Eurabia adalah neologisme politik.[2] Konsep ini dicetuskan oleh penulis Gisele Littman (dengan nama pena Bat Ye'Or) pada awal 2000-an. Menurut Littman, kata ini memiliki makna teori konspirasi ketika negara-negara Eropa dan Arab berusaha mengislamisasi dan mengarabisasi Eropa sehingga melemahkan budaya asli Eropa dan menggagalkan hubungan Eropa dengan Amerika Serikat dan Israel.[3][4]
Sejumlah teori konspirasi serupa juga dikembangkan dari "teori konspirasi induk" Littman.[5] Kata ini digunakan oleh aktivis beraliran kanan[6] dan anggota gerakan kontrajihad.[7] Pernyataan yang paling umum dari teori ini adalah transisi demografi Eropa yang berlangsung begitu cepat dilakukan oleh "para politikus dan pegawai negeri Eropa”,[8] dan hal ini akan menciptakan mayoritas masyarakat Muslim yang suatu saat akan bersikap kasar terhadap negara induk atau negara yang telah menaungi mereka.[9] Ada pula beberapa pernyataan lain dalam teori ini, salah satunya adalah pemegangan kendali atas birokrat pemerintahan, kaum intelegensia, dan pemimpin politik Eropa.[10] Teori konspirasi ini sering disamakan dengan teori konspirasi antisemit seperti The Protocols of the Elders of Zion atau Zionist Occupation Government.[11][12]
Meski sejumlah pakar demografi ternama percaya bahwa populasi Muslim di Eropa akan terus bertambah, kemungkinan adanya mayoritas Muslim di Eropa nanti kecil sekali.[13]Pew Research Center menulis bahwa "data yang kami miliki sama sekali tidak mengarah ke konsep 'Eurabia'",[14] dan data tersebut memperkirakan bahwa persentase Muslim akan naik menjadi 8% pada tahun 2030. Beberapa akademisi menganggap konsep Eurabia sebagai teori konspirasi Islamofobia.[15]
Asal usul
Eurabia merupakan judul nawala (newsletter) yang diterbtikan tahun 1970-an oleh Comité européen de coordination des associations d'amitié avec le monde Arabe, a Euro-Arab friendship committee.[1] Menurut Bat Ye'or, teoriwan Eurabia paling berpengaruh saat ini, nawala tersebut diterbitkan bekerja sama dengan France-Pays Arabes (jurnal Association de solidarité franco-arabe atau ASFA), Middle East International (London), dan Groupe d'Etudes sur le Moyen-Orient (Jenewa).[16]
Pasca serangan 11 September, Muslim dan dunia Arab dianggap sebagai suatu ancaman.[12] Populasi minoritas Muslim dan imigrasi Muslim mendapat perhatian politik yang besar. José Pedro Zúquete mengatakan bahwa:
Ancaman bahwa Bulan Sabit akan terbit di benua Eropa dan kekhawatiran akan munculnya Eropa yang dikuasai Muslim telah menjadi fitur dan tema ideologis dasar yang dipercayai kalangan ekstrem kanan Eropa.[6]
Eurabia kemudian diangkat lagi melalui tulisan-tulisan Bat Ye'or, salah satunya buku yang diterbitkan tahun 2005, Eurabia: The Euro-Arab Axis,[3] padahal ia baru pertama kali memakai istilah ini pada tahun 2002.[16][17] Karena itu Ye'or dianggap sebagai pencipta istilah ini.[18]
Di Eurabia: The Euro-Arab Axis, Bat Ye'or mengklaim bahwa Eurabia merupakan hasil kebijakan Eropa yang dirintis Prancis yang awalnya bertujuan meningkatkan pengaruh Eropa terhadap Amerika Serikat dengan menyelaraskan kepentingannya dengan kepentingan negara-negara Arab. Saat krisis minyak 1973, Masyarakat Ekonomi Eropa (pendahulu Uni Eropa) mengadakan Dialog Eropa-Arab (EAD) dengan Liga Arab.[19]
Ye'or menyebutnya sebagai penyebab utama sengitnya pendapat Eropa terhadap Israel. Ia mengacu pada kebijakan luar negeri gabungan Eropa-Arab yang menurutnya anti-Amerika dan anti-Zionis.[16] Definisi Eurabia menurut Ye'or adalah:
