Dildo

Dildo bening dari bahan jeli komposit PVC dan karet.

Dildo adalah alat untuk masturbasi diperuntukkan bagi perempuan. Dildo biasanya berbentuk seperti penis. Alat ini digunakan sebagai alat bantu untuk kenikmatan seksual.[1]

Sejarah

Dildo telah digunakan oleh manusia sejak lama. Pastinya berapa lama tidak diketahui, tetapi ada bukti bahwa ia telah digunakan setidaknya selama 2000 tahun. Beberapa orang mengatakan bahwa batang-batang phallus yang ditemukan di Gorge d'Enfer mungkin digunakan sebagai dildo pada zaman Paleolitikum, walaupun mereka lebih sering ditafsirkan sebagai pelurus tombak. Sebuah phallus yang terbuat dari batu giok, yang mungkin digunakan sebagai dildo, dan diperkirakan oleh banyak kurator berumur 4000 tahun, pada saat ini dipajang di Museum Kultur Seks Tiongkok Kuno di dekat Shanghai. Dildo juga disebut, secara gambaran, dalam Alkitab (lihat Yehezkiel 16:17).

Dildo dari batu telah ditemukan dalam berbagai penggalian arkeologis. Dildo dalam berbagai bentuk rupanya telah ada dalam berbagai masyarakat sepanjang sejarah.

Asal usul kata

Kata "dildo" kemungkinan adalah korupsi dari kata bahasa Italia "diletto". Alat seks ini mungkin berasal dari alat pelayaran, yang juga membuat kota Dildo dan Pulau Dildo di Newfoundland, Kanada dinamai demikian.

Kata ini juga mungkin diturunkan dari "Dil Doul", yang artinya penis yang tegak. Frasa ini digunakan dalam sebuah lagu lama yang berjudul "The Maids Complaint for want of a Dil Doul". Lagu ini ditemukan bersama lagu-lagu lain dalam perpustakaan Samuel Pepys.

Definisi dildo

Tidak ada kesepakatan mengenai definisi dildo yang tepat. Ada kesepakatan umum bahwa sebuah alat yang tidak bergetar, menyerupai penis dalam bentuk, ukuran, dan penampilan umum, adalah dildo. Beberapa orang juga memasukkan vibrator dalam definisi ini. Yang lain mengatakan bahwa alat bantu prostetis penis tidak termasuk di dalamnya. Beberapa alat dengan bentuk penis dirancang untuk dimasukkan ke dalam vagina walaupun bentuknya tidak menyerupai penis. Beberapa orang juga memasukkan alat-alat untuk penetrasi anal ke dalam definisi ini.

Bahan

Perempuan memegang dildo, tembikar ampfora Yunani, sekitar 490 SM

Dildo-dildo purbakala dibuat dari batu, kayu, kulit, lilin, atau tanah liat. Dari bahan-bahan ini, dildo dari kulit dengan pengisi yang keras dari kapas masih populer sampai saat ini. Dildo dari karet, biasanya ditambahi pegas dari baja untuk membuatnya kaku, mulai diproduksi pada tahun 1940-an. Jenis ini kurang memuaskan karena ada kemungkinan cedera dari pegas baja bila karetnya pecah.

Kemudian dildo dari PVC dengan pengisi PVC lembut menjadi terkenal. Sebagian besar dildo murah yang dijual saat ini menggunakan bahan ini.

Dildo dari baja dengan lapisan krom juga telah dibuat, dan memiliki beberapa penggemar, terutama mereka yang mempraktikkan BDSM. Jenis ini kurang nyaman karena tidak lentur.

Pada tahun 1990-an, dildo karet silikon menjadi populer, kecenderungan yang semakin meningkat dengan turunnya harga. Jenis ini lebih mudah untuk dibersihkan dan tidak memiliki bau plastik seperti PVC. Pada saat pertama diperkenalkan, mereka masih mahal, tetapi pada saat ini cukup terjangkau, dan menjadikannya pilihan untuk pengguna pertama kali. Silikon menyerap panas tubuh cukup baik, dan juga penghantar yang baik untuk getaran, sehingga pengguna dapat memegang vibrator pada ujung yang lain.

