Terdapat pula kondom wanita yang dirancang khusus untuk digunakan oleh wanita. Kondom ini berbentuk silinder yang dimasukkan ke dalam alat kelamin atau kemaluan wanita.[1]
Manfaat[2] keterbatasan maupun efek samping yang ditimbulkan kondom wanita, hampir sama dengan kondom lelaki. Tingkat efektivitas kondom wanita akan tinggi, apabila cara menggunakannya benar. Angka kegagalan kontrasepsi kondom yaitu 2–12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.[3]
Asal usul
Kata "condom" pertama kali muncul dalam puisi karya Lord Belhaven pada 1706, lalu dalam sebuah buku karya Daniel Turner pada 1717. Tahun 1904, Ferdy mengusulkan sebuah desa Prancis bernama Condom sebagai sumber kata tersebut. Namun, setahun kemudian dia menyarankan kata "condus" dalam bahasa Latin sebagai kata asalnya.[4] Pria-pria dari kota Condom ini terkenal dengan sifatnya yang menyukai seks, kurang sabar, dan gampang marah, kurang lebih seperti karakter tokoh Cyrano de Bergerac dalam drama karya sutradara Edmond Rostrands.[butuh rujukan]
Pendapat lain mengatakan kata kondom diambil dari nama Dr. Condom, seorang dokter asal Inggris yang bergelar Pangeran. Pada pertengahan tahun 1600, ia yang mula-mula mengenalkan corong untuk menutupi penis untuk melindungi King Charles II dari penularan penyakit kelamin.[butuh rujukan]
Kondom primitif
Menurut Charles Panati, dalam bukunya Sexy Origins and Intimate Things, sarung untuk melindungi penis telah dipakai sejak berabad silam. Sejarah menunjukkan orang-orang Roma, mungkin juga Mesir, menggunakan kulit tipis dari kandung kemih dan usus binatang sebagai "sarung".[butuh rujukan]
Kondom primitif itu dipakai bukan untuk mencegah kehamilan tetapi menghindari penyakit kelamin. Untuk menekan kelahiran, sejak dulu pria selalu mengandalkan kaum perempuan untuk memilih bentuk kontrasepsi.
Sarung linen
Gabriello Fallopia, dokter dari Italia yang hidup pada abad ke-17 adalah orang yang pertama kali menjelaskan dua tabung pipih yang membawa sel telur dari ovarium ke uterus. Ia dikenal sebagai "bapak kondom" karena pada pertengahan tahun 1500 ia membuat sarung linen yang berukuran pas (fit) di bagian penis dan melindungi permukaan kulit. Penemuannya ini diuji coba pada 1000 pria dan sukses.[butuh rujukan]
Kondom pada abad 17 berbentuk tebal dan dibuat dari usus binatang, selaput ikan, atau bahan linen yang licin. Namun karena kondom dipandang mengurangi kenikmatan seksual dan tidak selalu manjur mencegah penularan penyakit (akibat penggunaan berulang kali tanpa dicuci), kondom pun menjadi tidak populer dan jadi bahan diolok-olok.
Meski begitu, kondom tetap dipakai karena pada masa itu banyak pria yang khawatir tertular penyakit kelamin. A Classical Dictionary of the Vulgar Tongue yang terbit di London tahun 1785 menyebut kondom sebagai "usus kambing kering yang dipakai pria dalam hubungan seks untuk mencegah penularan penyakit".[5]
Jenis
Secara umum, ada dua jenis kondom, yaitu kondom laki-laki yang digunakan untuk melapisi penis dan kondom perempuan yang digunakan di dalam vagina.
Meski tergolong sebagai kontrasepsi berisiko rendah kondom tetap memiliki efek samping. Berikut ini adalah beberapa efek samping penggunaan kondom:
Alergi
Orang yang mengalami alergi terhadap lateks dan poliuretana dapat menunjukkan reaksi alergi ketika memakai kondom yang terbuat dari bahan tersebut. Selain itu, kondom yang menggunakan pelumas spermisida juga dapat memicu alergi atau bahkan infeksi saluran kemih.
Iritasi
Pemakaian kondom dapat menyebabkan iritasi Orang yang menderita alergi terhadap lateks dan poliuretana dapat mengalami iritasi ketika memakai kondom yang terbuat dari bahan tersebut.
Nyeri
Bagi wanita yang tidak terbiasa dan sensitif, penggunaan kondom bertekstur atau bergerigi dapat menimbulkan nyeri saat penetrasi. Hal ini karena kondom bertekstur tidak mengandung pelumas yang cukup untuk mengurangi gesekan.