Eurabia adalah kenyataan geopolitik yang dicetuskan tahun 1973 melalui sistem aliansi tak resmi antara sembilan negara Masyarakat Eropa (EC) yang kemudian membesar dan menjadi Uni Eropa (EU) pada tahun 1992 dan negara-negara Arab Mediterania. Aliansi dan perjanjian tersebut dibahas di pemerintahan tingkat tertinggi di setiap negara EC bersama perwakilan Komisi Eropa, dan setiap negara Arab bersama perwakilan Liga Arab. Sistem ini disusun di bawah naungan asosiasi bernama Dialog Eropa-Arab (EAD) yang dibentuk bulan Juli 1974 di Paris.[20]
Ye'or membuat hubungan dekat antara konspirasi Eurabia dengan istilah "kedzimmian" (dhimmitude) sambil menyebut dugaan "tunduknya dunia Barat terhadap Islam".[18]
Dampak
Akademik
Teori Eurabia dianggap sebagai teori konspirasi Islamofobis dan ekstremis[4][6] di lingkungan akademisi[15] dan media arus utama.[21] Awalnya, akademisi tidak terlalu tertarik dengan teori Eurabia karena tidak ada dasar faktanya.[5][12] Eurabia dipelajari dalam studi ekstremisme kanan[6] dan politik Timur Tengah.[22] Pandangan mereka berubah pasca serangan Norwegia 2011 dan beberapa karya tulis soal teori konspirasi Eurabia mulai bermunculan.[18][23] Akan tetapi, dosen ilmu politik dan anggota Pontifical Council for Justice and Peace, Janne Haaland Matlary, menolak analisis ini. Menurutnya, "sudah terlambat untuk mempelajari sesuatu yang usang".[24]
Politik Eropa
Teori-teori ini gagal memengaruhi sebagian besar pembuat kebijakan dan akademisi.[12] Namun Eurabia tetap menjadi tema dasar di kalangan ekstremis kanan Eropa. Melalui persaingan politik dengan partai kanan yang memiliki perwakilan di parlemen, tema utama anti-Islam mulai diangkat di perpolitikan Eropa,[6] contohnya kasus Geert Wilders:
Pemerintahan kita turut membantu proses Islamisasi Belanda. Di seluruh Eropa, kalangan elit membuka pintu lebar-lebar. Dalam waktu singkat, suatu saat nanti satu dari lima orang di Uni Eropa adalah Muslim. Sungguh berita yang bagus bagi pemerintahan multikultural yang menganggap kepatuhan kepada Allah sebagai tugas utamanya. Sungguh berita bagus pula bagi partai CDA: C-D-A, singkatan dari Christenen Dienen Allah (Kristen Melayani Allah).[25]
Persaingan politik tersebut merintis penentuan sikap politik yang dulu dianggap ekstrem, namun di sisi lain juga mengubah posisi kaum kanan yang biasanya mengangkat tema ini saat membicarakan hak-hak perempuan dan homoseksual.[6][26][27]
Sejarawan konservatif Nigel Ferguson menyebut konsep kemungkinan Islamisasi Eropa ini hanya didasarkan pada fakta demografi dan ketiadaan benua.[28]
Serangan Norwegia 2011
2083: A European Declaration of Independence, manifesto Anders Behring Breivik, pelaku serangan Norwegia 2011, mencakup diskusi panjang dan dukungan terhadap teori "Eurabia". Manifesto tersebut juga berisi beberapa artikel tentang Eurabia yang ditulis Bat Ye'Or dan Peder Are Nøstvold Jensen (Fjordman).
[29] Karena itu teori ini mendapat perhatian luas dari media pasca serangan tersebut.[30] Dalam sidang Breivik, hakim mengatakan bahwa "banyak orang yang menyukai teori konspirasi Breivik, termasuk teori Eurabia. Akan tetapi, pihak pengadilan melihat bahwa sedikit sekali orang yang menyukai pemikiran Breivik soal penggunaan teror dalam memerangi Islamisasi."[31]
Politik A.S.
