GKR Anom (almh) lahir BRAjG Sri Murhanjati KPH Hadibrata (alm) lahir Kolonel Budi Permana
GBRAy Murdokusumo lahir BRAj Sri Murdiyatun KRT Murdokusumo (alm)
GBRAy Riyokusumo lahir BRAj Sri Kuswarjanti
GBRAy Darmokusumo lahir BRAj Sri Muryati KRT Darmokusumo (alm)
GBRAy Padmokusumo lahir BRAj Sri Kusuladewi KRT Padmokusumo
KGPH Hadikusumo (alm) lahir BRM Murtyanta BRAy Hadikusumo lahir Dr. Sri Hardani
KGPH Hadiwinoto (alm) lahir BRM Ibnu Prastowo BRAy Hadiwinoto lahir Aryuni Utari
GBPH Hadisuryo lahir BRM Kaswara BRAy Hadisuryo lahir Andinidevi
GBPH Prabukusumolahir BRM Harumanto BRAy Prabukusumo (almh) lahir Kuswarini
GBPH Joyokusumo (alm) lahir BRM Sumyandana BRAy Joyokusumo lahir Nuraida
GBPH Pakuningrat lahir BRM Anindita
GBPH Yudhaningratlahir BRM Sulaksmana BRAy Yudhaningrat lahir Rr Endang Hermaningrum
GBPH Candraningrat lahir BRM Habirama BRAy Candraningrat lahir Hery Iswanti
GBPH Cakraningrat (alm) lahir BRM Prasasta BRAy Cakraningrat lahir Laksmi Indra Suharjana
GBPH Suryodiningrat lahir BRM Arianta BRAy Suryodiningrat lahir Farida Indah
GBPH Suryomataram lahir BRM Sarsana BRAy Suryomataram lahir Safarina Malik
GBPH Hadinegoro lahir BRM Harkamaya BRAy Hadinegoro lahir Iceu Cahyani
GBPH Suryonegoro lahir BRM Swatindra BRAy Suryonegoro (almh)
Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawana Langgeng Ing Mataram (bahasa Jawa: ꦒꦸꦱ꧀ꦠꦶꦏꦁꦗꦼꦁꦫꦠꦸꦩꦁꦏꦸꦨꦸꦩꦶ; lahir 24 Februari 1972), sebelumnya bernama Gusti Kanjeng Ratu Pembayun dan memiliki nama kecil Gusti Raden Ajeng Nurmalitasari adalah putri pertama dari pasangan Hamengkubuwana X dengan Ratu Hemas dan seorang Putri Mahkota dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
GKR Mangkubumi menerima penganugerahanDiarsipkan 2023-06-28 di Wayback Machine. gelar Doctor of Humane Letters dari Northern Illinois University Amerika Serikat pada tanggal 28 Juni 2023. Prosesi penganugerahan dilaksanakan di Universitas Widya Mataram Yogyakarta.
Pernikahan dan kehidupan pribadi
Ratu Mangkubumi menikah dengan Nieko Messa Yudha yang bergelar Kanjeng Pangeran Harya Wironegoro pada tanggal 28 Mei 2002. Berhubung ia adalah putri tertua, maka pernikahan tersebut mendapat banyak perhatian dari publik. Pernikahan tersebut juga menjadi acuan bagi pernikahan-pernikahan keempat adik-adiknya.
