Meskipun Elgar sering dianggap sebagai komponis yang khas Inggris, musiknya sebagian besar dipengaruhi oleh musik benua Eropa dan bukan dari Inggris. Ia merasakan dirinya sebagai orang terasing, tidak hanya secara musikal, melainkan juga secara sosial. Dia adalah seorang komponis autodidak di kalangan pemusik yang didominasi akademisi. Sebagai seorang Katolik Roma di Britania Raya yang dominan Protestan, ia diperhatikan dengan kecurigaan oleh beberapa kalangan. Di tengah masyarakat Britania yang sadar kelas pada era Edward dan era Victoria, ia sangat sensitif mengenai asal usulnya yang hina. Meskipun demikian, ia menikah dengan anak perempuan dari perwira senior angkatan darat Britania. Istrinya merupakan inspirasi bagi dirinya secara musikal dan sosial. Namun ia harus berjuang untuk mencapai kesuksesan yang diraihnya pada usia empat puluhan setelah serangkaian karya-karyanya, Enigma Variations (1899) menjadi populer di Inggris dan juga di luar negeri. Enigma Variations disusul dengan karya paduan suara, The Dream of Gerontius (1900) yang diangkatnya dari teks Katolik Roma sehingga lembaga Anglikan menjadi resah. "The Dream of Gerontius" berhasil menjadi dan kemudian bertahan sebagai karya repertoar utama di Britania dan negara lainnya. Karya paduan suara religius berdurasi penuh yang diciptakannya kemudian mendapat sambutan baik, tetapi tidak masuk ke dalam repertoar reguler. Bagian pertama Pomp and Circumstance Marches (1901) dikenal secara luas di negara-negara berbahasa Inggris.
Pada usia lima puluhan, Elgar menggubah sebuah simfoni dan sebuah konserto biola yang sangat sukses. Simfoni kedua dan konserto cellonya tidak tidak langsung populer di kalangan publik dan perlu waktu bertahun-tahun sebelum mendapat tempat di repertoar konser orkestra Britania. Karya yang diciptakan Elgar pada usia lanjut terutama hanya menarik perhatian penggemar di Britania. Namanya nyaris tidak dikenal selama satu generasi setelah kematiannya. Elgar kembali mendapat perhatian dari publik pada tahun 1960-an berkat rekaman baru karya-karyanya. Sebagian dari karyanya kembali mendapat perhatian dari dunia internasional, namun masih lebih banyak dimainkan di Britania daripada di negara-negara lainnya.
Elgar dikenang sebagai komponis pertama yang secara serius menaruh minat pada gramofon. Antara tahun 1914 dan 1925, ia melakukan serangkaian rekaman akustik untuk karya-karyanya. Setelah diciptakannya mikropon pada tahun 1925 yang memungkinkan reproduksi suara lebih akurat, Elgar membuat rekaman-rekaman baru untuk sebagian besar karya-karya orkestra utama yang digubahnya serta cuplikan dari The Dream of Gerontius. Rekaman-rekaman tersebut dirilis kembali dalam bentuk piringan hitam pada tahun 1970-an dan CD pada tahun 1990-an.
Biografi
Masa muda
Edward Elgar dilahirkan di desa kecil Lower Broadheath, di luar kota Worcester, Inggris. Ayahnya bernama William Henry Elgar (1821–1906), dibesarkan di Dover dan pernah bekerja magang untuk sebuah penerbit musik di London. Pada 1841, William pindah ke Worcester, kota tempatnya bekerja sebagai penyetem piano dan mendirikan sebuah toko penjual lembaran partitur dan instrumen musik.[1] Pada tahun 1848, ayahnya menikah dengan Ann Greening (1822–1902), putri seorang pekerja peternakan.[2] Edward dilahirkan sebagai anak keempat dari 7 bersaudara.[n 1] Ann Elgar pindah ke agama Katolik Roma tidak lama sebelum kelahiran Edward sehingga ia dibaptis dan dibesarkan sebagai seorang Katolik Roma, meskipun ayahnya tidak setuju.[n 2] William Elgar adalah seorang pemain biola berstandar profesional dan menjabat sebagai organis Gereja Katolik Roma St. George, Worcester, dari 1846 hingga 1885. Berkat upayanya, publik di Three Choirs Festival untuk pertama kalinya mendengar lagu-lagu misa Cherubini dan Hummel yang dimainkan oleh orkestra tempatnya bermain biola.[5] Semua anak-anak Elgar dibesarkan dengan musik. Pada usia delapan tahun, Elgar belajar piano dan biola. Ayahnya yang menyetem piano di banyak rumah-rumah besar di Worcestershire kadang mengajaknya untuk ikut, dan memberinya kesempatan untuk mempertontonkan keahlian bermain piano di hadapan tokoh-tokoh penting setempat.[1]
Ibu Elgar tertarik dengan seni dan mendorong perkembangan musik putranya.[2] Dari ibunya, ia mewarisi minat terhadap sastra dan kecintaan pada alam pedesaan.[6] Seorang kawan sekaligus penulis biografi W. H. "Billy" Reed menulis bahwa lingkungan masa kecil Elgar memiliki pengaruh yang "merasuki semua karyanya dan memberikan kepadanya untuk seumur hidup, kualitas Inggris yang halus namun kokoh dan sejati."[7][n 3] Ia mulai menggubah pada usia muda, sebuah sandiwara yang ditulis dan diperankan oleh anak-anak keluarga Elgar sewaktu ia berusia sekitar sepuluh tahun. Ia menulis musik yang ketika diaransemen ulang olehnya empat puluh tahun kemudian hanya memerlukan perubahan kecil, dan diorkestrasi sebagai sebuah suita berjudul The Wand of Youth.[2]
Hingga berusia lima belas tahun, Elgar bersekolah di Littleton [n 4] House (sekarang Littleton ditulis sebagai Lyttleton), dekat Worcester. Satu-satunya
pendidikan musik formal yang diterimanya selain les biola dan piano dari guru-guru musik setempat adalah pelajaran biola tingkat mahir dari Adolf Pollitzer semasa kunjungan singkat ke London 1877–1878. Elgar berkata "musik pertama aku pelajari di Katedral... dari buku-buku pinjaman milik perpustakaan musik, waktu aku berusia delapan, sembilan, atau sepuluh."[10] Ia mempelajari buku pedoman teknik bermain organ dan membaca semua buku teori yang dapat ditemukannya.[5] Ia nantinya mengaku kalau dirinya sangat terbantu oleh artikel-artikel karya Hubert Parry di Grove Dictionary of Music and Musicians.[11] Elgar mulai belajar bahasa Jerman, dengan harapan dapat kuliah di Konservatorium Leipzig untuk menerima pendidikan musik tingkat lanjut, tetapi ternyata ayahnya tidak mampu membiayai. Bertahun-tahun kemudian dalam artikel mengenai profil dirinya The Musical Times menyebut kegagalan bersekolah di Leipzig sebagai keberuntungan untuk perkembangan musik Elgar: "Dengan demikian, komponis yang sedang bertunas dapat melarikan diri dari dogmatisme sekolah musik."[5] Setelah lulus sekolah di Littleton pada tahun 1872, Elgar tidak jadi pergi ke Leipzig, tetapi bekerja di kantor notaris setempat sebagai kerani. Pekerjaan di kantor tidak dirasakannya sebagai menyenangkan. Sebagai pelampiasan, ia tidak saja berpaling ke musik tetapi juga ke sastra, dan berubah menjadi pembaca yang rakus.[n 5] Sekitar waktu-waktu tersebut, ia tampil pertama kali di hadapan publik sebagai violis dan organis.[13]