Di Amerika Serikat, teori ini didukung kuat oleh pegiat gerakan kontrajihad, salah satunya presiden Stop Islamization of America, Robert Spencer[32] dan komentator politik sayap kanan Daniel Pipes[33] dan Mark Steyn.[34] Dalam kampanye pencalonan presiden Partai Republik 2011–2012, Rick Santorum mengingatkan bahwa Eropa "sedang menciptakan kesempatan munculnya Eurabia", dan benua Eropa "perlahan lenyap karena masyarakatnya tidak memiliki keturunan."[35]
Teori Eurabia juga diusung oleh kaum yang tidak terlalu konservatif, misalnya Bruce Bawer, ekspatriat Amerika Serikat yang tinggal di Eropa sejak 1990-an. Ia mendukung tuduhan Ye'Or bahwa sedang terjadi upaya sengaja untuk menciptakan Eurabia. Bawer berpendapat bahwa banyak politikus dan pembuat kebijakan Eropa, demi mendapat suara Muslim atau menciptakan multikulturalisme, mengizinkan pembentukan wilayah khusus Muslim yang mengabaikan hak asasi manusia dan melazimkan sejumlah fenomena sosial seperti pembunuhan bermartabat.[36][37][38]
Bernard Lewis berpendapat bahwa pada suatu saat nanti, Islam akan mengambil alih Eropa.[39] Ia mengatakan bahwa, "Eropa akan Islami pada akhir abad [ke-21]."[40][41]
Laqueur menegaskan sikapnya dan menulis bahwa "kekhawatiran bahwa Eropa bisa saja menjadi Eurabia yang didominasi Muslim dan mengadopsi syariah adalah distorsi yang parah terhadap pandangan kalangan terpelajar mengenai kondisi Eropa masa kini dan masa depan". Ia menulis bahwa imigran Muslim di Eropa datang dari berbagai negara, kebanyakan non-Arab, dan mereka memiliki "kepentingan bersama... namun memiliki perbedaan besar, termasuk sikap mereka terhadap agama".[55]
Kritik
Meski mengakui bahwa integrasi imigran adalah proses yang sulit, The Economist menolak konsep Eurabia dan menyebutnya "upaya untuk menakut-nakuti".[56]Simon Kuper di Financial Times menganggap buku Ye'or sebagai "selingan yang cukup berpengaruh", mirip "Protocols of the Elders of Zion tapi terbalik". Ia juga menambahkan bahwa "meski tak masuk akal, Eurabia berhasil menjadi induk spiritual bagi sebuah genre buku".[42] Di artikel lain, Kuper menulis bahwa sebagian besar akademisi yang mempelajari demografi menolak prediksi bahwa Uni Eropa akan dihuni oleh mayoritas masyarakat Muslim.[57]
Menurut Marján dan Sapir, ide dasar Eurabia "didasarkan pada suatu teori konspirasi ekstremis yang katanya negara-negara Eropa dan Arab bekerja sama untuk menggagalkan eksistensi Israel dan mengislamisasikan seluruh benua [Eropa]."[4]
Di Race & Class tahun 2006, pengarang dan jurnalis lepas Matt Carr berpendapat bahwa Eurabia telah beralih dari "teori konspirasi tak dikenal" menjadi "fantasi Islamofobia yang berbahaya". Carr mengatakan:
"Untuk menerima tesis Ye'or yang konyol ini, selain meyakini adanya rencana Islam untuk menguasai Eropa yang melibatkan seluruh pemerintah Arab baik 'Islami' atau tidak, kita juga perlu meyakini adanya lembaga parlemen rahasia tak terpilih dengan kemampuan luar biasa untuk mengubah seluruh institusi poliitk, ekonomi, dan budaya Eropa menjadi instrumen 'jihad' tanpa sepengetahuan pers atau institusi resmi manapun di benua ini. Dalam penafsiran hubungan Eropa-Arab yang sangat didorong ideologi ini, Ye'or gagal membuktikan 'sejarah rahasia' yang hendak diungkapkannya."[11]
Arun Kundnani, menulis untuk International Centre for Counter-terrorism, berkata bahwa Eurabia memenuhi "kebutuhan struktur" gerakan kontrajihad untuk mengarang suatu teori konspirasi. Ia menyamakan teori Eurabia dengan teori The Protocols of the Elders of Zion.[8]
Justin Vaïsse, penulis Integrating Islam Political and Religious Challenges in Contemporary France, berusaha mendiskreditkan sesuatu yang ia sebut sebagai "empat mitos mazhab alarmis" dengan mengambil contoh Muslim di Prancis. Ia menulis secara spesifik bahwa tingkat pertumbuhan penduduk Muslim lebih rendah daripada yang diperkirakan Eurabia, terutama dikarenakan tingkat kesuburan imigran ikut menurun seiring terjadinya integrasi masyarakat.[58] Ia kemudian menulis bahwa Muslim bukanlah kelompok monolith ataupun kelompok kohesif,[59] dan banyak Muslim yang memang mau mengintegrasikan dirinya secara politik dan sosial. Terakhir, ia menulis bahwa meski jumlahnya banyak, Muslim memiliki pengaruh yang cukup kecil terhadap hubungan luar negeri Prancis.[60]
