Pada Zen, ensō (円相code: ja is deprecated , "bentuk melingkar")[1] adalah lingkaran yang digambar tangan dalam satu atau dua sapuan kuas tanpa hambatan untuk mengekspresikan momen ketika pikiran bebas membiarkan tubuh berkreasi.
Deskripsi
Ensō melambangkan pencerahan yang mutlak, kekuatan, keanggunan, alam semesta, dan mu (kekosongan). Hal ini ditandai dengan minimalisme yang lahir dari estetika Jepang.
Menggambar ensō adalah praktik disiplin-kreatif lukisan tinta Jepang, sumi-e. Peralatan dan mekanisme menggambar ensō sama dengan yang digunakan dalam kaligrafi Jepang tradisional: Seseorang menggunakan kuas tinta untuk mengoleskan tinta pada washi (kertas tipis Jepang).
Lingkaran bisa terbuka atau tertutup. Dalam kasus sebelumnya, lingkaran tidak lengkap, memungkinkan untuk gerakan dan pengembangan serta kesempurnaan segala sesuatu. Praktisi Zen menghubungkan gagasan itu dengan wabi-sabi, keindahan ketidaksempurnaan. Ketika lingkaran ditutup, itu mewakili kesempurnaan, mirip dengan bentuk sempurna Plato, alasan mengapa lingkaran digunakan selama berabad-abad dalam konstruksi model kosmologis.
Biasanya, seseorang menggambar ensō dalam satu gerakan ekspresif yang lancar. Ketika digambar menurut gaya kaligrafi Jepang Sōsho (kursif), sapuan kuasnya sangat cepat. Setelah ensō digambar, seseorang tidak mengubahnya. Ini membuktikan karakter penciptanya dan konteks penciptaannya dalam periode waktu yang singkat dan berkelanjutan. Menggambar ensō adalah latihan spiritual yang bisa dilakukan seseorang sesering sekali sehari.[2]
Latihan spiritual menggambar ensō atau menulis kaligrafi Jepang untuk realisasi diri ini disebut hitsuzendō. Ensō mencontohkan berbagai dimensi perspektif dan estetika wabi-sabi Jepang: fukinsei (asimetri, ketidakteraturan), kanso (kesederhanaan), koko (dasar; lapuk), shizen (tanpa kepura-puraan; alami), yugen (rahmat yang sangat mendalam), datsuzoku (kebebasan), dan seijaku (ketenangan).