Setelah beberapa bulan, Elgar berhenti bekerja dari kantor notaris untuk memulai karier musik. Ia memberi les piano dan biola, serta kadang-kadang bekerja di toko ayahnya.[1] Bersama sang ayah, ia menjadi anggota aktif Glee Club Worcester. Ia bermain biola mengiringi para penyanyi, menggubah dan mengaransemen karya-karya, serta untuk pertama kalinya menjadi dirigen. Pollitzer percaya bahwa sebagai violis, Elgar memiliki potensial untuk menjadi salah satu dari solois terkemuka di Inggris,[14] tetapi Elgar sendiri, setelah pernah mendengar permainan virtuoso terkemuka di konser-konser terkemuka di London, merasa bahwa permainan biolanya kurang mantap, dan akhirnya menanggalkan ambisinya untuk menjadi solois.[1] Pada usia 22 tahun, ia mengisi posisi dirigen band karyawan rumah sakit Worcester and County Lunatic Asylum in Powick, lima kilometer dari Worcester.[5] Band yang dipimpinnya terdiri dari: piccolo, flute, klarinet, dua kornet, eufonium, tiga atau empat biola pertama dan biola kedua dalam jumlah yang sama, viola, cello, double bass, dan piano.[15] Elgar melatih para pemain, menulis, dan mengaransemen musik mereka, termasuk quadrille dan polka untuk kombinasi instrumen musik yang tidak umum. The Musical Times menulis, "Pengalaman praktis ini terbukti sangat berharga untuk musisi muda ini. ... Ia mendapat pengetahuan praktis tentang kemampuan berbagai instrumen berbeda. ... Oleh karena itu, ia dapat mengenal secara intim warna nada, kelebihan dan kekurangan alat musik ini itu, dan banyak alat musik lainnya."[5] Ia menjabat dirigen selama lima tahun, berpergian ke Powick seminggu sekali mulai tahun 1879.[1] Jabatan lainnya yang dipegangnya pada masa-masa awal adalah sebagai pengajar biola di Worcester College for the Blind Sons of Gentlemen.[5]
Meskipun sifatnya agak penyendiri dan introspektif, Elgar banyak dikenal di kalangan musik Worcester.[2] Ia bermain biola di festival-festival di Worcester dan Birmingham. Salah satu pengalaman besarnya adalah memainkan Simfoni No. 6 karya Dvořák dan Stabat Mater dengan memegang tongkat dirigen.[16] Elgar secara teratur bermain dalam kuintet instrumen musik tiup kayu bersama saudara laki-lakinya Frank, seorang pemain obo (sekaligus dirigen yang memiliki band alat musik tiup sendiri).[5] Elgar mengaransemen sejumlah karya Mozart, Beethoven, Haydn, dan lainnya untuk kuintet, sambil mempertajam keahlian menggubah dan mengaransemen.[5]
Pada kunjungan pertamanya ke luar negeri. Elgar mengunjungi Paris pada tahun 1880 dan Leipzig pada tahun 1882. Ia mendengarkan permainan organ Saint-Saëns di La Madeleine dan menonton konser-konser orkestra kelas satu. Pada tahun 1882, ia menulis, "Saya cukup banyak mendengarkan Schumann (ideal aku!), Brahms, Rubinstein & Wagner, jadi aku tidak punya alasan untuk mengeluh."[10] Ketika berada di Leipzig, ia sempat mengunjungi seorang teman, Helen Weaver yang belajar di Konservatorium Leipzig. Mereka bertunangan pada musim panas 1883, tetapi pertunangan itu batal tahun berikutnya karena alasan yang tidak jelas.[1] Elgar merasa sangat tertekan, dan sejumlah karya musik romantik gubahannya yang sulit dimengerti secara tidak langsung mungkin ditujukannya kepada Helen dan perasaan kepadanya.[n 6] Sepanjang hidupnya, Elgar sering mendapat inspirasi dari teman-teman wanita dekatnya; Helen Weaver diteruskan oleh Mary Lygon, Dora Penny, Julia Worthington, Alice Stuart Wortley, dan akhirnya Vera Hockman yang memberi semangat pada usia tuanya.[17]
Pada tahun 1883, ketika menjadi anggota tetap orkestra untuk musim konser musim dingin W. C. Stockley di Birmingham, Elgar mengambil bagian dalam pergelaran Sérénade mauresque, salah satu dari karya yang digubahnya untuk orkestra lengkap. Stockley mengundangnya untuk menjadi dirigen, tetapi seperti kenang Stockley di kemudian hari, "dia menolak, dan, bahkan, berkeras untuk bermain bersama orkestra. Sebagai konsekuensi, dia harus tampil dengan fiddle di tangan, untuk mengetahui sendiri begitu tulus dan aslinya sambutan tepuk tangan dari penonton."[18] Ia sering pergi ke London, berusaha agar karya-karyanya dapat diterbitkan. Namun periode tersebut terbukti sebagai periode bersedih hati dan kekurangan uang dalam hidupnya. Ia menulis kepada seorang kawan pada April 1884, "Prospek aku kira-kira seperti biasa tidak ada harapan ... Aku pikir aku tidak butuh semangat, jadi kadang-kadang aku berkesimpulan bahwa ini aku perlu kemampuan ... Aku tidak punya uang – tidak satu sen pun."[19] Selama bertahun-tahun, ia menjadi asisten untuk ayahnya, William Elgar, organis di Gereja Katolik Roma St George, Worcester, dan menjadi penggantinya selama empat tahun mulai tahun 1885. Selama periode tersebut, ia menulis karya liturgi pertama dalam tradisi Katolik, dimulai dari tiga motet Op. 2 (1887) untuk paduan suara empat bagian (Ave Verum Corpus, Ave Maria, dan Ave Maris Stella), serta diikuti dengan Ecce sacerdos magnus untuk mengiringi kedatangan uskup dalam kunjungan resmi ke St. George pada tahun 1888, keempat karya tersebut hingga ini tetap bertahan dalam repertoar paduan suara gereja.
Pernikahan
Ketika Elgar berusia 29 tahun, ia menerima seorang murid baru bernama Caroline Alice Roberts, putri mendiang Mayor Jenderal Sir Henry Roberts sekaligus pengarang yang sudah menerbitkan fiksi prosa dan sajak. Alice berusia delapan tahun lebih tua daripada Elgar. Keduanya menikah tiga tahun kemudian. Penulis biografi Elgar, Michael Kennedy menulis, "Keluarga Alice ketakutan setelah tahu maksud Alice menikahi seorang musisi tidak dikenal yang bekerja di toko dan penganut Katolik Roma. Ia tidak diberi warisan."[1] Pernikahan dilangsungkan 8 Mei 1889 di Oratorium Brompton.[16] Sejak menikah hingga meninggal dunia, Alice berperan sebagai manajer bisnis dan sekretaris suaminya, menenangkan perubahan suasana hati suami dan bertindak sebagai kritikus musik yang tanggap.[20][21] Meskipun tidak begitu berhasil, ia berupaya melakukan yang terbaik agar suaminya mendapat perhatian dari kalangan berpengaruh.[22] Perlahan-lahan Elgar belajar untuk dapat menerima penghargaan yang diberikan untuknya, sadar bahwa istrinya dan kelas sosial tempat istrinya berada, membutuhkan penghargaan itu, dan memahami segala yang telah dikorbankan istrinya untuknya demi memajukan karier suami.[n 7] Dalam buku hariannya ia menulis, "Mengurusi seorang genius betul-betul pekerjaan seumur hidup untuk wanita mana pun."[24] Sebagai hadiah pertunangan, Elgar mempersembahkan lagu Salut d'Amour, gubahan singkat untuk biola dan piano.[n 8] Berkat dukungan Alice, keluarga Elgar pindah ke London agar berada lebih dekat dengan pusat kehidupan musik Britania, dan Elgar mulai mencurahkan waktunya untuk menggubah. Anak satu-satunya mereka, Carice Irene lahir di rumah kediaman mereka pada 14 Agustus 1890. Nama putrinya itu, seperti ditulis Elgar pada halaman persembahan Salut d'Amour berasal dari singkatan nama istrinya, Caroline dan Alice.
