah Bali-Australia. Mereka menikah di Puri Sareh, Kabupaten Gianyar, Bali.
Mereka dikaruniai dua buah hati, yaitu Tjokorda Sri Kinandari Kerthyasa dan Tjokorda Ngurah Rayidaru Kerthyasa.
Diskografi
Album studio
Shalma (1997)
Karya tulis
Buku
Pulang (2006)
Telaga Fatamorgana (2008)
Hanya Salju dan Pisau Batu (2010) — bersama Pidi Baiq