Garuda Indonesia Penerbangan 708
Garuda Indonesian Airways Penerbangan 708 adalah penerbangan penumpang domestik terjadwal Garuda Indonesian Airways (sekarang Garuda Indonesia) dari Jakarta menuju Manado, dengan perhentian di Surabaya dan Makassar. Pada tanggal 16 Februari 1967, dalam etape terakhir penerbangan tersebut dari Makassar menuju Manado, pesawat Lockheed L-188C Electra yang mengoperasikan penerbangan tersebut mengalami kecelakaan ketika mendarat di Bandar Udara Mapanget di Manado. Kecelakaan tersebut menewaskan 22 dari 84 penumpang, sedangkan delapan awak pesawat semuanya selamat. PesawatPesawat yang mengalami kecelakaan adalah sebuah Lockheed L-188C Electra dengan nomor seri manufaktur 2021, nomor lini produksi 169, dan registrasi PK-GLB. Garuda Indonesian Airways menerima pengiriman pesawat tersebut pada bulan Januari 1961.[1] Pemeriksaan terakhir yang dilakukan terhadap pesawat dilakukan pada tanggal 13 November 1966, dan pesawat memiliki sertifikat kelaikan terbang yang berlaku hingga tanggal 23 Juni 1967. Pesawat memiliki 12.359 jam terbang sebelum mengalami kecelakaan.[2] PenerbanganPenerbangan 708 berangkat dari Jakarta ke Manado via Surabaya dan Makassar. Di leg kedua penerbangan ini mengalami cuaca buruk pada penerbangan di Makassar memaksa kru untuk kembali ke Surabaya. Penerbangan dilanjutkan pada hari berikutnya ke Makassar dan ke Manado. Cuaca di Manado adalah berawan pada ketinggian 900 kaki dan jarak pandang 2 km. Pendekatan untuk landasan pacu 18 dibuat, tetapi setelah melewati sebuah bukit dengan ketinggina 200 meter di atas elevasi landasan pacu dan 2.720 kaki dekat dari ambang pintu, pilot menyadari bahwa ia terlalu tinggi dan terlalu ke kiri dari titik tengah tersebut. Hidung diturunkan dan pesawat berbelok ke arah kanan untuk mencegah pesawat tergelincir. Kecepatan penurunan di bawah kecepatan 125 knot sasaran ambang batas dan pesawat, masih berbelok ke arah kanan, mendarat dengan sangat berat pada jarak 156 kaki dari ambang batas landasan pacu. Bagian bawah hancur dan pesawat tergelincir dan terbakar. Kemungkinan penyebab kecelakaan itu adalah keputusan untuk melakukan teknik pendaratan yang canggung mengakibatkan tingkat berlebihan pada saaat pendaratan. Di antara faktor yang berkontribusi adalah landasan yang tidak rata dari landasan pacu dan cuaca marginal pada saat pendaratan.[3] Referensi
|