Elgar memanfaatkan sepenuhnya kesempatan untuk mendengar musik yang tidak akrab di telinganya. Pada saat belum adanya rekaman dan partitur mini, komponis muda sulit mengetahui adanya musik-musik baru.[25] Elgar berusaha untuk menghadiri semua konser-konser di Crystal Palace. Elgar menghabiskan hari demi hari bersama Alice pergi ke gedung konser untuk mendengarkan musik dari berbagai komponis. Di antaranya terdapat komponis empu orkestrasi seperti Berlioz dan Wagner. Elgar belajar banyak dari mereka.[2] Namun gubahan hasil karyanya hanya berdampak sedikit terhadap dunia musik London. August Manns memimpin versi orkestra Salut d'amour karya Elgar dan "Suita dalam D" di Crystal Palace, serta dua penerbit menerima beberapa karya biola Elgar, organ voluntary, part-song.[26] Beberapa kesempatan memikat terlihat berada dalam jangkauan, tetapi lenyap secara tidak terduga.[26] Sebagai contoh, sebuah tawaran dari Royal Opera House, Covent Garden untuk memainkan beberapa gubahan Elgar dibatalkan pada menit terakhir setelah Sir Arthur Sullivan datang secara tiba-tiba untuk latihan beberapa musik ciptaannya. Sullivan merasa bersalah ketika nantinya Elgar bercerita kepadanya tentang peristiwa yang terjadi.[n 9] Satu-satunya pesanan penting yang diterima Elgar sewaktu berada di London berasal dari kota tempat asalnya. Komite Festival Worcester Festival Committee memintanya untuk menggubah sebuah karya orkestra singkat untuk Three Choirs Festival tahun 1890.[28] Diana McVeagh dalam Grove Dictionary of Music and Musicians menilai karya hasil pesanan itu sebagai "karya utama pertama darinya, Froissart yang bebas dan meyakinkan." Elgar bertindak sebagai dirigen untuk penampilan pertamanya di Worcester, September 1890.[2] Akibat kurangnya pekerjaan lainnya, ia terpaksa meninggalkan London pada tahun 1891 dan kembali berkumpul bersama istri dan anaknya di Worcestershire, tempatnya mencari nafkah memimpin ensambel musik setempat dan mengajar. Elgar dan keluarga menetap di kota asal Alice di Great Malvern.[2]
Bermasalah memainkan berkas ini? Lihat bantuan media.
Sepanjang tahun 1890-an, Elgar perlahan-lahan membangun reputasi sebagai komponis, terutama berkat karya-karyanya untuk festival paduan suara di English Midlands. The Black Knight (1892) dan King Olaf (1896) yang keduanya terinspirasi oleh Longfellow, serta The Light of Life (1896) dan Caractacus (1898) ternyaa cukup sukses, dan ia mendapatkan kontrak jangka panjang dengan penerbit Novello and Co.[29] Karya lainnya dari dekade 1890-an termasuk Serenade for Strings (1892) dan Three Bavarian Dances (1897). Elgar sudah cukup dipercaya untuk dapat merekomendasikan seorang komponis muda Samuel Coleridge-Taylor beserta sebuah konser karyanya ke Three Choirs Festival untuk membantu karier komponis muda itu.[n 10] Elgar juga menarik perhatian para kritikus terkenal, tetapi tinjauan yang ditulis mereka sopan-sopan saja dan tidak bernada antusias. Walaupun Elgar sedang laris sebagai komponis festival, ia hanya puas secara finansial dan merasa kurang dihargai. Pada tahun 1898, ia berkata bahwa dirinya "sangat sakit dalam hati soal musik" dan berharap dapat menemukan jalan untuk sukses dengan sebuah karya lebih besar. Teman bernama August Jaeger mencoba memberinya semangat: "Sehari tenggelam dalam kesedihan ... tidak akan menghapus hasratmu, kebutuhan dirimu, yakni kemampuan kreatif dalam mencipta yang telah diberikan Tuhan kepadamu. Saat namamu dikenal di seluruh dunia akan tiba."[31]
Pada tahun 1899, prediksi Jaeger tiba-tiba menjadi kenyataan. Ketika berusia 42 tahun, Elgar memproduksi Enigma Variations yang dipertunjukkan perdana di London dengan dirigen terkenal Jerman Hans Richter. Komentar Elgar, "Aku menyusun satu set 'variasi' berdasarkan tema orisinal. 'Variations' betul-betul menyenangkan bagiku karena judul-judulnya diambil dari nama julukan milik teman-teman tertentu ... dalam kata lain, aku menulis variasi-variasi pada setiap bagian untuk melambangkan suasana hati dari 'pihak' (temanku itu) ... dan aku telah menggubah apa yang aku pikir akan ditulis oleh mereka--kalau mereka cukup mampu untuk menggubah".[32] Ia mempersembahkan karyanya itu "Untuk teman-temanku yang diceritakan di dalamnya". "Nimrod" kemungkinan adalah variasi yang paling terkenal, isinya menggambarkan Jaeger temannya. Semata-mata pertimbangan musikal membuat Elgar tidak menyertakan variasi yang menggambarkan Arthur Sullivan dan Hubert Parry. Ia mencoba menggambarkan keduanya dengan musik, tetapi gagal membuat variasi untuk mereka.[33] Sebagai sebuah karya berskala besar, Enigma Variations mendapat pujian untuk keaslian, pesona, dan kepiawaian menggubah, sekaligus mendudukan Elgar sebagai komponis Britania terpenting dari generasinya.[2]
Enigma Variations secara resmi diberi judul Variations on an Original Theme. Kata "Enigma" muncul pada enam birama pertama sehingga gubahan ini populer sebagai Enigma Variations. Karya ini sendiri berupa sebuah enigma alias teka-teki, meski ada empat belas variasi dari "tema orisinal", masih ada tema yang mencakup semua, tetapi tidak pernah dijelaskan oleh Elgar. Ia hanya mengatakan tema itu "mengalir dan meliputi keseluruhan set", tetapi tidak pernah terdengar.[n 11] Komentator nantinya memperhatikan bahwa meskipun Elgar sekarang dipandang sebagai komponis khas Inggris, musik orkestra hasil karyanya, terutama Enigma Variations memiliki kesamaan dengan tradisi musik Eropa Tengah, sesuai dengan ciri khas karya Richard Strauss.[1][2]Enigma Variations disambut baik oleh publik Jerman dan Italia,[35] serta bertahan hingga sekarang ini sebagai sajian utama dalam konser-konser di seluruh dunia.[n 12]
Terkenal secara nasional dan internasional