Sebelum menikah, sesuai dengan adat keraton, calon pengantin wanita menerima gelar dan nama baru dari sebelumnya Gusti Raden Ajeng Nurmalitasari menjadi Gusti Kanjeng Ratu Pembayun. Pemberian gelar ini dilangsungkan melalui upacara wisuda yang digelar di Keraton Yogyakarta. Sementara itu calon pengantin pria mendapat gelar Kanjeng Pangeran Haryo Wironegoro. Pada saat yang bersamaan, ia juga diangkat sebagai pemimpin kegiatan keputren dan seluruh putri keturunan Hamengkubuwana X.[1]
Sesuai dengan adat yang berlaku di keraton, Hamengkubuwana X sendiri yang menikahkan putrinya dengan K.P.H. Wironegoro. Prosesi "Panggih" pernikahan dihadiri oleh pejabat tinggi negara, termasuk presiden Megawati Soekarnoputri serta Duta-duta besar perwakilan negara-negara sahabat.[3]
Sebagai putri raja, Ratu Pembayun melewati prosesi "Pondongan" dalam prosesi "Panggih" di mana mempelai pria dibantu salah seorang paman dari mempelai wanita GBPH Yudhaningrat memondong (mengangkat) mempelai wanita sebagai simbol 'meninggikan' posisi seorang istri. Beberapa berita melaporkan bahwa prosesi "Panggih" ini diliputi oleh suasana 'magis' berkaitan dengan angin kencang yang bertiup di dalam tembok keraton serta petir yang menyambar di siang hari.[4]
Usai "Panggih", kedua mempelai kemudian dikenalkan kepada masyarakat melalui prosesi "Kirab". Sebagai putri pertama, Ratu Pembayun harus dikirab keliling benteng keraton, menggunakan kereta pusaka "Kanjeng Kyai Jongwiyat", sesuai dengan adat istiadat yang berlaku. Prosesi "Kirab" yang sudah tidak pernah dilaksanakan lagi sejak zaman pemerintahan Hamengkubuwana VIII ini dihadiri oleh ratusan ribu warga Yogyakarta.[5] Pernikahan Agung Keraton Yogyakarta ini mengikuti tradisi yang dipertahankan sejak ratusan tahun dan diteruskan hingga adik-adik dari Ratu Pembayun yaitu Maduretno, Hayu dan Bendara.
Pernikahan Ratu Pembayun dan Pangeran Wironegoro dikaruniai dua orang anak, yaitu Putri Raden Ajeng Artie Ayya Fatimasari Wironegoro dan
Pangeran Raden Mas Drasthya Wironegoro. Putri pertamanya sudah cukup dewasa untuk menjalani upacara adat "Tetesan" pada tanggal 22 Desember 2013. Upacara ini menandai bahwa seorang anak perempuan sudah menginjak usia dewasa.[6] Putranya, Raden Mas Drasthya, menganut agama Katolik dan bersekolah di SMA Kolese De Britto Yogyakarta.[7]
Kehidupan dalam keraton
Sebagai putri tertua dan "Lurah Putri" di lingkungan keraton Yogyakarta, Ratu Mangkubumi bertugas mengharmoniskan hubungan dengan adik-adiknya dan keluarga besar keraton pada umumnya.[8] Jabatanya sebagai salah satu "Penghageng" juga menuntutnya untuk memimpin beberapa upacara adat di lingkungan keraton seperti "Tumplak Wajik", "Peksi Burak" juga beberapa upacara adat lainnya.
Menurutnya keraton sebagai pusat kebudayaan harus menjadi saringan dari pengaruh modernisasi yang tidak sesuai dengan budaya kita. Pada saat yang sama keraton juga harus membuka diri dengan kemajuan zaman. Saat ditanya mengenai sukses di lingkungan keraton, dia menjawab "Tergantung bapak saja,".[9]
Salah satu bentuk dari usaha melestarikan budaya terwujud dalam keaktifan Ratu Mangkubumi dalam olah tari. Dia adalah penari keraton andalan bersama adik-adiknya Ratu Condrokirono, Ratu Hayu dan Ratu Bendara.
Pada tanggal 5 Mei 2015, sesuai Sabdaraja yang dikeluarkan oleh Hamengkubuwana X, Ratu Mangkubumi yang sebelumnya bergelar Gusti Kanjeng Ratu Pembayun menerima gelar Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawana Langgeng ing Mataram atau Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi yang secara otomatis menjadikannya sebagai pewaris tahta keraton.
