Firmanzah
Prof. Firmanzah, S.E., M.M., M.Phil., Ph.D. (7 Juli 1976 – 6 Februari 2021)[2][3] adalah akademisi asal Indonesia.[4] Sebelum meninggal, ia menjabat sebagai Rektor Universitas Paramadina. Ia terkenal ketika di usia 32 tahun berhasil menjadi Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) untuk periode 2009-2013.[5] Sebagai akademisi, terpilihnya Fiz (panggilan akrab Firmanzah) sebagai dekan menerobos senioritas dalam tubuh Universitas Indonesia. Fiz terpilih sebagai dekan pada 14 April 2008. Fiz berhasil mengungguli Prof. Sidarta Utama Ph. D., CFA dan Arindra A. Zainal Ph. D. sebelum akhirnya benar-benar terpilih.[5] Terpilihnya Fiz juga tercatat menjadi sejarah baru sebagai dekan termuda yang pernah dimiliki Universitas Indonesia.[6] Menurut Fiz, impiannya membawa UI melalui fakultas yang dipimpinnya menjadi kampus modern dan terbuka adalah hal yang mendorongnya ikut mencalonkan diri menjadi dekan FEUI hingga akhirnya terpilih.[7] Selain beraktivitas menjadi dekan, Fiz juga aktif dalam seminar-seminar baik dalam negeri maupun luar negeri.[8] Ia juga aktif menulis baik buku maupun jurnal.[8] Lebih dari 20 jurnal telah ia terbitkan dan beberapa buku juga telah ia tulis dan terbit.[8] Pada 15 Januari 2015, ia terpilih sebagai Rektor Universitas Paramadina periode 2014-2018, menggantikan Anies Baswedan yang terpilih sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.[9] Sebelumnya ia juga pernah menjadi Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Karier dan PerjalananPria kelahiran 7 Juli 1976 ini merupakan anak ke 8 dari 9 bersaudara.[10] Ia terlahir di keluarga sederhana dengan ibu Kusweni yang buta huruf dan ayah Abdul Latief.[10] Di usia dua tahun, Fiz ditinggalkan oleh ayahnya karena perceraian.[10] Fiz mendapatkan sebuah konsep pebelajaran dari ibunya berupa manajemen berdasar hasil (management by output)[10].Fiz diberi kebebasan oleh orang tuanya dalam menentukan cara belajar, tetapi yang penting nilai yang diraih saat sekolah harus baik.[10] Pria yang memiliki visi menjadi orang yang berguna bagi masyarakat ini tidak pernah memimipkan untuk memimpin sebuah institusi.[11] Peraih gelar doktor dari University of Pau et Pays de l’Adour, Prancis, ini tidak pernah membayangkan bisa menjadi dekan universitas ternama di Indonesia itu di usia mudanya. Meski demikian, kepemudaannya bukanlah titik jual (selling point) mengapa ia terpilih, tetapi dia memiliki pengalaman praksis yang solid dengan catatan akademiknya yang baik.[11] Fiz merupakan lulusan Fakultas Ekonomi UI pada 1998.[8] Setelah itu, ia bekerja sebagai analis pasar pada sebuah perusahaan asuransi dan menjadi asisten dosen di UI. Fiz kemudian meneruskan studinya ke Universitas Lille di Prancis.[8] Ia mendalami bidang strategi organisasi dan manajemen atas beasiswa dari universtas tersebut.[8] Firmanzah juga sekaligus menjalani studinya pada tingkat doktoral dalam bidang manajemen internasional dan strategis di Universitas Pau and Pays De l’Adour, dan selesai pada 2005.[8] Selepas lulus program doktoralnya, Fiz sempat mengajar setahun di Prancis hingga akhirnya memutuskan pulang ke tanah air dan bekerja di UI pada 2005. Ia kembali kembali ke Indonesia atas permintaan Dekan FE UI saat itu, Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro.[10] Tiga tahun setelahnya, tepatnya pada 14 April 2008, Firmanzah mengukir sejarah di alma maternya.[6] Ia terpilih sebagai dekan FE UI menggantikan Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro.[6] Proses pemilihan dekan tersebut diselenggarakan kurang lebih selama dua bulan.[6] Tahapan pertama para kandidat harus memasukkan proposal, presentasi publik dan wawancara dengan panitia 11.[5] Sementara, Panitia ini terdiri tiga perwakilan dari masing-masing departemen (ilmu manajemen, ilmu akuntansi dan ilmu ekonomi), satu unsur dari alumni dan satu unsur lainnya dari universitas.[5] Pada tahap pertama, Fiz lolos beserta dua kandidat kuat lainnya Prof. Sidarta Utama Ph D, CFA dan Arindra A Zainal Ph.