Penulis biografi Elgar, Basil Maine berkomentar, "Ketika Sir Arthur Sullivan meninggal dunia pada tahun 1900, meski dia komponis dari jenis berbeda, Elgar terlihat jelas oleh banyak orang sebagai penerus sesungguhnya dari pemusik nomor satu di negeri ini."[16] Karya berikut Elgar menjadi sangat ditunggu-tunggu.[36] Untuk Festival Musik Triwarsa Birmingham 1900, ia menggubah puisi The Dream of Gerontius karya Kardinal John Henry Newman untuk solois, paduan suara, dan orkestra. Pertunjukan perdana dipimpin oleh Richter, namun dirusak oleh paduan suara yang kurang persiapan dan menyanyi dengan buruk.[37] Elgar menjadi sangat sedih, tetapi para kritikus mengakui kepiawaian Elgar untuk karyanya itu meski ada cacat dalam pertunjukan pertama.[1] Pertunjukan tersebut digelar di Düsseldorf, Jerman pada tahun 1901 dan diulang pada tahun 1902, dengan dirigen Julius Buths yang juga memimpin pertunjukan perdana Enigma Variations di Eropa pada tahun 1901. Media massa Jerman menyambut dengan antusias. Dalam artikel The Cologne Gazette ditulis, "Pada kedua bagian [itu] kami bertemu dengan keindahan yang tak lekang nilainya. ... Elgar berdiri di atas pundak Berlioz, Wagner, dan Liszt. Ia telah membebaskan dirinya dari pengaruh-pengaruh mereka hingga menjadi tokoh penting. Dia adalah salah seorang pemimpin seni musik zaman modern." The Düsseldorfer Volksblatt menulis, "Pertunjukan pertama tak terlupakan dan terobosan zaman baru! Sejak zamannya Liszt tidak ada oratorio yang pernah dibuat lagi ... belum ada tandingan untuk kantata suci sepenting dan sehebat ini"[38] Richard Strauss yang secara luas dianggap sebagai komponis utama pada zamannya,[39] begitu terkesan dengan kehadiran Elgar hingga dia mengajaknya bersulang untuk kesuksesan "pemusik progresif Inggris pertama, Meister Elgar."[39][n 13] Disusul pertunjukan di Wina, Paris, dan New York,[2][41]The Dream of Gerontius segera dikagumi juga di Britania. Menurut Kennedy, "Karya itu tidak diragukan lagi sebagai karya terbesar Britania dalam bentuk oratorio ... [The Dream of Gerontius] membuka babak baru dalam tradisi paduan suara Inggris dan membebaskannya dari keterlenaan Handel."[1] Elgar sebagai penganut Katolik Roma sangat tergugah oleh puisi Newman mengenai kematian dan penebusan dosa, tetapi beberapa anggota berpengaruh dari lembaga Anglikan establishment tidak setuju. Kolega bernama Charles Villiers Stanford mengeluh karya itu "berbau dupa".[42] The DekanGloucester melarang Gerontius dimainkan di katedralnya pada tahun 1901, dan disusul pelarangan di Worcester pada tahun berikutnya. Dekan bersikeras melakukan pembersihan sebelum mengizinkan karya itu dipertunjukkan.[43]
Karya Elgar yang paling dikenal kemungkinan adalah bagian pertama dari lima bagian Pomp and Circumstance Marches yang digubahnya antara 1901 dan 1930.[44] Setiap tahunnya, lagu ini akrab dengan jutaan pemirsa televisi di seluruh dunia yang menyaksikan Last Night of the Proms,[45] karena menurut tradisi selalu dibawakan dalam acara ini. Ketika bagian yang kontras karena lebih lambat (secara teknis disebut "trio") untuk mars bagian pertama tercipta di benaknya, Elgae memberi tahu Dora Penny temannya, "Aku dapat melodi yang jelasnya akan, akan buat mereka terkapar."[46] Ketika mars bagian pertama dimainkan pada tahun 1901 di Konser London Promenade, pemimpin orkestra adalah Henry J. Wood yang kemudian menulis bahwa penonton "bangkit dan bersorak ... [peristiwa ini] satu-satunya dalam sejarah konser Promenade, gubahan orkestra diberi sambutan dobel ancora."[47] Sebagai peringatan penobatan Edward VII, Elgar ditugaskan untuk menyiapkan Coronation Ode karya A. C. Benson untuk sebuah konser gala di Royal Opera House, Juni 1901. Persetujuan dari raja sudah didapat, dan Elgar mulai bekerja. KontraltoClara Butt berhasil membujuknya agar trio dari bagian pertama mars Pomp and Circumstance diberi lirik yang sesuai. Elgar mengajak Benson untuk menulisnya. Setelah selesai, Elgar memasukkan versi vokal tersebut ke dalam Coronation Ode. Penerbit partitur menyadari potensi gubahan vokal "Land of Hope and Glory", dan meminta Benson dan Elgar untuk membuat revisi lebih lanjut untuk diterbitkan sebagai lagu terpisah.[48] Lagu ini populer secara besar-besaran dan kini dianggap sebagai lagu kebangsaan tidak resmi Britania Raya.[1] Di Amerika Serikat, bagian trio ini hanya dikenal sebagai "Pomp and Circumstance" atau "The Graduation March" ("Mars Wisuda"), dan telah diadopsi dalam upacara wisuda di hampir semua sekolah menengah atas dan perguruan tinggi Amerika Serikat sejak tahun 1905.[49][50]
Pada Maret 1904, festival tiga hari karya-karya Elgar digelar di Covent Garden, sebagai sebuah penghormatan yang belum pernah diberikan untuk komponis Inggris mana pun. The Times berkomentar, "Empat atau lima tahun sebelumnya bila ada orang yang berani meramalkan gedung opera akan dipenuhi dari lantai hingga langit-langit oleh penonton pertunjukan oratorio dari seorang komponis Inggris, orang itu kemungkinan sudah sinting."[51]Raja dan ratu menghadiri konser pertama yang mempertunjukkan The Dream of Gerontius pimpinan Richter,[51] dan kembali pada malam berikutnya untuk pertunjukan kedua, pertunjukan perdana The Apostles di London (pertama kali dimainkan tahun sebelumnya di Festival Birmingham).[52] Konser terakhir pada festival tersebut yang dipimpin sendiri oleh Elgar, sebagian besar berupa orkestra, kecuali sebuah cuplikan dari Caractacus dan versi lengkap Sea Pictures (dinyanyikan oleh Clara Butt). Nomor orkestra terdiri dari Froissart, Enigma Variations, Cockaigne, dua bagian pertama (pada waktu itu hanya ada dua bagian) mars Pomp and Circumstance, serta pertunjukan perdana karya orkestra terbaru In the South (Alassio), terinspirasi oleh liburannya di Italia.[53]