Selain aktif dalam berbagai organisasi sosial dan kemasyarakatan, Ratu Mangkubumi menjabat sebagai Direktur PT Yogyakarta Tembakau Indonesia (perusahaan rokok kretek yang dibangun untuk mengurangi angka pengangguran di Bantul) dan PT Yarsilk Gora Mahottama, serta Komisaris Utama PT Madu Baru.[10]
Di berbagai kesempatan GKR Mangkubumi mendorong anggota Gerakan Pramuka untuk dapat berprestasi sampai ke tingkat Internasional. Dimulai dari Yogyakarta, untuk Indonesia dan Dunia. Meneruskan dan mengembangkan apa yang telah dimulai oleh Bapak Pramuka Kak Sultan Hamengku Buwono IX yang tidak lain adalah kakeknya.
Dalam kepengutusan Kwartir Nasional masa bakti 2018-2023, GKR Mangkubumi menjadi Wakil Ketua/Ketua Komisi Pengabdian Masyarakat (Abdimas) yang terus mengaktualisasikan program pramuka dekat dengan masyarakat. Bermitra dengan berbagai lembaga-lembaga untuk terus mengembangkan program kepramukaan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Kiprah GKR Mangkubumi dalam menjalin kerjasama dengan berbagai kelembagaan membuat Komisi Abdimas menjadi semakin luas jangkauan serta kegiatan yang dilakukan. Termasuk pula memprioritaskan publikasiDiarsipkan 2023-06-08 di Wayback Machine. dalam setiap program yang dijalankan melalui berbagai media.
Ratu Mangkubumi juga pernah menjabat sebagai Ketua Karang Taruna provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta selama 10 tahun (2002–2012) di mana ia mengarahkan organisasi tersebut untuk membina kepemimpinan dan meningkatkan sumber penghidupan pemuda. Ratu Mangkubumi juga aktif bekerja sama dengan BKKBN untuk masalah kesehatan reproduksi remaja dan juga kesetaraan gender.[18] Ia juga aktif dalam bidang pendidikan. Sebagai seorang ibu, Ratu Mangkubumi berusaha menyempatkan waktu untuk sebisa mungkin mengawasi putra-putrinya belajar.[19] Disamping aktivitas tersebut, Ratu Mangkubumi juga duduk sebagai anggota dewan kehormatan di Palang Merah IndonesiaDaerah Istimewa Yogyakarta.[20]
Menjadikan Yogyakarta sebagai cyber province
Pada awal tahun 2012, Ratu Mangkubumi membawakan proposal dengan tujuan menjadikan Yogyakarta jadi provinsi cyber/cyber province pertama. Hal itu diungkapkan Ratu Mangkubumi saat memberikan keynote speech pada pertemuan The Education World Forum 2012 yang diadakan di gedung The Queen Elizabeth II Conference Centre, London, Inggris yang berlangsung selama tiga hari dari 9 hingga 11 Januari 2012.[21]
Aktivitas sosial
Saat suaminya KPH Wironegoro mengawali kiprahnya di dunia politik, banyak pertanyaan apakah Ratu Mangkubumi akan mengikuti jejak suami dan ibunya. Ratu Mangkubumi menepis pertanyaan tersebut dengan menyatakan dia lebih nyaman di pekerjaan sosial.[19][22]
Sebagai aktivis di bidang sosial, Ratu Mangkubumi pernah mendapatkan penghargaan "Wanita Tak Terpatahkan" (Sunsilk Unbreakable Woman) atas usahanya untuk memberdayakan perempuan di desa-desa.[23][24]
^Ujang Hasanudin (8 Februari 2013). "GKR Pembayun Emoh Berpartai". HarianJogja.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-16. Diakses tanggal 8 Februari 2013.
^Tomi Sujatmiko (15 Desember 2013). "Resmikan Kampung Wisata Kuliner, 'This Is It'..., Cokies Ubi Ungu GKR Pembayun". Kedaultan Rakyat Online.Parameter |access-date= membutuhkan |url= (bantuan)