David Aaronovitch menulis bahwa para pendukung Eurabia tidak bisa membedakan kaum Islamis dengan Muslim arus utama. Ia mengakui bahwa ancaman "teror jihadis" itu nyata, tetapi tidak ada yang namanya ancaman Eurabia. Aaronovitch berkesimpulan bahwa mereka yang mempelajari teori konspirasi akan menganggap Eurabia sebagai teori yang menggabungkan "tesis Sad Dupes dengan ide Enemy Within".[61]
Dalam buku Wars of Blood and Faith, analis militer konservatif Amerika Serikat Ralph Peters menulis bahwa alih-alih menguasai Eropa melalui perubahan demografi, "Muslim Eropa justru hidup di era ketidakpastian". Menurutnya, seandainya terjadi serangan teroris besar di Eropa, Muslim Eropa "akan merasa beruntung jika mereka dideportasi." Ini semua berkat "kelicikan [bangsa Eropa] yang tak dapat dihapus" serta kecenderungan masyarakat yang suka menanggapi berlebihan setiap ancaman nyata atau dugaan ancaman.[62]
Eric Kaufmann, penulis Shall the Religious Inherit the Earth: Demography and Politics in the Twenty-First Century (2011), berpendapat bahwa mayoritas Muslim sangat tidak mungkin terjadi di Eropa dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Ia menyatakan bahwa "sekalipun tingkat kelahiran Muslim yang tinggi tidak berubah, Islam akan memberi pengaruh besar di Eropa—jadi ide Eurabia yang lebih masuk akal perlu dibicarakan secara terbuka. Akan tetapi, bukti-bukti demografi terkini menunjukkan adanya penurunan tingkat kelahiran Muslim dan ini berarti Eropa justru semakin plural."[63]
^Kata ini adalah gabungan 'Eropa' dan 'Arabia'. Istilah ini pertama kali digunakan sebagai nama nawala komite persahabatan Eropa-Arab tahun 1970-an.[1] See wikt:Eurabia and fr [Eurabia (nawala)].
^ ab"Eurabiske vers" (dalam bahasa Norwegian). Morgenbladet. August 19, 2011. Diakses tanggal April 27, 2012.Parameter |trans_title= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Grim, Brian J.; Karim, Mehtab S.; Cooperman, Alan; Hackett, Conrad; Connor, Phillip; Chaudhry, Sahar; Hidajat, Mira; Hsu, Becky (January 2011). Stencel, Sandra; Rosen, Anne Farris; Yoo, Diana; Miller, Tracy; Ramp, Hilary, ed. The Future of the Global Muslim Population (Projections for 2010-2030)(PDF). Washington, D.C.: Pew Research Center. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2012-03-10. Diakses tanggal May 12, 2012.Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)Summary about Europe0Diarsipkan 2012-03-23 di Wayback Machine., retrieved 18 September 2012.
Fredrik Mandal; Kenneth Nodeland (July 24, 2011). "Terroristen ville bruke atomvåpen" (dalam bahasa Norwegian). Bergens Tidende. Diakses tanggal May 12, 2012.Parameter |trans_title= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Archer, Toby (July 25, 2011). "Breivik's Swamp". Foreign Policy. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-11-19. Diakses tanggal May 12, 2012.
^Bruce Bawer, The New Quislings: How the International Left Used the Oslo Massacre to Silence Debate About Islam, Broadside Books, 2012-01-31, ISBN 978-0-06-218869-4
^Tunku Varadarajan (June 23, 2005). "Prophet of Decline". The Wall Street Journal. Diakses tanggal none. Europe is no longer Europe, it is 'Eurabia,' a colony of IslamPeriksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)
^Dopo Londra (September 15, 2006). "Il nemico che trattiamo da amico". Corriere della Sera. Diakses tanggal May 13, 2012. Fallaci says(Italia) "Sono quattr' anni che parlo di nazismo islamico, di guerra all' Occidente, di culto della morte, di suicidio dell' Europa. Un' Europa che non è più Europa ma Eurabia e che con la sua mollezza, la sua inerzia, la sua cecità, il suo asservimento al nemico si sta scavando la propria tomba." ("Since four years I am talking about the Islamic Nazism, the war to the West, the cult of death, the suicide of Europe. A Europe that is no longer Europe but Eurabia, which with its softness, its inertia, its blindness, its servitude to the enemy is digging its own grave.")
^"Tales from Eurabia". The Economist. June 22, 2006. Diakses tanggal December 19, 2008. Integration will be hard work for all concerned. But for the moment at least, the prospect of Eurabia looks like scaremongering.
^See also "Merely speaking of a 'Muslim community in France' can be misleading and inaccurate: like every immigrant population, Muslims in France exhibit strong cleavages based on the country of their origin, their social background, political orientation and ideology, and the branch or sect of Islam that they practice (when they do)." in Justin Vaisse, Unrest in France, November 2005, 2006-01-12