Elgar mendapat anugerah Knight Bachelor di Istana Buckingham, 5 Juli 1904.[54] Bulan berikutnya, ia bersama keluaarga pindah ke Plâs Gwyn,[55] sebuah rumah besar di luar kota Hereford, di pinggir Sungai Wye tempat tinggal mereka hingga tahun 1911.[1] Antara tahun 1902 dan 1914, Elgar sedang berada, seperti kata Kennedy, di puncak kepopuleran.[1] Ia melakukan empat kali kunjungan ke Amerika Serikat, termasuk sebuah kunjungan sebagai dirigen, dan mendapat bayaran pantas dari pertunjukan musik-musiknya. Antara tahun 1905 dan 1908, Universitas Birmingham memberinya jabatan Peyton Professor of Music.[2] Ia menerima jabatan itu dengan segan, karena menurutnya seorang komponis tidak selayaknya menjadi kepala sekolah musik.[56] Ia merasa tidak nyaman dengan perannya itu,[57] sementara ceramah yang diberikannya menyulut kontroversi karena menyerang para kritikusnya[58][n 14] dan mengenai musik Inggris secara keseluruhan: "Vulgaritas dalam perjalan waktu dapat diperhalus. Vulgaritas sering berjalan bersamaan dengan kepandaian mencipta ... pemikiran yang lumrah tidak akan berarti apa-apa kecuali kelumrahan itu sendiri. Seorang pria Inggris akan membawamu ke sebuah ruangan besar, dengan proporsi yang indah, dan akan memberi tahu kepadamu bahwa ruangan itu putih--semuanya putih--dan seseorang akan berkata 'Betul-betul selera yang sangat indah'. Kamu tahu di dalam pikiran kamu sendiri, di dalam jiwa kamu sendiri, kalau itu bukan selera sama sekali, bahwa itu adalah kemauan terhadap selera, bahwa itu sekadar pengelakan. Musik Inggris berwarna putih, dan mengelakkan segalanya." Ia menyesal telah membuat kontroversi dan dengan senang hati meneruskan jabatan itu kepada temannya, Granville Bantock pada tahun 1908.[61] Kehidupan barunya sebagai seorang pesohor ternyata ada untung dan ruginya untuk Elgar yang sangat sensitif. Keterkenalan mengganggu keleluasaan pribadinya, dan ia menjadi sering sakit. Ia mengelih kepada Jaeger pada tahun 1903, "Kehidupanku adalah penyerahan berkesinambungan dari hal-hal kecil yang aku cintai."[62]W. S. Gilbert dan Thomas Hardy keduanya berupaya dapat berkolaborasi dengan Elgar pada dekade tersebut. Elgar menolak, tetapi ia mungkin mau bekerja sama dengan George Bernard Shaw kalau saja Shaw mau.[63]
Komposisi utama Elgar pada tahun 1905 adalah Introduction and Allegro for Strings dipersembahan untuk Samuel Sanford, profesor di Universitas Yale. Elgar berkunjung ke Amerika Serikat pada tahun itu untuk memimpin pergelaran musiknya, dan menerima gelar doktoral dari Yale.[2][n 15] Karya besar berikutnya adalah sekuel untuk The Apostles – sebuah oratorio yang diberi nama The Kingdom (1906). Oratorio ini disambut dengan baik tetapi tidak menarik perhatian imajinasi publik seperti telah dicapai The Dream of Gerontius. Meskipun demikian, di kalangan penggemar sejati Elgar, The Kingdom kadang-kadang lebih disukai daripada karya-karya sebelumnya. Kawan Elgar yang bernama Frank Schuster berkata kepada Adrian Boult yang masih muda, "dibandingkan The Kingdom, Gerontius adalah karya amatir yang mentah."[64] Menjelang ulang tahun ke-50 Elgar, ia mulai menulis simfoni pertama, sebuah proyek yang sudah ada dalam benaknya dalam berbagai bentuk selama hampir sepuluh tahun.[65]Simfoni Pertama (1908) sukses besar secara nasional dan internasional. Dalam beberapa minggu setelah pertunjukan perdana, simfoni ini sudah digelar di New York di bawah pimpinan dirigen Walter Damrosch, di Vienna oleh Ferdinand Löwe, di St. Petersburg oleh Alexander Siloti, dan di Leipzig oleh Arthur Nikisch. Ada pula pergelaran di Roma, Chicago, Boston, Toronto, dan di lima beras kota besar dan kecil di Britania Raya. Dalam setahun lebih sedikit, simfoni ini sudah mencapai pertunjukan ke seratus di Britania Raya, Amerika Serikat, dan daratan Eropa.[66]
Konserto Biola (1910) merupakan pesanan dari Fritz Kreisler salah seorang violis utama internasional waktu itu, Elgar menulisnya sepanjang musim panas 1910, dengan kadang-kadang dibantu violis W. H. Reed, pemimpin London Symphony Orchestra yang memberi saran mengenai hal-hal teknis. Elgar dan Reed bersahabatan erat dan berlangsung hingga akhir hayat Elgar. Biografi Reed, Elgar As I Knew Him (1936), mencatat banyak detail metode menggubah cara Elgar.[67] Konserto Biola tersebut digelar oleh Royal Philharmonic Society bersama Kreisler dan London Symphony Orchestra (LSO), serta dipimpin sendiri oleh Elgar sebagai dirigen. Kenang Reed, "Konserto itu terbukti sebagai kemenangan lengkap, sebuah konser brilian dan peristiwa tak terlupakan."[68] Dampak konserto tersebut begitu hebatnya sehingga Eugène Ysaÿe, rival Kreisler merasa perlu menghabiskan waktunya bersama Elgar untuk mempelajari karya tersebut. Namun kerja sama tersebut berakhir dengan sangat mengecewakan karena hambatan kontraktual menyebabkan Ysaÿe tidak dapat memainkannya di London.[68]
Violin Concerto merupakan karya besar terakhirnya yang populer. Pada tahun berikutnya, Elgar menggelar Simfoni Kedua di London, namun dikecewakan oleh sambutan penonton. Tidak seperti Simfoni Pertama, Simfoni Kedua tidak ditutup dengan nyala keagungan sebuah orkestra, melainkan secara perlahan dan kontemplatif. Reed yang bermain pada pertunjukan perdana, nantinya menulis bahwa Elgar dipanggil ke atas panggung beberapa kali untuk menerima aplaus.[69] Elgar bertanya kepada Reed, "Apa yang terjadi dengan mereka, Billy? Mereka duduk di sana seperti banyak boneka babi."[69] Karyanya itu sebetulnya, menurut standar normal, adalah karya yang sukses, dipertunjukkan dua puluh tujuh kali dalam waktu tiga tahun sejak pertunjukan perdana. Namun karya tersebut tidak memperoleh "sambutan meluap-luap" dari dunia internasional seperti halnya Simfoni Pertama.[70]
Karya besar terakhir
Pada Juni 1911, sebagai bagian dari perayaan penobatanRaja George V, Elgar mendapat anugerah Order of Merit,[71] sebuah penghargaan eksklusif yang hanya beranggotakan dua puluh empat orang penerima. Pada tahun berikutnya, Elgar dan keluarga kembali ke London untuk tinggal di sebuah rumah besar di Netherhall Gardens, Hampstead. Di rumah besar yang didesain oleh Norman Shaw itu, Elgar menggubah dua karya skala besar terakhirnya dari era praperang, sebuah ode paduan suara, The Music Makers (untuk Festival Birmingham 1912) dan sebuah symphonic study[72] berjudul Falstaff (untuk Festival Leeds 1913). Keduanya ditanggapi dengan sopan tetapi tidak antusias. Meskipun Falstaff dipersembahkan untuknya, dirigen Landon Ronald mengaku secara pribadi kalau karya itu tidak dimengertinya sama sekali, "mana ekor mana kepala."[73] Mengenai Falstaff, cendekiawan musik Percy Scholes menilainya sebagai "karya agung", namun "kalau mempertimbangkan apresiasi publik, sebuah kegagalan komparatif."[74]
