Mayor Jenderal TNI. Dr. Farid Makruf, M.A. (lahir 6 Juli 1969) merupakan seorang perwira tinggi TNI-AD yang sejak 3 Juni 2024 mengemban amanat sebagai Tenaga Ahli Pengkaji Bidang Sumber Kekayaan Alam Lemhannas.[1]
Farid, merupakan lulusan Akademi Militer (1991) ini berasal dari kecabangan Infanteri (Kopassus).[2] Jabatan terakhir jenderal bintang dua ini adalah Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat.[3]
Gelar Doktor
Farid Makruf meraih gelar Doktor dalam bidang Ilmu Sosial di Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah pada 2024. Farid Makruf berhasil mempertahankan disertasi berjudul "Analisis Sistem Budaya Ketadulakoan dalam Perspektif Ketahanan Nasional. Farid berhasil memperoleh IPK 3.99 dengan predikat pujian. Ia berhasil menyelesaikan kuliah doktoralnya di Pasca Sarjana Universitas Tadulako selama 1 tahun 11 bulan 5 hari.
Gelar Master
Farid Makruf memperoleh gelar Master dalam bidang Security Study di University of Hull, Inggris pada 1998.
Prestasi
Penugasan
Pada 2003-2004, Farid Makruf yang masih berpangkat Kapten ditugaskan bergabung dengan UNAMSIL (United Nation Mission in Sierra Leone). Misi ini dibentuk oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak Oktober 1999 untuk membantu pelaksanaan Kesepakatan Perdamaian Lomé, sebuah perjanjian yang dimaksudkan untuk mengakhiri perang saudara Sierra Leone..
Satgas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad)
Pada 2018, Farid Makruf yang masih berpangkat Kolonel menjadi Komandan Satuan Tugas Komando Satgas Gabungan Terpadu (Dansatgas Kogasgabpad) Operasi Penanggulangan Bencana Alam Gempa Bumi Wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat. Ia berhasil membuat sistem bantuan pemerintah yakni rumah senilai Rp.50 Juta per unit, dan sudah terbangun 47 ribu rumah di Lombok. Sampai akhirnya diterima di Lemhannas tanpa tes. Kemudian pada 2019, Farid Makruf menyelesaikan pendidikan di Lemhannas.
Pemburuan Teroris Ali Kalora
Saat menjabat Komandan Korem 132/Tadulako yang berada di bawah naungan Kodam XIII/Merdeka. Namanya mulai melambung dan dikenal publik. Hal ini tak lepas karena ia menjadi salah satu perwira tinggi TNI Angkatan Darat yang dikenal sebagai pemburu sisa-sisa anggota Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) Poso. Ia turun tangan langsung ke lapangan bersama anak buahnya untuk mengejar Ali Kalora cs. Pada periode 2020 sampai 2021 ia ditunjuk sebagai Wakil Penanggung Jawab Operasi Madago Raya
Pendidikan Militer
- Akademi Militer (1991)
- Sesarcabif
- Dik PARA
- Dik Komando
- Diklapa I
- Diklapa II
- Seskoad (2005)
- Sesko TNI
- Lemhannas (2019)
Riwayat jabatan
- Danbrigif 13/Galuh (2011—2013)
- Asops Kasdam IX/Udayana (2013—2014)
- Kasrem 121/Alambhana Wanawai (2016)
- Danrem 162/Wira Bhakti (2016—2018)
- Paban V/Bhakti Ster TNI (2018—2019)
- Pamen Denma Mabesad (2019—2020)
- Danrem 132/Tadulako[4] (2020—2021)
- Dirdiklat Pusterad[5] (2021—2022)
- Wairjen TNI[6] (2022)
- Pangdam V/Brawijaya[7] (2022—2023)
- Kaskostrad (2023—2024)
- TA Pengkaji Bidang Sumber Kekayaan Alam Lemhannas (2024—sekarang)
Penghargaan
Dada kanan
|
Dada kiri
|
|
|
Senior Parachutist Badge (Singapore Army)
|
Basic Parachutist Badge (Royal Thai Army)
|
|
|
Galeri
Referensi