[5] Kemudian, Fiz melewati proses uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) dan presentasi terbuka di depan para mahasiswa, alumni, dosen, maupun staf peneliti.[5] Pengujinya adalah rektor UI sendiri, Prof der Soz Gumilar Rusliwa Somantri, bersama wakil rektor I, II, dan III.[7] Hingga akhirnya terpilih secara keseluruhan Fiz telah berhasil mengungguli lima kandidat lainnya: yakni Dr. Adi Zakaria, Dr. Nining Soesilo, Prof. Akhmad Syahroza, Dr. Chaerul Djakman, Dr. Syaifol Choeryanto.[5] PemikiranFiz meyakini bahwa ilmu ekonomi tidak akan bisa berdiri sendiri bila akan diimplemetasikan dalam realitas.[11] Ia menggunakan ekonomi seharusnya dipaham dengan pendekatan berbasis multidisipliner.[11] Ekonomi memiliki metodologi kuantitatif yang kuat, tetapi memiliki banyak kelemahan yang sebaiknya dilengkapi dengan disiplin ilmu yang lainya. Menurut Fiz, hal ini akan memuat seorang ekonom tidak terjebak oleh fundamentalisme pemahaman hingga ekonom itu bisa menjadi fundamentalis ekonomi.[11] Pemasaran PolitikSebagai contoh, Dalam hal manajemen, Firmanzah mencoba menggabungkan ilmu manajemen, khususnya pemasaran, dengan politik.[12] Muncullah istilah pemasaran politik, yang menurutnya, merupakan perilaku bagaimana politisi dan partai politik bisa memasarkan ide dan gagasannya, memenangi persaingan, atau mengelola partai politik.[12] Fiz memahami pemasaran politik adalah sebagai proses panjang. Proses ini berawal dari mengumpulkan informasi, pemetaan dan analisis semua persoalan, hingga kemudian perumusan solusinya.[12] Ini merupakan proses hulunya. Proses ini yang jarang disentuh.[12] Dengan demikian partai politik, menurut Fiz, seharusnya menempatkan litbang (penelitian dan pengembangan) partai sebagai divisi yang strategis.[12] Pada akhirnya, program-program yang dibawa oleh partai politik akan sesuai dengan kondisi permasalahan nyata di masyarakat.[12] Hal ini, menurutnya, akan menghindarkan partai politik dari pragmatisme politik. Proses ini bermuara pada pemosisian (positioning) parta politik yang jelas sehingga tida menimbulkan kegamangan pemilih dalam menentukan pilihannya.[12] KepemimpinanSementara, dalam hal kepemimpinan, Fiz mengatakan bahwa dialog harus terus dibuka.[11] Hal ini akan membuka mata para pemimpin akan keadaan nyata yang dihadapi.[11] Menurut Fiz, pemimpin masa kini harus bisa menjembatani perbedaan antara kepentingan dan aspirasi yang muncul di publik. Fiz mendasarkannya pada keadaan masyarakat yang semakin tersegmen. Hal ini menimbulkan kebragaman yang bila tidak diakomodasi, akan menimbulkan perselisihan.[11] Dalam kehidupan, pengagum teori Tsun Zu ini menyatakan bahwa rasa kemanusiaan adalah naluri yang paling kuat untuk memenangkan pertarungan dalam hidup.[11] Baginya, pertarungan itu bisa terjadi di mana saja, dan yang membedakan antara yang menang dan yang kalah adalah strategi.[11] “Humanity’s strongest instinct to win battles, which can be applied to any walk of life. Battles are everywhere and what makes the difference between the loser and the winner is their strategy.”[11] Profil LengkapLatar Belakang PendidikanBerikut latar belakang pendidikan Firmanzah selengkapnya.[4]
Pengalaman Kerja, Pengajaran, dan PenelitianPengalaman dalam bidang pengajaran, peneliti dan pembicara dalam forum internasional antara lain sebagai berikut.[4]
Pengalaman profesi Firmanzah sebagai berikut.[4]
Seminar dan PublikasiSebagai seorang intelektual muda, Firmanzah juga aktif dalam kegiatan seminar dan forum internasional, publikasi dalam jurnal ilmiah, tulisan populer dan buku. Di antaranya sebagai berikut.[4]
Dalam kurung waktu 2002 hingga 2008, Firmanzah telah memublikasikan lebih dari 20 publikasi ilmiah baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Beberapa diantaranya[4]
Artikel Koran Fiz yang telah dipublikasikan antara lain.[4]
Selain itu, ia juga aktif menulis buku antara lain [4]
(Gramedia Pustaka Utama, 2011) Referensi
|