Ketika Perang Dunia I pecah, Elgar takut menjadi korban pembantaian, namun perasaan cinta tanah airnya bangkit.[75] Ia menggubah "A Song for Soldiers" yang di kemudian hari ditariknya kembali. Ia mendaftar special constable di kesatuan polisi setempat dan kemudian bergabung dengan Cadangan Sukarelawan Hampstead dari angkatan darat.[76] Ia menggubah karya-karya patriotik, Carillon, sebuah resitasi puisi diiringi orkestra untuk menghormati Belgia,[77] dan Polonia, sebuah karya orkestral untuk menghormati Polandia.[78] Pada waktu itu Land of Hope and Glory makin bertambah populer sehingga Elgar mendambakan lirik baru yang tidak begitu nasionalis untuk lagu itu.[2]
Gubahan lainnya dari Elgar selama perang adalah tiga karya paduan suara tidak lagi patriotisme romantis seperti karyanya pada masa-masa awal: musik insidental untuk sebuah sandiwara anak-anak The Starlight Express (1915); sebuah balet The Sanguine Fan (1917); dan The Spirit of England (1915–17, untuk puisi karya Laurence Binyon).[2] Gubahan terakhir berskala besar dari masa perang adalah The Fringes of the Fleet yang digubahnya untuk sajak karya Rudyard Kipling. Gubahan tersebut sukses besar di kalangan publik Inggris hingga Kipling tanpa alasan yang jelas menyatakan keberatannya atas pertunjukan karya tersebut di teater-teater.[79] "The Fringes of the Fleet" direkam dengan Elgar sebagai dirigen oleh Gramophone Company.[80]
Menjelang akhir perang, kondisi kesehatan Elgar memburuk. Istrinya berpendapat suaminya akan sembuh bila diajak pindah ke pedesaan. Ia menyewa sebuah rumah bernama Brinkwells dekat Fittleworth di Sussex dari pelukis Rex Vicat Cole. Kesehatan Elgar ternyata pulih di rumah Brinkwells, dan berturut-turut pada tahun 1918 and 1919, ia menghasilkan empat karya skala besar. Tiga dari empat karya tersebut berupa gubahan musik kamar: Violin Sonata in E minor, Piano Quintet in A minor, dan String Quartet in E minor. Setelah mendengar pekerjaan suaminya berjalan lancar, Alice Elgar menulis dalam buku hariannya, "E. menulis musik baru yang indah".[81] Ketiga karya tersebut diterima dengan sangat baik. The Times menulis, "Sonata Elgar mengandung banyak yang telah kita dengar sebelumnya dalam bentuk-bentuk lain, tetapi karena kita sama sekali tidak ingin dia berubah dan menjadi orang lain, maka inilah [sonata] yang seharusnya."[82] Pertunjukan perdana kuartet dan kuintet tersebut digelar di Wigmore Hall, 21 Mei 1919. The Manchester Guardian berkomentar, "Kuartet ini dengan klimaksnya yang dahsyat, penghalusan yang pelik dari irama dansa, dan simetrinya yang sempurna, serta kuintetnya yang lebih liris dan bergairah, keduanya merupakan contoh sempurna dari musik kamar karena sejenis dengan oratorio-oratorio besar."[83]
Dimainkan oleh Skidmore College Orchestra. Atas jasa baik Musopen
Bermasalah memainkan berkas ini? Lihat bantuan media.
Sebaliknya, pertunjukan perdana karya keempat, Cello Concerto in E minor berakhir sebagai bencana setelah dimainkan pada konser pembuka musim pergelaran tahun 1919-1920 Orkestra Simfoni London, Oktober 1919. Kecuali "Cello Concerto in E minor" karya Elgar dengan Elgar sendiri sebagai dirigen, pergelaran ini berada di bawah pimpinan dirigen Albert Coates yang latihan hingga lewat batas waktu yang ditetapkan hingga mengorbankan waktu latihan milik Elgar. Istri Elgar menulis, "Dasar pria tidak terhormat, tidak tahu sopan santun, egois, brutal... Coates yang brutal itu meneruskan latihannya."[84] Kritikus The Observer, Ernest Newman menulis, "Memang sudah ada desas-desus mengenai kurang cukupnya latihan minggu itu. Apa pun penjelasannya, kenyataannya memang sedih, tetapi dalam segala kemungkinan, sebuah orkestra begitu besar seharusnya tidak melakukan pertunjukan dengan begitu menyedihkan. ... Karya itu sendiri sangat indah, sangat sederhana--kesederhanaan yang berisi itu telah hadir dalam musik Elgar beberapa tahun ini-- namun kali ini ditambah dengan kebijaksanaan yang dalam serta keindahan di balik kesederhanaan."[85] Elgar tidak menyalahkan solois Felix Salmond yang masih bermain untuknya lagi kemudian.[86] Berbeda dari Simfoni Pertama yang digelar seratus kali hanya dalam jangka satu tahun, Cello Concerto tidak dipertunjukkan lagi di London selama lebih dari setahun.[87]
Tahun-tahun terakhir
Meskipun pada tahun 1920-an musik Elgar sudah tidak lagi mengetren,[1] para pengagumnya masih terus membawakan karya-karyanya ketika ada kesempatan. Reed memuji pergelaran Simfoni Kedua pimpinan dirigen Adrian Boult yang disebutnya sebagai "seorang pria muda hampir-hampir tidak dikenal publik" sebagai berhasil menyampaikan "keagungan dan kebangsawanan dari karya tersebut" kepada masyarakat umum. Pergelaran tersebut dilangsungkan ada bulan Maret 1920. Masih pada tahun 1920, Landon Ronald mempersembahkan sebuah konser tribut untuk karya Elgar di Queen's Hall.[88] Alice Elgar menulis dengan antusias mengenai penerimaan publik terhadap simfoni tersebut, sekaligus kesempatan terakhir baginya mendengar musik Elgar dimainkan di hadapan publik.[89] Setelah menderita sakit tidak begitu lama, Alice meninggal dunia 7 April 1920 akibat kanker paru-paru pada usia 72 tahun[90]
Elgar merasa hancur setelah ditinggal mati istrinya.[86] Tanpa adanya pesanan untuk karya-karya baru dan tidak ada lagi dukungan serta inspirasi dari Alice, ia tidak lagi menggubah. Putrinya kemudian menulis bahwa Elgar mewarisi sifat kakeknya yakni keengganan untuk "menetap di suatu tempat dan siap untuk bekerja, tetapi bisa menghabiskan waktu dengan gembira selama berjam-jam untuk pekerjaan yang sangat tidak bermanfaat dan sesungguhnya tidak perlu." Sifat bawaan itu makin jelas setelah kematian Alice.[91] Sepanjang sisa hidupnya, Elgar menuruti kemauan dirinya untuk menekuni beberapa hobi.[1] Sepanjang hidupnya, ia adalah seorang ahli kimia amatir yang antusias, dan kadang-kadang menggunakan sebuah laboratorium di kebun belakang rumahnya.[92] Ia senang menonton sepak bola dan dikenal sebagai pendukung Wolverhampton Wanderers F.C.. Ia juga menulis sebuah lagu untuk tim favoritnya itu, dan diberinya judul "He Banged the Leather for Goal".[93] Pada tahun-tahun terakhir sisa hidupnya, ia sering menonton pacuan kuda. Murid-muridnya seperti dirigen Malcolm Sargent dan violis Yehudi Menuhin, keduanya mengenang latihan bersama Elgar yang segera puas semuanya telah berjalan baik dan langsung pergi ke pacuan kuda.[94][95] Sewaktu muda, Elgar juga seorang pengendara sepeda yang antusias. Ia memberi sepeda Royal Sunbeam untuk dirinya sendiri, dan satu lagi dibelinya untuk istrinya pada tahun 1903 (sepeda miliknya diberi nama "Mr. Phoebus)"[96] Setelah menjadi duda, ia senang berjalan-jalan ke pedesaan naik mobil bersama sopirnya.[1] Pada tahun 1923, ia melakukan perjalanan ke Amerika Selatan, berpetualang hingga ke Amazon. Perjalanan tersebut hampir-hampir tidak didokumentasikan, sehingga novelis sejarah James Hamilton-Paterson memiliki kesempatan untuk menulis sebuah catatan perjalanan fiksi yang diberinya judul Gerontius.[97]
