Gedangsewu, Pare, Kediri
Gedangsewu (bahasa Jawa: Hanacaraka:ꦒꦺꦣꦁꦱꦺꦮꦸ, Pegon: ڬداڠسيوو, translit. Gèdhangséwu) adalah sebuah desa yang memiliki kawasan industri di wilayah kecamatan Pare, kabupaten Kediri, provinsi Jawa Timur, Indonesia. Desa Gedangsewu terdiri dari 5 dusun, yaitu: dusun Gedangsewu Wetan, dusun Gedangsewu Kulon, dusun Talun, dusun Duluran dan dusun Parerejo. Mayoritas penduduk desa Gedangsewu bekerja sebagai petani, peternak maupun buruh industri. Sebagai desa berkategori desa penghasil industri dan jasa, desa Gedangsewu memiliki area sentra industri berlokasi di sepanjang jalan Banda yang bergerak dibidang peternakan, perkayuan maupun industri lainnya (biji plastik, eggtray), dimana industri tersebut berperan penting dalam ketersediaan pasokan telur, daging ayam dan bebek maupun hasil industri lain di kecamatan Pare maupun kabupaten Kediri. SejarahDesa Gedangsewu merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Penamaan desa ini dengan nama Gedangsewu memiliki sejarah yang panjang. Kisah ini bermula dari sebuah perjalanan yang dilakukan oleh 3 bersaudara yang berasal dari Kesultanan Demak yaitu, Mbah Sarikromo, Mbah Poncodongso, dan Mbah Madyani. Mereka bertiga melakukan perjalanan dari Kesultanan Demak menuju wilayah timur Pulau Jawa berdasarkan pada perintah yang mereka dapatkan secara gaib. Pada suatu ketika perjalanan mereka sampai di wilayah tanah luas yang ditumbuhi banyak tanaman Pare. Mbah Poncodongso kemudian menyebut wilayah itu dengan sebutan Pare Rejo. Sebagai peninggalan dari Mbah Poncodongso, di wilayah Pare Rejo hingga kini terdapat bangunan sumur tua sebagai tempat yang diyakini sebagai petilasan Mbah Poncodongso. Dua saudara yang lain yaitu Mbah Sarikromo dan Mbah Madyani melanjutkan perjalanan hingga menemukan sumber air yang muncul dari pecahan batu. Wilayah ini kemudian disebut oleh Mbah Sarikromo sebagai Sumber Pancur. Tempat ini memiliki keunikan dari tanaman-tanaman yang tumbuh melingkupi sumber air. Tepat di depan gerojogan terdapat sebuah pohon Beringin yang masih lestari sampai sekarang. Selain itu, di sisi sebelah selatan dari sumber air terdapat pohon yang sangat besar dan memiliki akar gantung yang menjuntai ke tanah yang akan berputar-putar saat tertiup angin. Pohon ini oleh masyarakat setempat disebut dengan pohon Siwil Kutil. Selain dua tanaman tadi, di tempat ini pula tumbuh pohon pisang yang sangat unik. Keunikannya terletak pada jumlah buah pisang yang tumbuh dari pohon ini. Tidak seperti tanaman pisang pada umumnya, tanaman ini memiliki buah yang sangat banyak meski berukuran kecil. Saksi sejarah yang pernah melihatnya menuturkan bahwa pohonnya seperti pohon pisang raja hanya saja berbuah sangat banyak. Masyarakat kemudian menyebutnya sebagai gedhang raja sewu dalam Bahasa Indonesia berarti “pisang raja seribu”. Pohon pisang yang unik ini kemudian menjadi inspirasi bagi Mbah Sarikromo untuk menyebut wilayah tersebut sebagai wilayah Gedhangsewu atau sekarang dikenal sebagai Desa Gedhangsewu.[2] Pembagian WilayahWilayah desa Gedangsewu terbagi menjadi 5 dusun, yaitu:
BatasDesa Gedangsewu terletak berbatasan langsung dengan pusat pemerintahan kecamatan Pare, dengan batas-batasnya sebagi berikut:
Kepala Desa
Perangkat DesaMerujuk pasal 11 ayat (1), s/d (5) dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015[3] tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa, desa Gedangsewu yang berstatus desa swasembada memiliki 1 sekretaris desa, 3 kepala urusan (Kaur),3 kepala seksi (Kasi) dan 5 kepala dusun (Kasun) seperti tercantum di bawah ini :
DemografiKependudukanJumlah penduduk desa Gedangsewu berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kediri untuk Tahun 2021 per Desember 2021 sebanyak 18.836 jiwa yang terdiri dari 9.477 laki-laki dan 9.359 perempuan. Mata pencaharian utama penduduk desa Gedangsewu adalah Petani, Wiraswasta dan Karyawan Swasta.
Sumber : Dispendukcapil Kab. Kediri, 2021 PendidikanPAUD / TK / KB
Sekolah Dasar
Sekolah Menengah
Non-Formal
Referensi
|