Suku Punan adalah salah satu rumpun Suku Dayak paling tua yang sebarannya cukup signifikan di wilayah Pulau Kalimantan. Istilah Punan sendiri lebih dipandang sebagai sebutan umum untuk kelompok masyarakat pemburu dan peramu yang dulu hidup secara berpindah-pindah di hutan Kalimantan. Oleh karena itu, suku ini dikenal sebagai "penjaga hutan rimba", karena hidup dan sebaran populasinya banyak ditemui di dalam hutan dan terpisah dari sub-sub Suku Dayak lainnya. [3]
Asal usul Suku Punan
Berdasarkan cerita yang ada, asal-usul Suku Punan berasal dari negeri Yunnan, daratan Cina. Mereka dari salah satu kerajaan Cina yang kalah dalam berperang, lalu mereka lari menggunakan perahu hingga ke Pulau Borneo. Karena merasa aman, mereka pun menetap di daratan tersebut. Selain itu, ada juga Dayak Punan yang tersebar di Sabah dan Serawak, Malaysia Timur, dan wilayah lainnya yang masih menjadi bagian Kalimantan.[4]
Sebaran Suku Punan
Suku Punan dianggap sebagai suku bangsa yang hidup berpindah-pindah di pedalaman Provinsi Kalimantan Barat sampai ke wilayah Kalimantan Timur, Tengah, dan Selatan. Bertambahnya jumlah anggota dalam suku yang kian masif membuat Suku Punan harus menyebar agar dapat bertahan hidup. Mulailah mereka memisahkan diri dan membentuk kelompok kecil untuk mencari wilayah sendiri. Hal ini membuat Suku Dayak Punan akhirnya menyebar dan umumnya tinggal di bagian hulu sungai bahkan di tengah hutan yang sangat terpencil. Di wilayah Kalimantan Barat, mereka terutama berada di sekitar hulu-hulu anak Sungai Kapuas. Di Kalimantan Timur, Suku Punan berdiam di Kabupaten Balungan, selain itu juga di Kabupaten Kutai seperti di Kecamatan Tabang.[3]
Suku-suku Dayak yang termasuk rumpun Punan diantaranya:
Suku Dayak Punan Kelay-Segah di Sungai Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur
Punan Murung
Suku Dayak Punan di Kalimantan Tengah terdapat di perhuluan sungai Barito yaitu di Kabupaten Murung Raya yang dikenal sebagai Suku Dayak Punan Murung. Kebanyakan suku-suku Dayak di Kalimantan Tengah termasuk rumpun Ot Danum kecuali suku Dayak Punan Murung.
Punan Hovongan
Dayak Punan merupakan salah satu subsuku Dayak yang mendiami perhuluan Sungai Kapuas. Etnis yang dulunya merupakan bangsa nomaden, kini lebih menetap dan mempraktikan sistem pertanian gilir balik (berladang). Sub-etnis dayak Punan yang mendiami perhuluan Sungai Hovongan (Bungan), anak sungai Kapuas yang terdiri dari beberapa kampung:
Nanga Lapung
Nanga Bungan
Tanjung Lokang
Belatung (sebagian)
Hovo'ung (sebagian)
Penduduk
Perkiraan jumlah penduduk hampir 2000 jiwa.
Kepala Adat
Kelompok ini mempunyai seorang Temenggung yaitu "Akek Dalung Tapa" (*baru meninggal dunia akhir bulan juni 2009)dan sekarang digantikan oleh putra bungsunya yaitu Temenggung Abang Dalung (2009)
Temenggung dan Kepala adat mempunyai peran yang berbeda, Kepala adat lebih kepada adat istiadat sedangkan Temenggung mempunyai peran penting dalam kedaulatan wilayah ketemenggungan.
Bahasa Hovongan
Kode Bahasa Hovongan adalah HOV
Punan Uheng Kereho
Yaitu sub suku Punan yang mendiami perhuluan sungai Kapuas dan Sungai keriau/Kereho sub ini terdiri dari beberapa kampung:
Nanga Enap
Nanga Erak
Nanga Balang
Sepan
Salin
Bu'ung (sebagian)
Belatung (sebagian)
Kepala Adat
Kelompok ini mempunyai seorang temenggung yaitu Agustinus Djangin.
Populasi
Populasi etnis ini diperkirakan sekitar 2500 Jiwa.
Bahasa Uheng Kereho
Kode Bahasa Uheng Kereho adalah xke
Daerah ketemenggungan Dayak Punan ini dapat dijangkau dengan menggunakan transportasi sungai dari Putussibau dengan biaya sewa speed boat bervariasi dari satu juta sampai tiga juta lima ratus ribu rupiah. Sumber daya alamnya masih melimpah ruah; seperti sarang burung walet dan kekayaan pertambangan lainnya. Akan tetapi karena terlalu jauhnya wilayah ini, banyak dari masyarakat suku ini terisolasi dari dunia luar sehingga tingkat perekonomian serta pendidikan sampai sekarang dalam tingkat yang mengkhawatirkan.
Di setiap kampung-kampung orang Punan anak yang bersekolah hingga menamatkan pendidikan dasar dapat dihitung dangan jari, apalagi yang menamatkan bangku kuliah.