Setelah meninggalnya Alice, Elgar menjual rumah di Hampstead, dan setelah sempat tinggal untuk waktu singkat di sebuah apartemen di St James's jantung kota London, ia pulang ke Worcestershire, dan menetap di desa Kempsey, tempatnya menetap dari tahun 1923 hingga 1927.[98] Semasa periode tersebut, ia tidak sama sekali berhenti menggubah. Ia masih membuat aransemen untuk simfoni skala besar karya Bach dan Handel, dan menulis Empire March beserta delapan lagu Pageant of Empire untuk British Empire Exhibition tahun 1924.[99] Tidak beberapa lama setelah karya-karya tersebut diterbitkan, Elgar ditunjuk sebagai Master of the King's Musick pada 13 Mei 1924, setelah meninggalnya Sir Walter Parratt.[100]
Mulai tahun 1926, Elgar memproduksi sendiri serangkaian rekaman dari karya-karyanya. Penulis musik Robert Philip menggambarkan Elgar sebagai "komponis pertama yang memanfaatkan gramofon secara serius."[101] Elgar sebelumnya, dari tahun 1914 telah merekam sebagian besar dari musik-musiknya dengan menggunakan teknologi awal proses rekaman akustik untuk His Master's Voice (HMV). Namun ditemukannya mikropon listrik pada tahun 1925 telah mengubah gramofon dari benda langka menjadi media rekam yang realistis untuk mereproduksi musik orkestra dan paduan suara.[101] Elgar adalah komponis pertama yang sepenuhnya memanfaatkan kemajuan teknologi ini.[101]Fred Gaisberg dari HMV yang memproduksi rekaman-rekaman Elgar, menyiapkan serangkaian sesi untuk merekam interpretasi Elgar terhadap karya-karya orkestra utama gubahannya di atas piringan hitam, termasuk Enigma Variations, Falstaff, Simfoni Pertama dan Simfoni Kedua, serta konserto-konserto cello dan biola. Pada sebagian besar sesi, Elgar memimpin Orkestra Simfoni London, sementara Variations dimainkan oleh Royal Albert Hall Orchestra. Dalam serangkaian rekaman kemudian, Elgar juga bertindak sebagai dirigen untuk dua orkestra yang baru dibentuk, BBC Symphony Orchestra pimpinan Adrian Boult dan London Philharmonic Orchestra pimpinan Sir Thomas Beecham.
Rekaman-rekaman Elgar dirilis dalam bentuk piringan hitam 78-rpm oleh HMV and RCA Victor. Seusai Perang Dunia II, Violin Concerto yang direkam pada tahun 1932 dengan menampilkan Menuhin muda sebagai solois masih tersedia dalam bentuk piringan hitam 78 rpm, dan kemudian dalam bentuk piringan hitam LP, tetapi rekaman-rekaman lainnya sudah habis terjual. Ketika dirilis ulang oleh EMI dalam bentuk LP pada tahun 1970-an, pendengar menjadi terkejut karena cepatnya tempo musik yang dimainkan, berbeda dari tempo musik lebih lambat yang digunakan oleh sebagian besar dirigen pada masa-masa setelah meninggalnya Elgar.[101] Rekaman-rekaman tersebut dirilis kembali dalam bentuk compact disc pada tahun 1990-an.[102]
Pada November 1931, Elgar difilmkan oleh Pathé untuk sebuah film berita tentang sesi rekaman Pomp and Circumstance March No. 1 pada upacara pembukaan Abbey Road Studios milik EMI di London. Film tersebut diperkirakan sebagai satu-satunya film bersuara yang masih ada tentang Elgar. Ia memberi sambutan singkat sebelum memimpin Orkestra Simfoni London, meminta kepada para pemusiknya agar "memainkan lagu ini seperti Anda tidak pernah mendengar lagu ini sebelumnya."[103] Salah satu gubahan terakhir Elgar, Nursery Suite merupakan salah satu contoh awal pertunjukan perdana musik klasik di studio. Nursery Suite pertama kali dipertunjukkan di studio Abbey Road. Gubahan ini dipersembahkannya untuk istri dan anak-anak perempuan Duke of York.[2][n 16]
Pimpinan Elgar pada tahun 1931 pada pembukaan studio EMI
Bermasalah memainkan berkas ini? Lihat bantuan media.
Pada tahun-tahun terakhirnya, Elgar mengalami kebangkitan dalam musik. BBC menyelenggarakan sebuah festival untuk karya-karya Elgar untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-75 pada tahun 1932.[104] Ia terbang ke Paris pada tahun 1933 untuk memimpin Menuhin memainkan Violin Concerto. Ketika berada di Paris, ia mengunjungi rekan sesama komponis bernama Frederick Delius di rumahnya yang berada du Grez-sur-Loing.[16] Ia dicari-cari pemusik muda seperti Adrian Boult, Malcolm Sargent, dan John Barbirolli yang memuja musik-musiknya pada saat Elgar sudah dianggap ketinggalan zaman pada waktu itu.[105][106] Elgar kemudian mulai menggubah sebuah opera berjudul The Spanish Lady, dan menerima pesanan dari BBC untuk menggubah Simfoni Ketiga. Namun Elgar jatuh sakit sehingga karya-karya tersebut tidak dapat diselesaikannya. Ia cemas dengan karya-karyanya yang belum selesai. Ia meminta jaminan kepada Reed agar tidak ada orang yang "mengotak-atik" dan mencoba menyelesaikan simfoninya,[107] tetapi pada lain waktu ia berkata, "Bila aku tidak dapat menyelesaikan Third Symphony, nanti ada orang yang akan menyelesaikannya--atau menulis sebuah karya yang lebih baik."[108] Setelah Elgar meninggal dunia, Percy M. Young bekerja sama dengan BBC dan Carice putri Elgar memproduksi sebuah versi dari The Spanish Lady,[109] yang dirilis dalam bentuk CD. Simfoni Ketiga diselesaikan oleh komponis Anthony Payne pada tahun 1998.[108]
Pada sebuah operasi yang dilakukan 8 Oktober 1933, Elgar diketahui menderita kanker usus besar yang sudah tidak dapat dioperasi.[110] Elgar meninggal dunia 23 Februari 1934 pada usia 76 tahun, dan dimakamkan berdampingan dengan istrinya di Gereja St. Wulstan, Little Malvern, Inggris.
