Pergerakan yang menuntut hak istirahat dan bersantai dapat ditilik kembali ke abad ke-19 dan gerakan delapan jam per hari. Sebagai contoh, pada 1856, tukang batu yang bekerja di Universitas Melbourne di Australia meletakkan alat-alat mereka untuk menuntut pengurangan jam kerja. Kemudian, mereka mendapat jaminan jam kerja maksimal 8 jam per hari, dan ini menjadi contoh pertama perlindungan hukum dari pekerjaan yang berlebihan.[1]
Negara-negara Peserta mengakui hak anak untuk beristirahat dan bersantai, bermain dan turut serta dalam kegiatan-kegiatan rekreasi yang sesuai dengan usia anak yang bersangkutan dan untuk turut serta secara bebas dalam kehidupan budaya dan seni
Hak istirahat dan bersantai dianggap sebagai hak ekonomi, sosial, dan budaya, dan bukan hak sipil dan politik.