Yang lebih baru, dildo yang terbuat dari Pyrex juga muncul di pasaran. Mereka masih mahal, dan tidak fleksibel, tetapi memiliki penggemar, terutama karena mereka dapat dipanaskan ke suhu tubuh dalam air hangat, dan disterilkan dengan air mendidih.

Penggunaan

Penetrasi vagina adalah penggunaan yang jelas. Dildo juga memiliki aspek fetish, dan banyak pasangan menggunakannya dengan cara lain, misalnya menggelidingkannya di atas kulit dalam foreplay. Apabila ukurannya sesuai, dildo juga dapat digunakan untuk menyumpal mulut, penetrasi oral dan penetrasi anal.

Dildo digunakan oleh orang dari berbagai jenis kelamin dan orientasi seksual, ras, status pernikahan, umur, ukuran tubuh, paham politis, sendiri dan bersama-sama.

Aspek keamanan dan kesehatan

Beberapa dildo yang besar dimaksudkan untuk merangsang daya penglihatan saja dan tidak boleh digunakan untuk penetrasi.

Dildo dapat menyebarkan penyakit antara pengguna seperti halnya kontak seksual lain, dan tidak boleh digunakan bersama-sama dengan pengguna lain yang memiliki risiko ini. Hal ini terutama berlaku untuk dildo dari material berpori-pori, seperti bahan-bahan sintetis lembut. Di lain pihak, dildo dari baja tahan karat atau Pyrex lebih mudah dibersihkan, tidak berpori-pori, dan dapat disterilisasi dengan mudah, baik dengan bahan kimia atau dengan air mendidih. Dildo silikon dapat juga disterilisasi dengan air mendidih. Hal ini tidak berarti bahwa dildo yang tidak terlindung boleh digunakan oleh beberapa orang bersama-sama tanpa disterilisasi. Pemecahan yang mudah adalah menggunakan kondom baru pada dildo.

Dildo tanpa bagian bawah yang besar atau mekanisme lain untuk mengatur kedalaman penetrasi tidak boleh digunakan untuk penetrasi anal, karena sulit untuk dikeluarkan tanpa bantuan tenaga medis.

Variasi

Dildo ganda dari lateks sepanjang 18 inci.

Dildo dengan ujung ganda telah diproduksi dalam berbagai bentuk. Dildo juga dapat dimasukkan ke anus dan dinamai butt-plug. Ada juga dildo ganda dengan ukuran ujung berbeda, yang kedua ujungnya menuju ke arah yang sama, digunakan oleh wanita untuk penetrasi baik vaginal maupun anal.

Ada juga dildo yang dirancang untuk dipakai seperti ikat pinggang, kadang disebut strap-on dildo, atau dipakai di dalam, kadang dengan alat getar di luar.

Strap-on dildo juga dapat memiliki dua ujung, sehingga wanita dapat mengalami penetrasi vaginal sambil memasukkan dildo ke partnernya. Jenis ini juga digunakan dalam hubungan homoseksual, dan dalam hubungan heteroseksual dengan penetrasi anal laki-laki, dalam sejenis permainan tukar peran. Dalam hal ini dikenal sebagai pegging.

Terdapat juga dildo yang dirancang untuk dipasang di muka. Juga terdapat dildo yang dapat mengembang.

Daftar pustaka

  • Haberlandt, M. 1899. "Conträre Sexual-Erscheinungen bei der Neger-Bevölkerung Zanzibars", Zeitschrift für Ethnologie, 31: 668–670.
  • Marshack, A. 1972. The Roots of Civilization: The Cognitive Beginnings of Man's First Art, Symbol and Notation.. New York: McGraw-Hill. ISBN 0-297-99449-2.
  • Taylor, T. 1996. The Prehistory of Sex: Four Million Years of Human Sexual Culture. New York: Bantam. ISBN 0-553-09694-X.
  • Vasey, PL. 1998. "Intimate Sexual Relations in Prehistory: Lessons from Japanese Macaques", World Archaeology 29(03):407–425.
  • Wagner, Peter (1987). "Chapter 2: The discourse on sex - or sex as discourse: eighteenth-century medical and paramedical erotica". Dalam Porter, Roy; Sebastian Rousseau, George. Sexual Underworlds of the Enlightenment. Manchester University Press. ISBN 0719019613. 
  1. ^ "Arti kata dildo". Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek. KBBI Daring. Diakses tanggal 12 Agustus 2024.