Handel, Overture in D minor (Overture to Chandos Anthem "In the Lord put I my Trust", HWV247), tr. for orchestra (1923)
Catatan kaki dan referensi
Catatan kaki
^Kakak dan adiknya bernama Henry John ("Harry"; 1848–64), Lucy Ann ("Loo") (lahir 1852), Susannah Mary ("Pollie"; (lahir 1854), Frederick Joseph ("Jo"; 1859–66), Francis Thomas ("Frank"; (lahir 1861), and Helen Agnes ("Dott" atau "Dot"; (lahir 1864).[3]
^William Elgar terbukti skeptis terhadap cabang gereja apa pun, pernah menulis tentang "the absurd superstition and play-house mummery of the Papist; the cold and formal ceremonies of the Church of England; or the bigotry and rank hypocrisy of the Wesleyan."[4]
^Elgar sendiri kemudian berkata, "There is music in the air, music all around us, the world is full of it and you simply take as much as you require",[8] dan "The trees are singing my music – or have I sung theirs?"[9]
^INama kota ini ditulis sebagai "Littleton" dalam semua literatur mengenai Elgar; namun beberapa sumber lebih baru, misalnya dalam English Heritage, dieja sebagai "Lyttleton".
^Kennedy (ODNB) menyebut 'Romanza' variation (no. 13) dalam Enigma Variations dan Violin Concerto sebagai contoh yang mungkin, karya pertama begitu "****" dan karya kedua ditulisnya sebagai memuja jiwa tidak bernama.
^Ketika Elgar diberi gelar kebangsawanan pada tahun 1904, anak perempuannya Carice berkata, "I am so glad for Mother's sake that Father has been knighted. You see – it puts her back where she was".[23]
^Salut d'Amour menjadi salah satu karya terlaris Elgar, namun awalnya dia tidak menerima royalti karena hak cipta lagu ini telah dijualnya kepada penerbit Schott dengan harga beli putus 2 guinea; Schott nantinya memutuskan untuk membayar royalti kepadanya.[1][2]
^Sullivan berkata kepada Elgar, "But, my dear boy, I hadn't the slightest idea of it – why on earth didn't you come and tell me? I'd have rehearsed it myself for you".[27]
^Sewaktu memberi rekomendasi agar Coleridge-Taylor mendapat pesanan dari festival, Elgar berkata, "Dia adalah sahabatku yang betul-betul terpintar di antara anak-anak muda lainnya."[30]
^Tidak jelas apakah Elgar memaksudkannya sebagai tema musik atau tema nonmusikal secara umum seperti persahabatan. Sudah banyak upaya dilakukan orang untuk mencari nada yang paling mudah dikenali dan dapat dimainkan dalam kontrapung bersama tema musik utama Elgar, mulai dari Auld Lang Syne hingga sebuah tema Simfoni Praha Mozart.[34]
^Misalnya menurut situs web Elgar Society, pada April dan Mei Enigma Variations dimainkan di New Orleans, New York, Vancouver, Denver, Moskwa, Washington D.C. dan Kraków.
^Strauss dan Elgar terus bersahabat hingga akhir hayat Elgar, dan Strauss memberikannya tribut obituari yang hangat pada tahun 1934.[40]
^Elgar's principal target was J.A. Fuller Maitland, dalam tangkisan oleh kritikus musik The Times yang pernah menulis obituari yang memandang enteng Arthur Sullivan,[59] pada ceramahnya di Birmingham, ia menyinggungnya sebagai "sisi gelap kritik musik ... episode busuk tak terlupakan"[60]
^Peristiwa ini merupakan asal usul tradisi Amerika memainkan trio bagian pertama Pomp and Circumstance March pada setiap upacara wisuda.
^Anak perempuan tertua bernama Putri Elizabeth dari York (nantinya disebut Ratu Elizabeth II).
^Alfred Henry Littleton adalah ketua penerbit Novello. Pada saat ia menulis lagu ini, Elgar dan istrinya sedang menginap di vila milik temannya Julia Worthington di Careggi dekat Florence. Mereka dikunjungi oleh Littleton yang istrinya baru ditinggal mati istri.[111]
^ abcdMaine, Basil, "Elgar, Sir Edward William", Oxford Dictionary of National Biography archive, Oxford University Press, 1949, Diakses 20 April 2010 (berlangganan).
^Moore (1984), pp. 96, 264, 348, 512, 574, and 811
^Dikutip dalam "Edward Elgar", The Musical Times, 1 October 1900, pp. 641–48
^Banoe, Pono (2003). Kamus Musik. Kanisius. hlm. 401. Istilah yang dipergunakan oleh Elgar bagi symphonic poem, namun istilah ini tidak merupakan istilah baku dalam pelajaran musik, sebagaimana juga Schumann mempergunakan istilah symphonic studies bagi karya variasi untuk piano solo yang diciptakannya tahun 1836Parameter |access-date= membutuhkan |url= (bantuan)
Cox, David (1967). "Edward Elgar". Dalam Simpson, Robert (ed.). The Symphony: Elgar to the Present Day. Harmondsworth: Pelican Books. OCLC221594461.Parameter |unused_data= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Teks tambahan: editors list (link)
Howes, Frank (1971). "Edward Elgar". Dalam Hughes, Gervase, Van Thal, Herbert (eds.). The Music Lover's Companion. London: Eyre and Spottiswoode. OCLC481972079.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: editors list (link) Pemeliharaan CS1: Teks tambahan: editors list (link)
Sackville-West, Edward (1955). The Record Guide. London: Collins. OCLC474839729.Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
Adams, Byron (2000). "The "Dark Saying" of the Enigma: Homoeroticism and the Elgarian Paradox". 19th-Century Music. 23 (3).
Adams, Byron (ed.) (2007). Edward Elgar and His World. Princeton and Oxford: Princeton University Press. ISBN978-0-691-13445-1.Pemeliharaan CS1: Teks tambahan: authors list (link)
Grimley, Daniel and Julian Rushton (eds.) (2004). The Cambridge Companion to Elgar. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN0-521-82623-3.Pemeliharaan CS1: Teks tambahan: authors list (link)
Harper-Scott, J. P. E. (2006). Edward Elgar, Modernist. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN0-521-86200-0.
Harper-Scott, J. P. E. and Rushton, Julian (eds.) (2007). Elgar Studies. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN0-521-86199-3.Pemeliharaan CS1: Teks tambahan: authors list (link)
Jacobs, Arthur (August 1949). "Elgar's Solo Songs". The Musical Times. Musical Times Publications Ltd. 90 (1278): 267–269. JSTOR933694.
McGuire, Charles Edward (2008). "Edward Elgar: "Modern" or "Modernist?" Construction of an Aesthetic Identity in the British Press, 1895–1934". The Musical Quarterly. 91 (1–2).
McGuire, Charles Edward (2000). "Elgar, Judas, and the Theology of Betrayal". 19th-Century Music. 23 (3).
McGuire, Charles Edward (2002). Elgar's Oratorios: The Creation of an Epic Narrative. Aldershot: Ashgate Press. ISBN0-7546-0271-0.